Untaian 05

1K 67 2
                                    

~Menunggu dan Berharap~

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

~Menunggu dan Berharap~

[Adam Ardhito Praharja]

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

[Adam Ardhito Praharja]

Terkadang takdir tuh memang suka bermain-main sama manusia. Berharapnya apa, dikasihnya apa, ya namanya juga hidup kendali sepenuhnya ada di atas sana. Gue baru saja merasa senang saat dua hari yang lalu Alam nolongin gue. Gue bisa melihat diri Alam yang sesungguhnya di saat itu. Gue kira ketegangan diantara kita sudah selesai, tapi ternyata, selama gue di rumah sakit Alam tak menunjukkan batang hidungnya sama sekali, bahkan saat gue hendak pulang setelah menjalani perawatan pasca operasi di rumah sakit pun masih tak ada tanda-tandanya.

Hingga gue memergoki papa keluar dari bangsal yang ada di sebelah bangsal yang gur tempati gue. Tentu tanda tanya besar pun langsung muncul dalam diri gue. Siapa yang papa kunjungi?

"Pa--" panggil gue tertahan, papa tampak terkejut mendengar panggilan dari gue, dia refleks menoleh dan tersenyum kikuk seperti orang yang tertangkap basah.

"Kamu mau kemana?" Tanya papa sambil berjalan mendekati gue.

"Papa kenapa masuk kesana, papa jenguk siapa? Temen papa sakit?" Todong gue dengan beberapa pertanyaan. Papa seperti pasrah dan tak bisa mengelak dari pertanyaan gue. Sampai akhirnya gue tahu kalau yang ada di bangsal itu adalah Alam.

"Jadi Bang Alam sakit juga? Kenapa papa nggak bilang dari kemarin?" Gue masih terus mendesak papa agar menunjukkan alasan yang sebenarnya, kenapa dia diam saja sejak gue bertanya Alam dimana?

"Abang kamu yang minta, papa ambilin kursi roda dulu jangan banyak-banyak gerak, Dam! Jahitannya masih belum kering." Papa berderap mengambil kursi roda yang tersedia di kamar, lalu keluar dengan benda itu. Ya, memang terasa nyeri sih waktu gue buat bangun dan jalan keluar.

Dari pada berdebat gue memilih menjadi anak penurut dan duduk manis di kursi roda. Setelah itu papa mendorong kursi roda gue menuju bangsal tempat Alam berada, entah kenapa gue merasa jantung gue rasanya ingin melompat keluar saking kencang detaknya. Terlebih saat papa membuka pintu bangsal rawat Alam. Gue meneguk ludah susah payah dan tanpa sadar meremas celana piyama yang gue pakai.

Shriveled | NOMIN✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang