Untaian 03

1K 74 0
                                    

~ Retak yang Tak Bisa Dikembalikan~

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

~ Retak yang Tak Bisa Dikembalikan~

~ Retak yang Tak Bisa Dikembalikan~

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


[Adam Ardhito Praharja]

Guratan mendung tipis tampak membuat semua orang yang berada di lapangan sedikit merasa puas, karena tak harus menahan panas yang terik. Meski masih pagi terkadang sinar mentari bisa saja menyengat. Agak menyebalkan sih. Dari sudut mata gue melirik ke tempat Alam berada, dia sedang duduk manis bersama bu Warta yang tampak kepo dengan kehadiran sosok Alam dengan penampilan uniknya itu.

Sejak kedatangan Alam pagi tadi sekolah pun mulai gempar terutama saat wajah Alam yang sekilas mirip dengan gue itu terekspos membuat semuanya bertanya-tanya, siapakah Alam, dan kenapa dia pindah? Sakit apa? Itu sudah gue dengar dari banyak murid yang membicarakannya selama apel pagi tadi.

Lebih tidak menyangka lagi, gue satu kelas dengan Alam, pasti papa sudah merencanakan semua ini. Sekarang pelajaran olahraga dan Alam tidak ikut karena mendapatkan dispensasi terkait kondisinya. Gue rada iri sekarang, karena gue males panas-panasan di tengah lapangan. Meski waktu masih menunjukkan pukul 9 pagi.

"Dia beneran kembaran lo, Dam?" Gue menoleh pada Ajil--cowok berkulit sawo matang yang rada gesrek otaknya. Gue cuma bergumam sebagai jawaban.

"Kok nggak mirip sih? Kok gantengan dia?" Rendi--koko Jaksel itu menyahut dari tempatnya, gue lagi-lagi membuang napas malas menanggapi mereka yang sudah bertanya untuk kesekian kalinya, dan berujung meledek gue.

Gue sih tidak masalah diledekin, biar deh sepuas mereka. Memilih merebahkan diri di rerumputan, dan memejamkan mata. Mendadak kepala gue pusing, karena memikirkan apa yang Alam katakan pagi tadi.

Apa beneran dia nggak suka sama gue?. Tanya gue dalam hati.

"Nggak usah galau gitu kali, Nyet! Kayak apa aja. Lagian Shapira nggak akan kecantol sama dia." Gue mendelik menatap Ajil dengan tatapan tidak suka, untuk apa dia membawa nama Shapira di antara gue sama Alam. Itu benar-benar jauh dari konteks yang ada.

"Nggak ada hubungannya kali! Bego banget sih kalian, tau ah." Gue beranjak dari sana dan pergi untuk membeli makanan sebelum bel istirahat berkumandang dan membuat kantin penuh dengan keributan.

Shriveled | NOMIN✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang