Hari-hari berlalu begitu cepat, hari ini waktunya aku, Mas Ilyas, dan Atifah jalan-jalan, namun sebelum itu karena hari masih pagi dan Atifah belum bangun, segera ku bangunkan untuk shalat Subuh.
Aku menepuk pipinya yang tembam secara perlahan, “Sayang, bangun yuk kita shalat Subuh”
“Mm.. masih kantuk Ummah, igaunya”
“Ya Uda kalo gak mau bangun sama gak mau shalat Subuh Ummah tinggal in Atifah di sini, Ummah mau jalan-jalan sama Abah, Ummah titip kamu ke Pak Galih dan Ibu Nadira ya” seketika ia terbangun dan memeluk lenganku
“Eh, jangan tinggal in ikut” rengeknya dengan suara cadel
“Ya uda, bangun sekarang, wudu, shalat, makan, setelah itu mandi”
Seketika ia terduduk, “Siap Ummah”
“Jangan lupa doa bangun tidurnya”
“Alhamdullillahilladzi ahyaanaa bada maa amaatanaa wa ilaihin nushur” ucapnya dengan lantang dan lancar “Aamiin”
“Pintar anak Ummah” ku elus puncak kepalanya”
Setelah mengakhiri Atifah ku menuju dapur untuk melanjutkan kegiatan, yaitu memasak makanan, dan tak lama ku mendengar ucapan salam dari Mas Ilyas.
“Masak apa pagi ini ?”
Ku dapati ia di belakangku, segera ku gapai tangannya, “ Sayur Sop dan tumis ikan teri”
“Wah, enak kayaknya, jadi gak sabar buat makan”
Tidak lama Atifah keluar dari kamar mandi dengan basah kuyup membuatku memutarkan bola mata sedangkan Mas Ilyas menepuk jidatnya sendiri. Melihat reaksi kedua orang tuanya, Atifah hanya tersenyum sembari memperlihatkan giginya yang putih dan berlari menuju kamar, melihat hal itu aku langsung berteriak.
“Jangan lupa lepas dulu pakaiannya ganti pakai samping dulu baru pakai mukena”
“Hah gini nih gak ke pantau dikit langsung basah kuyup Atifah .. Atifah” sahut Mas Ilyas sembari gelengkan kepala.
Kini semua hidangan sudah tersedia waktunya makan bersama, ku pandangi Atifah yang hanya memakai balutan samping membuatku menautkan alis.
“Kenapa gak pakai baju ?” Atifah peka dengan pertanyaan itu
“Kan basah Ummah, lagian mau mandi” mendengar hal itu Mas Ilyas yang sedang minum pun tersedak
“Uhuk”
“Eh hati-hati Mas”
“Gak salah dengar Atifah bilang apa barusan Sayang ?” ujarnya sembari memangku Atifah untuk duduk di pangkuannya
“Iya kan Atifah mau mandi masa pakai baju yang basah nanti sakit, kalo yang baru nanti Ummah omeli”
“Hm.. betul-betul, kalo gitu biar Abah peluk kamu ya supaya kamu merasakan kehangatan”
“Ya Uda, habis ini Atifah mandi ya”
“Siap Ummah”
“Ya uda, sebelum makan kita baca doa dulu yuk, Atifah yang pimpin, sambil tes doa harian Atifah hafal sampai mana” timbal Mas Ilyas “Mulai”
“Bismillahirrahmanirrahim, Allahuma baarik lanaa fiimaa rozaqtanaa wa qinaa 'adzaa bannaar. Aamiin."
***
Jam menunjukkan pukul delapan, semuanya telah selesai tinggal memandikan Atifah.
“Atifah, kita ke kamar mandi yuk sayang, pakai handuknya” Atifah segera pergi ke kamar untuk melaksanakannya, tidak lama ia sudah memakai handuk, “Dipakai gak doa melepas pakaiannya yang pernah Ummah dengan Abah ajar”
“Dipakai dong Ummah cantik”
“Coba pengen dengar”
"Bismillahiladzi laa illaha illahu"
“Pintar anak Umma”
“Anak Abah juga dong” ku dapati Mas Ilyas menghampiri kami dan berjongkok supaya sejajar dengan ku dan Atifah “ Selain itu sekarang doa masuk kamar mandi”
“Allahuma innii a'uudzu bika minal khubutsi wal khobaa-its” ucap Atifah sembari masuk kamar mandi yang aku ikuti.
***
Kini semua telah selesai, saat aku dan Atifah akan menaiki motor ku dapati Pak Galih yang tengah menyiram tanaman.
“Pak Yas,” sahut Pak galih yang membuat kami bertiga menoleh “Jalan-jalan nih haha”
“Biasalah ajak main anak istri”
“Hm.. Atifah, jangan lupa ya oleh-oleh buat paman”
“Siap paman Galih” balas Atifah cadel yang membuat Pak Galih mengacungkan dua jempol
“Semua sudah siap ?” Sahut Mas Ilyas
“Siap” balasku dan Atifah bersamaan
“Doanya ?”
“Bismillahi tawakkaltu ‘alallah, laa hawla wa laa quwwata illa billah — uda Abah, kita berangkat ” timbal Atifah dengan semangat
“Wah, pintar banget Atifah baca doanya” sahut Pak Galih yang dibalas senyumanku dan Atifah
“Kalo gitu kita berangkat dulu ya Pak Galih” sahut Mas Ilyas
“Oh iya silakan Pak Yas”
***
Kini kami sampai di taman kota, kami jajan makanan dengan banyak terutama Atifah, ia sangat bahagia karena ini untuk pertama kalinya ia datang, saat berada di sana tidak lupa aku mampir ke toko buku hanya untuk membeli novel dan buku cerita untuk Atifah.
Sedangkan Mas Ilyas ia lebih suka tentang Al Quran dan hadis atau perkitaban, dan di toko buku ini semua lengkap, apa pun yang kami butuhkah selalu ada.
Aku sangat bersyukur memiliki keluarga kecil yang sefrekuensi, walau Mas Ilyas lebih suka koleksi perkitaban akan tetapi, bila soal novel ia juga selalu meminjam padaku walau dalam jangka waktu seminggu sekali novel uang ia baca tidak kunjung tamat. Sedang Atifah lebih suka mendengar cerita sebelum tidur walau kadang sehabis pulang sekolah Atifah baca buku dengan sistem eja.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bukan Cinta Biasa
Fanfiction🍉Selamat Membaca🍉 Cinta segitiga antara dua guru pria dan seorang siswi SMK sedangkan kedua guru tersebut tidak lain adalah guru SMP-nya dulu. Sebut saja Raihanah, ia adalah seorang siswi yang lugu dan pendiam, sangat anti dengan keramaian. Sedang...