Untaian 09

764 49 1
                                    

~Harapan yang Cerah~

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

~Harapan yang Cerah~

[Adam Ardhito Praharja]

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

[Adam Ardhito Praharja]

Senyum yang terpatri di wajah gue rasanya tak ingin hilang. Gue menatap mangkuk kosong yang ada di pangkuan dengan cengiran puas. Misi menyuapi Alam berhasil sukses, dia terlihat tidak menolak saat gue suapi, lebih lagi sampai habis. Mungkin juga karena keadaannya lagi tidak mendukung jadi Alam memilih untuk tidak banyak menolak. Dia baru bangun pagi tadi dan keluar dari ICU sekitar jam satu siang, pastinya tenaga dan energinya belum pulih. Siapa juga yang tidur seminggu dan bisa pulih dalam kurun waktu kurang dari sehari? Hebat banget sih kalau ada.

Gue mengangsurkan suntikan besar yang berisi obat-obatan yang harus dikonsumi oleh Alam. Karena dia masih belum bisa menelan obat oral berbentuk pil, dokter memberinya obat cair dengan diberikan melalui suntikan besar agar mudah meminumnya.

"Pelan-pelan!" Ujar gue saat Alam meraih air dan meneguknya melalui sedotan. Dia terbatuk karena terburu-buru gue langsung menepuk punggungnya setelah menyimpan kembali segelas air itu.

"Pait banget." Adunya, gue cuman bisa menggaruk belakang kepalague yang tak gatal. Tidak tahu harus membalas apa.

Gue pun sedikit menurunkan ranjang Alam membuatnya berbaring dengan posisi semi fowler atau posisi badan 90°, gue juga membantu menata bantalnya dengan hati-hati takut menyenggol kateter infus nutrisi yang dipasang di dekat leher Alam. Setelah memastikan Alam nyaman gue baru duduk kembali. Pelan-pelan gue mulai belajar untuk merawat Alam, gue banyak baca beberapa artikel dan jurnal kesehatan yang bisa gue jadikan pengetahuan untuk menangani Alam saat kambuh.

"Masih pait nggak?" Tanya gue memastikan, Alam sudah bisa mengatasi rasa pahit dari obatnya. Begitu mendapatkan jawaban gelengan gue pun bisa lega.

"Makasih." Katanya lebih terdengar seperti gumaman.

"No, problem dude. Oh, iya ketua kelas minta nomor lo buat dimasukin ke grup kelas, gue kan belum punya nomor lo jadi gue bilang nanti gue mintain. Berapa biar gue catet." Jelas gue sambil merogoh saku dan mengeluarkan ponsel bersiap untuk mencatat nomor Alam, akan tetapi jawaban Alam bikin gue menganga.

Shriveled | NOMIN✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang