Untaian 15

868 58 4
                                    

~Perasaan Yang Tak Pernah Salah~

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

~Perasaan Yang Tak Pernah Salah~

~Perasaan Yang Tak Pernah Salah~

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


[Adam Ardhito Praharja]

Sejauh ini gue merasakan banyak perubahan antara hubungan gue dengan bang Alam. Dia yang semula hampir tidak pernah menghubungi gue lebih dulu, kini Alam yang lebih cerewet dan selalu menghubungi gue setiap kali di waktu istirahat. Hanya saja sejak kemarin gue tidak mendapatkan pesan atau telepon darinya, perasaan gue mendadak tidak enak. Hari ini memang hari terakhir gue di Jambore, tapi gue sudah ingin cepat-cepat pulang dan memastikan kalau perasaan gue salah.

Papa juga susah dihubungi, bunda pun hanya tadi pagi menanyakan kabar setelah itu dia tidak mengatakan apa-apa. Semalam gue memang sempat hampir pingsan, tapi karena kelelahan saja. Jadi hari terakhir ini tadinya gue ingin ikut pulang setelah acara penutupan tapi bang Arthur ngajak gue pulang duluan, sambil nganter anak-anak yang sakit buat pulang lebih dulu.

"Diem aja, Dam. Mikirin apa sih?" Gue menoleh menatap bang Arthur cukup lama, lalu mengedikkan bahu. Sedang gue melihat bang Arthur tampak kebingungan.

"Bingung, banyak banget yang dipikirin. Perasaan gue nggak enak Bang, gue takut terjadi apa-apa di rumah." Ujarku sambil menaikkan kedua kaki gue dan memeluknya.

"Hush! Nggak boleh mikir gitu. Berdoa aja biar semuanya baik-baik aja, gue lihat lo udah nggak fokus dari pagi, jadi daripada resiko lo pingsan lagi mending gue seret pulang. Tumbenan sih lo sampe tumbang, biasanya lo yang paling seger sampai kelar acara." Tegur Bang Arthur. Gue memang sudah tidak fokus sejak semalam, fokus gue cuman tertuju sama Alam yang ada di rumah. Perasaan gue mengatakan kalau mungkin ada yang terjadi sama Alam. Apa hal ini yang dinamakan ikatan batin?

Gue menanggapi bang Arthur dengan gumaman, lalu memilih untuk memejamkan mata seperti beberapa teman gue yang ikut pulang. Walaupun tidak benar-benar tidur, gue nggak akan bisa tidur selagi belum melihat Alam baik-baik saja. Gue jadi banyak berubah, fokus hidup gue kini berpusat pada Alam, dominannya disana. Gue selalu khawatir, gue selalu takut kalau apa yang menyitas tubuh Alam akan semakin mengikisnya, dan perlahan-lahan membuat Alam hilang dari rangkulan gue.

Shriveled | NOMIN✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang