Atifa Az-Zahra

1 2 0
                                    

Kini kandungan Raihanah sudah memasuki bulan kesembilan membuatnya sedikit kesulitan dalam menjalani kegiatan, mengharuskan Pak Ilyas ekstra membantu pekerjaan rumah.

Namun, tidak lama keluarga Raihanah datang membawa banyak makanan ringan. Hal itu membuat Raihanah merasa bahagia, bukan hanya kedua orang tuannya saja akan tetapi Devika juga hadir bersama Satya yang membuat rumah semakin ramai.

“Wah uda mau keluar aja nih bayi” sahut Devika sembari menghampiri Raihanah dan menyentuh perutnya.

“Heheh, iya nih kapan Tante Devika menyusul” ledek Raihanah menggunakan suara seperti anak kecil membuat seisi rumah tertawa kecuali Devika dan Satya, mereka hanya diam dengan pipi merona malu.

***

Jam menunjukkan pukul sembilan siang, seluruh keluarga kini berada di ruang TV berkumpul sembari memakan camilan.

“Aa-au”

“Kenapa Rai ?” Sahut Devika cemas

“Perutku, mulas”

“Jangan-jangan ...” timbal Satya yang membuat orang seisi rumah saling bertatapan

Tanpa berpikir panjang semuanya mulai pada tugasnya masing-masing, Saat Pak Ilyas menelepon rumah sakit, Devika dan Ibu Santi berusaha menenangkan Raihanah yang tengah merasakan sakit luar biasa.

***

Sesampainya di rumah sakit Raihanah langsung dibawa  ke ruang persalinan yang didampingi oleh Pak Ilyas.

Saat persalinan berlangsung semua orang yang ada di luar tidak berhenti berdoa untuk keselamatan Raihana dan bayinya.

***

Tidak terasa hari mulai petang, namun belum ada kabar apa pun dari ruang persalinan yang membuat keluarga semakin khawatir.

Tidak lama dari sana kini suara yang ditunggu telah hadir membuat semua orang menangis bahagia, suara apa lagi selain suara tangisan bayi Raihanah.

“Alhamdulillah” 

Kini dokter tengah keluar dengan sangat bahagia menyampaikan keadaan bayi dan ibunya.

“Alhamdulillah, atas izin Allah keadaan ibu dan bayinya baik-baik saja, sekarang bapak ibu bisa melihatnya”

“Alhamdulillah, terima kasih dok”

Saat semuanya masuk, bayi baru selesai diazani, karena mereka lupa bertanya sebelumnya tentang jenis kelamin bayi itu akhirnya Ibu Santi angkat bicara.

“Oh iya, jenis kelaminnya apa Yas ? Soalnya pas Raihanah mengandung kalian berdua gak pernah cek ke dokter untuk sekadar tahu jenis kelaminnya”

Pernyataan itu membuat Raihanah dan Pak Ilyas tersenyum saling menatap satu sama lain.

“Alhamdulillah Ma, perempuan”

“Maa Syaa Allah”

“Mm... Namanya siapa ?” sahut Satya

“Atifa Az-Zahra” sahut Pak Ilyas sembari menatap lembut putri pertamanya “ Atifa artinya lemah lembut dan Az-Zahra artinya indah, cerah dan cemerlang”

“Wow, keren, islami ya”

“Eh iya, orang tuanya Pak Ilyas belum dikasih tahu ?” sahut Devika

“Astagfirullah !” secara bersamaan

“Iya kamu benar Devika, saking senang dan khawatirnya kita sampai lupa buat kabari Ibu Marlin dan Pak Hasan” timbal Ibu Santi

“Kalo gitu kita kabari saja sekarang Ma” sahut Pak Rehan

“Iya Pa”

***

Beberapa hari berlalu, saat ini Pak Ilyas telah berada di sekolah, mengetahu hal itu Pak Harun bergegas memeluk Pak Ilyas dan mengucapkan selamat yang diikuti oleh guru yang lain.

“Pak Yas, anaknya perempuan ya ?” sahut Pak Harun

“Iya Pak Harun, Alhamdulillah perempuan”

“Hm... Namanya siapa ?”

“Atifa Az-Zahra”

“Hm... Bagus-bagus semoga sifatnya sama indahnya dengan nama yang Pak Ilyas kasih ya”

“Iya, Aamiin”

“Kalo gitu saya mau mengajar dulu di kelas sembilan” sembari menepuk pundak

“Iya Pak Harun, silakan”

Bukan Cinta BiasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang