Masih Adakah Cinta ?

4 4 0
                                    

Namaku Ilyas seorang guru PAI di SMPN 3 Harapan, usiaku dua puluh lima tahun. Aku terbilang guru paling muda di antara yang lain sehingga banyak murid yang berusaha mendekatiku dengan cara menggoda.

Namun, dari sekian banyaknya murid yang menggoda hanya ada satu yang amat cuek dan tidak mudah luluh hatinya hanya karena sebuah wajah tampan.

Dia adalah Raihanah seorang siswi yang berusia tiga belas tahun saat itu yang mungkin ia berumur delapan belas tahun saat ini.

Aku tidak tahu bagaimana sekarang keadaannya apakah ia masih secuek dulu atau malah jadi periang sekarang.

Kini aku berada di tempat yang sama di mana kami berdua sering bercanda ria bersama. Yaitu, di depan kelasnya yang sekarang berubah menjadi ruang ekskul.

"Pak Iyas"

Itulah sebutan manja para anak gadis di sini untukku berbeda dengan dulu saat masih ada Raihanah. Mereka semua tidak berani mendekati apa lagi sampai menyapa dengan cara seperti itu.

"Hay.. ada yang bisa Bapak bantu ?"

"Bapak mau enggak jadi suami Tasya ?"

"Oh iya Bapak lupa ada tugas di kantor maaf ya, Assalamualaikum"

Seketika itu aku segera berlari menjauhinya bukan karena tidak suka tapi, aku merasa risi dengan perkataannya polos tapi, amat tidak sopan bila seorang murid mengatakan hal itu pada gurunya tanpa aba-aba.

***

Sesampainya di kantor aku benar-benar merindukan sosok seorang Raihanah yang berpenampilan sederhana, tidak mengikuti arus zaman, di mana semua teman-temannya berpenampilan sangat wah ia hanya menjadi dirinya sendiri.

Namun, aku tidak tahu keadaannya sekarang apakah masih sama atau kini ia mengikuti mereka juga.

"Pak Ilyas"

Seketika itu aku mendapati seorang wanita paruh baya berbadan gemuk, lipstik yang amat merah, bedaknya yang tebal, memakai sepatu hak tinggi, berpakaian serba merah muda, berkerudung putih membuatnya terlihat awet muda, ia bernama Ibu Hani.

"Iya Ibu"

"Saya liat belakangan ini banyak anak gadis yang menawarkan diri untuk menjadi istri"

"Ah itu sudah biasa Bu"

"Lalu kenapa Pak Ilyas enggak cepat-cepat cari istri supaya enggak digodai terus ?"

"Ah belum ada jodohnya Bu"

"Oh iya sekarang kira-kira gimana ya kabar Raihanah ? Bukankah dulu kalian berdua amat dekat sampai banyak guru dan murid jodoh in kalian ?"

"Ya namanya juga sekolah Bu pasti dijodoh-jodohkan"

"Saya doa in semoga Pak Ilyas benar-benar berjodoh dengan Raihanah karena saya perhatikan ia wanita yang sangat baik tidak mudah tergoda oleh rayuan laki-laki mana pun dan wanita seperti itu pantas Bapak miliki"

Seketika itu jantung ini berdebar sangat kencang membuat suhu tubuh ini tidak menentu. Setelah Ibu Hani selesai berkata demikian akhirnya semua guru berdatangan karena saat memasuki ruangan ini memang tidak terdapat siapa pun hanya aku yang diikuti oleh Ibu Hani.

"Ciee .. ada yang senyum-senyum sendiri nih setelah sekian lama" sahut Pak Harun

"Iya tuh Pak tadi 'kan saya mengobrol sama Pak Ilyas tentang kecocokannya dengan Raihanah alumni sekolah ini yang dulu sempat jadi artis di sini karena dekat dengan Pak Ilyas"

"Pak Ilyas ! Kamu beneran cinta sama murid sendiri ?! Hah !"

"Uda-uda jangan bikin dia malu" timbal Ibu Desi

Bukan Cinta BiasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang