Untaian 08

890 56 4
                                    

~Meluruhkan Ego~

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

~Meluruhkan Ego~

[Alam Ardhito Praharja]

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


[Alam Ardhito Praharja]

Seseuatu yang dijejalkan ke dalam mulut hingga tenggorokanku membuatku merasa tidak nyaman. Suara-suara mesin yang berisik seperti memaksa kedua netraku untuk terbuka, meski terasa sangat berat. Mataku berhadil kubuka segaris, dan aku bisa melihat banyak alat medis yang menopang tubuhku, terutama selang yang ada dimasukkan ke mulutku. Aku pernah merasakan ini saat pertama kali dokter mengatakan fungsi paru-paruku menurun 50% dan ini yang kedua.

Banyaknya alat medis juga mungkin obat yang diberikan membuat tubuhku tak bisa bergerak dengan leluasa, rasanya benar-benar lemas. Mataku kembali terpejam karena tak kuat jika terlalu lama membukanya, seolah ada lem untuk merekatkan mataku.

Paru-paruku masih sama, rasanya masih seperti sedang tenggelam di dasar lautan. Penuh dan menyesakkan, derap langkah kaki beberapa orang samar-samar terdengar mendekat ke arahku. Pipiku ditepuk, lalu ada yang menyenter mataku, memastikan kesadaranku sudah kembali atau belum. Mereka seperti berdiskusi mengenai kondisiku, ada yang bertanya padaku dan kujawab dengan gumaman saja.

Selanjutnya mereka melepas selang yang dimasukan ke mulutku, aku terbatuk hebat saat selang itu ditarik keluar. Rasanya benar-benar luar biasa, enatah berapa lama aku memakai alat itu, tapi sepertinya bukan sehari dua hari saja, karena aku merasakan tenggorakan rasanya perih dan sakit. Mereka mengganti selang itu dengan sebuah nasal kanul yang bertekanan tinggi yang disambung kan dengan mesin yang sama dengan mesin yang digunakan untuk selang tadi. Aku tidak tahu namanya apa, karena meski sudah hampir dua tahun aku sakit tapi aku tidak berniat untuk mencari tahu tentang alat-alat medis kecuali yangaku butuhkan untuk sehari-harinya. Aku juga bukan dari anak IPA, sebelumnya aku mengambil jurusan Bahasa dan aku sangat menyukai sastra. Aku beberapa kali ikut lomba puisi tingkat kecamatan atau kabupaten dan beberapa kali menang meski belum menempati posisi pertama, aku lebih tidak mengira kalau Adam juga masuk jurusan bahasa. Dia dulu sih suka sekali dengan komik dan novel action tidak tahu sekarang masih sama atau sudah berganti hobi.

Mataku tak bisa ditahan lagi rasanya benar-benar berat, aku tidak tahu obat apa yang baru diberikan oleh dokter, rasa kantuk yang luar biasa menelanku dan dalam hitungan beberapa detik setelah obat itu disuntikan aku pun terlelap.

Shriveled | NOMIN✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang