~Yang Terpenting Kamu~
[Alam Ardhito Praharja]
Ada satu ketika perasaan tak ingin pergi atau ditinggalkan itu meluap-luap, kita kadang berharap orang di sekitar kita selalu ada, mencurahkan perhatian untuk kita. Tapi kadang kita juga lupa bahwa mereka juga membutuhkan kita saat-saat tertentu.
Aku menyesal sempat hilang kepercayaan pada Adam, saat semua yang aku takutkan terjadi rasanya semakin sesak saja. Kenapa harus Adam juga yang merasakan sakit? Apa aku telah salah berdoa? Apa ada harapan yang salah yang telah aku panjatkan?
Aku menoleh mentap wajah tenang Adam yang baru saja tidur setelah diberikan obat. Papa mengambil keputusan untuk menjadikan kita satu kamar saja, agar lebih mudah untuk menjaganya. "Dam, entah kapan kita akan pergi. Aku cuman berharap aku saja yang pergi lebih dulu, mungkin milikku bisa menyelamatkanmu. Aku ingin kamu hidup lebih lama, menikmati kehidupan dan masa depanmu." Aku berujar dalam hati, saat ini aku hanya berharap bisa menghabiskan waktu dengan Adam, jika sudah tidak ada kemungkinan untuk bertahan, mungkin jantungku masih bisa diselamatkan dan juga menyelamatkan Adam. Semoga saja jantung ini masih baik-baik saja.
Aku selalu menginginkan akhir yang bahagia, bersama dengan orang-orang terkasihku. Bagaimana aku hidup dan menikmati waktuku dengan banyak hal-hal yang menyenangkan. Tapi ini lah kehidupan, penuh dengan luka, duka dan kenyataan pahit. Kita tidak bisa memilih untuk pergi atau tetap tinggal.
Aku mengingat kembali masa-masa kecil dulu saat semuanya masih tak banyak drama kehidupan yang menghampiri. Rasanya benar-benar bahagia sekali, tak ada beban yang harus dipikul, tak harus memikirkan sebuah masa depan. Tapi kini semuanya berbeda, rasanya kehidupan semakin hambar saja, napas yang semakin menipis. Hadir di tengah-tengah keluarga baru papa ternyata mampu memberikan rasa yang lebih baik.
Aku menatap langit-langit di atasku, apa Tuhan sengaja membiarkan kita berlomba-lomba untuk menemui bunda?
"Bang! Lo nggak kesambet kan?" Suara Adam sukses menyentakku kembali pada dunia nyata, aku tidak sadar berapa lama dia menatapku, sampai menganggapku kesambet? Mana ada siang bolong gini kesambet? Ada-ada saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
Shriveled | NOMIN✔️
Teen Fiction"Kekusutan ini tak akan berakhir sebelum semuanya ditarik menjadi satu garis lurus." (Adam Ardhito Praharja) Adam, kira hidupnya akan indah setelah sang kakak kembali satu rumah dengannya. Akan tetapi Adam, baru menyadari bahwa Alam tak lagi sama. S...