for the last meet

102 12 0
                                        

1 bulan telah berlalu sejak insiden perang besar yang berhasil menghancurkan  sebagian wilayah di Aksa Loka. Anuradha dan Arjuna yang sudah sembuh sejak 2 minggu lalu pun kembali mengikuti pembelajaran di Aksa Loka, namun tidak dengan Abian yang bahkan belum sadar saat mereka keluar dari rumah penyembuhan. Begitupula Ana yang harus menjalankan pengobatan akibat serangan yang merusak saraf otaknya, perlu waktu hingga ia benar benar pulih.

Kedua remaja berbeda kelamin itu berjalan gontai menuju ke griya mereka. Bahkan Arjuna bisa mendengar helaan nafas yang sudah belasan kali keluar dari gadis di sampingnya.

"Aku merindukan mereka." ujar Anuradha tak bersemangat.

"Aku juga, mau menjenguk mereka nanti?" Arjuna memberikan tawaran pada Anuradha.

"Seperti kita akan dapat izin saja." Kini Arjuna lah yang mendengus ketika mendengar jawaban Anuradha. Benar, Akhir akhir ini sulit sekali bertemu dengan keduanya. Guru melarang mereka menjenguk Abian dan Ana dengan alasan agar penyembuhan mereka berjalan lancar.

Ayolah, memang apa yang akan Anuradha dan Arjuna lakukan hingga menghambat penyembuhan mereka? Tidak mungkin juga jika keduanya akan mengobrak abrik rumah penyembuhan. Keturunan adam dan hawa itu kompak mendengus sembari terus melanjutkan perjalanan mereka dengan tidak bersemangat.

"Astaga, kalian ini lemas sekali?"

Anuradha dan Arjuna yang tadinya sibuk memperhatikan tanah kini kompak mengangkat kepalanya ketika mendengar suara laki-laki itu. Mata mereka kompak melotot ketika melihat dua orang remaja yang berdiri di depan griya sembari tersenyum pada mereka.

"Abian, Ana." Lirih Anuradha. Ana melambaikan tangannya pada Anuradha sembari tersenyum. Sementara Abian merentangkan tangannya sembari tersenyum pada Anuradha.

"ABIAN!!" Teriak Anuradha sembari berlari untuk memeluk Abian. Laki-laki berlesung pipi itu pun dengan sigap mendekap 'gadisnya' untuk menyalurkan rasa rindu.

"Aku merindukan mu Anuradha." bisik Abian pada Anuradha.

"Aku juga!" Abian terkekeh kecil melihat Ara yang semakin ekspresif.

Jika Anuradha langsung berlari ke pelukan Abian, maka Arjuna hanya berjalan perlahan menuju Ana. Siswa tercerdas di Andala itu berhenti tepat di depan Ana tanpa mengucapkan sepatah kata pun.

"Lama tidak melihat mu Tuan Andala." ujar Ana sembari tersenyum manis. Ana sedikit terhuyung kebelakang ketika Arjuna dengan tiba-tiba memeluknya dengan erat.

"Lama tidak bertemu nyonya Ancala." kata Arjuna sembari mengeratkan pelukannya. Ana menunjukkan seringainya sembari membalas pelukan Arjuna.

"Beruntung sekali kami bisa keluar saat malam cahaya, sekaligus ulang tahun mu Ara." Ana tersenyum pada Anuradha, lalu lekas memeluk sahabatnya itu.

"Huum, mari merayakannya bersama." Anuradha ikut tersenyum sembari membalas pelukan Ana.

Ketika malam hari tiba, mereka berjalan di area pasar sembari menikmati festival yang sangat meriah. Banyak anak kecil yang berlari sembari membawa lampion.  Kunang-kunang yang biasanya hanya terlihat di beberapa wilayah, kini berterbangan di langit aksa loka. Bintang-bintang pun lebih banyak dari hari biasanya. Aksa loka menjadi sangat terang, maka dari itu malam ini dinamai malam cahaya.

Keempat remaja itu duduk di bangku panjang yang ada di samping jalan setelah keluar dari area festival. Mereka memilih keluar dari keramaian dan menikmati sunyi bersama-sama. Suara daun yang bergesekan dan jangkrik menjadi penenang untuk mereka. Mereka bersyukur kekacauan di aksa loka sudah berakhir. Tidak ada lagi yang bisa membuat mereka takut. Kini mereka bisa menjalankan kehidupan mereka seperti remaja pada umumnya.

"Ara, meskipun ulang tahunmu hampir berakhir, selamat ulang tahun." Arjuna memberikan hadiah sebuah buku cerita pada Ana. Ana tersenyum sembari berterimakasih pada Arjuna.

"Selamat ulang tahun Ara, semoga panjang umur." Ana memberikan bola kristal dengan replika tata surya didalamnya. Ana memang sangat menerti bahwa Anuradha suka memandangi langit dan isi-isinya.

"Untukmu, Selamat ulang tahun Ara." Abian memasangkan sebuah gelang dengan bandul bulan, bintang, dan matahari yang sangat indah. Anuradha terlihat semakin bersinar saat mengenakan gelang tersebut.

"Teman-teman, terima kasih, mari tetap bersama sampai akhir." Anuradha berterima kasih sembari tersenyum manis.

Cerita ini diakhiri dengan kebahagian. Dibuka dengan kesendirian dari Anuradha. Diakhiri dengan kebersamaan mereka. Takdir itu aneh bukan? Tak ada yang akan tahu apa yang terjadi kedepannya. Yang awalnya teman malah menjadi musuh. Dari yang tidak kenal, menjadi seorang teman. Anuradha tidak pernah menyesali takdirnya. Karena takdir membawanya pada keluarga baru yang menyayanginya.

----- AKSA LOKA-----

END:  20 MAY 2024

Terima kasih banyak buat kalian yang udah mau baca dan vote ceritaku. Mari bertemu di cerita selanjutnya.

Aksa LokaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang