Untaian 00

3K 109 0
                                    

Gengssss, aku bawa cerita baru nih. Yang kemarin minta Brothership, aku kabulkan dengan bumbu persicklitan yang kalian suka.

Hope you like it😘

Hope you like it😘

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

~ 00 ~

[Adam Ardhito Praharja]

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

[Adam Ardhito Praharja]

Apa yang kalian pikirkan tentang banyaknya angan akan sebuah kebahagiaan?

Apa kalian ingin keluarga yang utuh, kehidupan yang bebas, kaya raya, sukses di usia muda, pintar dalam segala hal? Atau yang lebih sederhana lagi?

Definisi sebuah kebahagiaan di setiap orang memang tak bisa disamakan, dan tak bisa dipaksakan, karena kebahagiaan itu muncul tanpa kita tahu. Apa yang orang pikirkan pun kita tak pernah tahu, seperti apa orang yang jauh disana, apakah dia memikirkan kita juga? Belum tentu, bukan?

Gue menatap lembar demi lembar foto lama yang menjadi aset berharga dari yang namanya kenangan keluarga bahagia. Gue tidak mengatakan bahwa keluarga gue tidak bahagia, hanya sedikit tidak utuh saja. Semuanya berawal dari kedua orang tua gue yang memutuskan untuk berpisah di saat gue dan kakak gue masih duduk di bangku SD kelas 3. Lagi masa enak-enaknya begajulan nyari hal yang luar biasa ternyata beneran dapet yang luar biasa.

Gue ikut papa sementara Alam--kakak gue ikut mama. Papa menikah lagi dua tahun setelah berpisah dengan mama, dan gue nggak bisa dapat kabar apapun lagi dari mama sejak saat itu, juga kakak gue. Mereka berdua seolah sengaja menghilangkan diri dari hiruk pikuk dunia, entah pindah ke lain daerah atau lain benua. Gue benar-benar tidak tahu dimana keberadaan mereka, hingga hampir 8 tahun kita berpisah.

Gue punya adik perempuan, umurnya sekitar 10 tahun lebih muda dari gue, sekarang gue umur 16 tahun beberapa bulan lagi gue berulang tahun ke 17, tepatnya di bulan Januari. Gue akui dan bersyukur setidaknya istri baru papa menyayangi gue seperti anaknya sendiri, dan tidak pernah membeda-bedakan. Awalnya gue nggak bisa menerima, tapi ya anak kecil mana yang nggak butuh kasih sayang seorang ibu? Kadang gue berpikir bahwa Alam lebih beruntung dari gue karena dia bisa ikut mama, jujur saja dua tahun setelah perpisahan itu sebelum papa menikah lagi, itu adalah tahun terberat dimana gue yang masih bocah harus melihat betapa kacaunya papa. Tapi Tuhan ternyata mengirimkan malaikat yang bisa menuntaskan kekacauan dalam diri papa.

Shriveled | NOMIN✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang