~ Dekat yang Terasa Asing ~
[Alam Ardhito Praharja]
Ruang kamar yang besar dan terlihat nyaman, entah kenapa aku merasa aneh. Terbiasa hidup di ruang kamar minimalis yang sempit tiba-tiba pindah ke rumah besar. Aku pernah merasakan hal ini saat dulu semuanya belum begitu rumit. Tapi aku perlahan lupa seperti apa rasanya hidup dalam kenyamanan.
Aku--Alam Ardhito Praharja, mungkin kalian sudah bertemu dengan Adam terlebih dulu, ya, aku saudara kembar Adam yang lahir tiga puluh menit lebih dulu. Delapan tahun kami berpisah ternyata membuatku tak bisa lagi merasakan sebuah perasaan yang dulu pernah kita rasakan. Semenjak aku tahu Adam hidup dengan penuh kenyamanan, bohong jika tidak pernah ada rasa cemburu akan hal itu. Aku iri dan cemburu melihat keberuntungan yang Adam miliki selama ini.
Aku memang tidak pernah bertatap muka lagi setelah mama memutuskan buat buang semua masa lalu dan pindah ke Semarang, tempat kampung halaman Mama berada. Sejujurnya sejak dulu aku tidak tahu alasan jelasnya seperti apa yang membuat mama sama papa berpisah. Aku masih terus bertanya-tanya, tapi jawaban itu tak pernah kudapatkan. Sampai Mama pergi karena terkena serangan jantung saat sedang bekerja.
Selama ini mama banting tulang sendiri menghidupiku dengan menjadi seorang TKW, di negara tetangga. Sementara aku tinggal bersama dengan nenek saja di Semarang, jujur aku sempat kesal kenapa papa tidak pernah mencari atau menanyakan keberadaanku. Tapi setelah aku tahu, bahwa mama sengaja menjauhkanku dengan papa dan juga Adam.
Jika bukan karena kondisi buruk yang menimpaku sekitar satu tahun yang lalu, mama pasti tidak akan pergi dan aku tidak akan bertemu dengan papa atau Adam. Aku senang bisa bertemu mereka berdua lagi, tapi aku juga kesal dan marah ketika mengingat masa-masa sulit yang kuhadapi sendiri.
Setahun yang lalu aku di vonis vaskulitis, dan sebulan sebelum mama pergi aku dapat masalah baru dari penyakit sialan itu. Fungsi paru-paruku menurun sekitar lima puluh persen, setelah terkena infeksi dan pembuluh darahku yang mengarah ke paru-paru terkena peradangan yang membuatnya tersumbat. Itu alasan besar kenapa nasal kanul itu aku kenakan, karena aku membutuhkan benda itu untuk tetap bisa bernapas. Bukankah itu hal yang memuakkan? Mama yang dengar kabar itu pun terpukul dan semakin gila kerja sampai akhirnya dia melupakan kondisi kesehatannya sendiri. Tanpa kutahu juga, biaya pengobatan yang kuterima ternyata mama dapatkan dari hasil jerih payah juga hutang kesana sini. Itu juga alasan yang buat aku akhirnya diserahkan kembali ke papa, karena nenek udah tua banget, dan adiknya mama sudah cukup sulit dengan ekonomi keluarganya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Shriveled | NOMIN✔️
Teen Fiction"Kekusutan ini tak akan berakhir sebelum semuanya ditarik menjadi satu garis lurus." (Adam Ardhito Praharja) Adam, kira hidupnya akan indah setelah sang kakak kembali satu rumah dengannya. Akan tetapi Adam, baru menyadari bahwa Alam tak lagi sama. S...