~Sama-sama Takut~
[Alam Ardhito Praharja]Tak ada yang lebih sakit ketika mendengarkan kenyataan pahit yang sudah terjadi. Aku benar-benar menyesal dan merasa sesak mendengar cerita dari Adam tentang apa yang terjadi selama ini, ketakutan pun kini membuatku tak bisa memejamkan mata. Padahal jam sudah memasuki dini hari, tapi mataku masih kupaksa untuk menelusuri halaman artikel kesehatan mengenai kondisi yang pernah Adam alami dan kemungkinan resiko yang akan terjadi. Rasa lemas mendadak menyerangku, aku hanya bisa menatap layar macbook dengan tatapan kosong dan hampa.
Bukan seperti ini yang aku inginkan, aku tidak ingin Adam menderita sepertiku dan tersiksa dengan rasa sakit yang luar biasa.
Tuhan, apa yang sebenarnya ingin Engkau tunjukan dari takdir yang menyiksa ini, apa belum cukup Engkau mengujiku dengan rasa sakit? Apa Engkau juga ingin merenggut kebebasan saudaraku suatu saat nanti? Kumohon, biar aku saja yang merasakan rasa sakitnya, jangan Engkau berikan pada adikku. Aku bermunajat dalam hati berharap Tuhan mendengarkan semuanya dan mengabulkan apa yang aku inginkan.
Aku menutup mackbookku dan dengan langkah terseok kembali ke ranjang. Rasa sesak tak dapat aku kendalikan untuk sesaat hingga aku pun jatuh tertidur karena lelah yang luar biasa. Aku berharap semua yang Adam katakan hanyalah mimpi, sekarang aku tidak masalah kalau hanya aku yang menderita, aku ingin Adam bahagia dan bisa menikmati hidupnya. Karena dengan itu aku merasa bahagia juga saat ini.
Mataku terbuka saat sinar mentari menyusup masuk dari balik gorden kamar. Aku meraih ponsel dan melihat jam sudah menunjukkan pukul sembilan pagi, untungnya hari ini libur. Rasa ngilu di sekujur tubuh, juga pusing yang pertama kali aku rasakan saat mencoba untuk bangun. Meski seperti itu aku masih tetap memaksa bangun, hingga saat aku bisa terduduk cairan hangat ikut meluncur dan mengotori selimut yang masih aku kenakan. Buru-buru aku melepas nasal kanul yang kugunakan dan menutup hidungku dengan tangan, lalu beranjak pergi ke kamar mandi sambil terhuyung, beberapa kali aku hampir terjatuh karena kehilangan keseimbangan.
Sampai di kamar mandi aku membiarkan darah segar itu mengucur di wastafel membuat wastafel berwarna putih itu penuh dengan noda merah. Beginilah jika aku kelelahan bukan hanya fisik tapi juga mental. Beberapa hari setelah Adam bercerita hampir setiap malam aku tidak bisa tidur. Karena banyak hal yang memenuhi kepalaku, dan seperti menolak membiarkan pikiranku untuk tidur.
KAMU SEDANG MEMBACA
Shriveled | NOMIN✔️
Teen Fiction"Kekusutan ini tak akan berakhir sebelum semuanya ditarik menjadi satu garis lurus." (Adam Ardhito Praharja) Adam, kira hidupnya akan indah setelah sang kakak kembali satu rumah dengannya. Akan tetapi Adam, baru menyadari bahwa Alam tak lagi sama. S...