Aksa loka adalah salah satu sekolah sihir di Indonesia yang mengambil beberapa siswa siswi setingkat smk/sma di setiap daerah.
Sekolah yang penuh keajaiban dan misteri menanti kalian. Apa kalian sudah siap? Ayo menjelajahi Aksa loka bersama dengan...
Haloo semua, kita udah sampe di chapter akhir nih, selamat menikmati. Jangan lupa vote yaa!!
••••
Keempat Remaja itu sudah terbaring lemah dengan darah yang tak henti keluar dari pelipis dan anggota tubuh mereka. Tongkat milik mereka sudah terlempar ntah kemana. Namun, tangan penuh darah itu masih setia memegang pedang mereka yang penuh cahaya.
Ana dengan kaki yang tertatih tatih berusaha untuk berjalan menjauh dari Abian, hingga ia harus kembali jatuh terduduk di sisi lain dari ketiga temannya.
"Haha, masih mencoba berdiri anak muda? Kau gigih sekali." ujar sang Bayang dengan wajah mengejek.
"Sayang sekali kegigihan mu itu yang akan mengantar kan mu pada kehancuran." lanjut Bayang sembari tersenyum.
"Kau terlalu meremehkan kami paman, kegigihan ku tidak akan menghancurkan ku." balas Ana dengan tegas.
Ana dengan sebisa mungkin berusaha untuk berdiri, begitu juga dengan ketiga temannya. Kaki yang sudah penuh dengan darah itu dipaksa untuk menumpu seluruh anggota badan yang bergetar hebat. Mereka harus berdiri, mereka harus bertarung, mereka harus!
"Lalu? Apa yang bisa kalian lakukan dengan tubuh seperti itu?" Lagi lagi Bayang mengejek mereka.
"Kau terlalu banyak bicara paman!" teriak Abian sembari terengah-engah. Nafasnya tercekat, banyak darah yang keluar dari mulutnya, namun ia hanya bisa mengusapnya.
"Hey paman, kau sudah hidup cukup lama bukan? Apa kau tau bahwa ada larangan untuk membelakangi harimau?" tanya Arjuna.
"Kau terlalu meremehkan kami, sampai tidak sadar bahwa kami sudah menang paman!" teriak Anuradha dengan lantang.
Anuradha melirik teman-temannya, ia pun mengangguk mengode teman-temannya untuk melakukan apa yang telah mereka rencanakan. Keempat remaja itu segera mengangkat pedang mereka tinggi-tinggi, lalu dengan bersamaan menancapkan nya ke tanah. Cahaya berbentuk lingkaran dengan masing masing simbol keluar dari pedang mereka, dan membuat jalan ke tempat Bayang berada melewati jalur darah dari keempat pemuda tersebut.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Apa ini?" tanya Bayang marah ketika lingkaran cahaya putih mulai mengelilinginya. Rasanya panas seperti dibakar, namun juga sesak seperti tenggelam di lautan, lehernya sakit seolah dicekik dengan tumbuhan berduri, kepalanya terasa sakit seolah dilempari dengan ratusan meteor.
"Pemurnian! Kau terlalu banyak menyerap sihir hitam paman, kau harus dimurnikan." jelas Anuradha sembari tersenyum simpul.
"Apa paman pikir kami akan melawan paman tanpa rencana? Ayolah paman, kami punya ahlinya di sini." ujar Abian sembari melirik Arjuna yang tengah tersenyum miring padanya.
Mereka saling tatap kala selesai membaca buku itu. Raut wajah khawatir keluar dari wajah Abian.
"Apa kalian yakin akan melakukan ini? Kita mungkin harus terluka parah, perlawanan ini membutuhkan banyak darah." Abian bertanya sembari menunjuk buku yang dipegang Arjuna.