~Pengakuan dan Permulaan~
[Adam Ardhito Praharja]
Cericip suara burung yang berlomba dengan deru mesin kendaraan dan klakson ikut mengisi pagi yang diiringi gerimis tipis. Desember benar-benar menyebalkan, curah hujan yang tidak bisa diprediksi membuat semua orang bisa terjebak sewaktu-waktu. Untung saja gue bisa datang tepat waktu di sekolah, jadi tidak akan mendapatkan hukuman dari Serena karena telat. Alam sudah berangkat lebih dulu, karena gue tadi harus mampir ke mini market untuk membeli sesuatu.
Dan untungnya gue bisa mengejar bel jam pertama dengan berlari sekecang mungkin ke kelas. Gue sampai mengejutkan seisi kelas karena datang tiba-tiba sambil membuka pintu dengan keras. Cengiran pun auto terbit di wajah gue, tak lupa gue juga meminta maaf pada penghuni kelas gue. Hal itu sudah biasa, temen-temen kelas gue sudah hafal siapa yang membuat keributan di pagi hari. Jika tidak membanting pintu, maka berdebat dengan Serena hingga mendapatkan teguran dari dulu, untung saja Gue tidak satu kelas dengan cewek itu, lebih tepatnya tidak satu jurusan karena Serena anak IPA, yang tentu beda gedung. Biasanya Serena ngikutin gue karena mastiin gue benar-benar masuk kelas dan tidak bolos. Memang seperhatian itu Serena yang seperti macan. Mama cantik untuk anak-anak gue, sudah Adam sudah nggak usah dipaksa inget realita!
Gue segera menghampiri tempat duduk gue dan duduk di sana. Ajil dan Rendi pun menghampiri gue. "Ngapain lo lari-lari kan pak Latif lagi izin?"
Gue auto menganga, lah bisa-bisanya gue ketinggalan info. "Aku udah kasih tahu kamu." Sahut Alam yang duduk tidak jauh dari tempat duduk gue, karena tempat duduknya baru saja di rolling. Gue semakin bingung dan mencoba mengingat-ingat kapan Alam memberitahu gue info tentang pak Latif yang tidak masuk?
Gue menggelengkan kepala, lalu melambaikan tangan tak mau tahu. Intinya gue agak ngambek, gara-gara lari-larian gue pasti bakal laper di jam sebelum istirahat. Itu tidak baik untuk fokus gue yang hanya setipis tisu.
"Mending mabar yok! Si Alam hpnya baru, mau mabar sama kita nggak?" Ajak Ajil, Alam menggeleng lalu memilih untuk fokus pada tugas yang diberikan pak Latif melalui grup WA.
KAMU SEDANG MEMBACA
Shriveled | NOMIN✔️
Teen Fiction"Kekusutan ini tak akan berakhir sebelum semuanya ditarik menjadi satu garis lurus." (Adam Ardhito Praharja) Adam, kira hidupnya akan indah setelah sang kakak kembali satu rumah dengannya. Akan tetapi Adam, baru menyadari bahwa Alam tak lagi sama. S...