~Perasaan Yang Tak Pernah Salah~
[Adam Ardhito Praharja]Sejauh ini gue merasakan banyak perubahan antara hubungan gue dengan bang Alam. Dia yang semula hampir tidak pernah menghubungi gue lebih dulu, kini Alam yang lebih cerewet dan selalu menghubungi gue setiap kali di waktu istirahat. Hanya saja sejak kemarin gue tidak mendapatkan pesan atau telepon darinya, perasaan gue mendadak tidak enak. Hari ini memang hari terakhir gue di Jambore, tapi gue sudah ingin cepat-cepat pulang dan memastikan kalau perasaan gue salah.
Papa juga susah dihubungi, bunda pun hanya tadi pagi menanyakan kabar setelah itu dia tidak mengatakan apa-apa. Semalam gue memang sempat hampir pingsan, tapi karena kelelahan saja. Jadi hari terakhir ini tadinya gue ingin ikut pulang setelah acara penutupan tapi bang Arthur ngajak gue pulang duluan, sambil nganter anak-anak yang sakit buat pulang lebih dulu.
"Diem aja, Dam. Mikirin apa sih?" Gue menoleh menatap bang Arthur cukup lama, lalu mengedikkan bahu. Sedang gue melihat bang Arthur tampak kebingungan.
"Bingung, banyak banget yang dipikirin. Perasaan gue nggak enak Bang, gue takut terjadi apa-apa di rumah." Ujarku sambil menaikkan kedua kaki gue dan memeluknya.
"Hush! Nggak boleh mikir gitu. Berdoa aja biar semuanya baik-baik aja, gue lihat lo udah nggak fokus dari pagi, jadi daripada resiko lo pingsan lagi mending gue seret pulang. Tumbenan sih lo sampe tumbang, biasanya lo yang paling seger sampai kelar acara." Tegur Bang Arthur. Gue memang sudah tidak fokus sejak semalam, fokus gue cuman tertuju sama Alam yang ada di rumah. Perasaan gue mengatakan kalau mungkin ada yang terjadi sama Alam. Apa hal ini yang dinamakan ikatan batin?
Gue menanggapi bang Arthur dengan gumaman, lalu memilih untuk memejamkan mata seperti beberapa teman gue yang ikut pulang. Walaupun tidak benar-benar tidur, gue nggak akan bisa tidur selagi belum melihat Alam baik-baik saja. Gue jadi banyak berubah, fokus hidup gue kini berpusat pada Alam, dominannya disana. Gue selalu khawatir, gue selalu takut kalau apa yang menyitas tubuh Alam akan semakin mengikisnya, dan perlahan-lahan membuat Alam hilang dari rangkulan gue.
KAMU SEDANG MEMBACA
Shriveled | NOMIN✔️
Teen Fiction"Kekusutan ini tak akan berakhir sebelum semuanya ditarik menjadi satu garis lurus." (Adam Ardhito Praharja) Adam, kira hidupnya akan indah setelah sang kakak kembali satu rumah dengannya. Akan tetapi Adam, baru menyadari bahwa Alam tak lagi sama. S...