Kenakalan Atifah

1 2 0
                                    

Tidak terasa empat tahun berlalu, gadis kecil kini tumbuh dewasa dengan balutan syar’i yang memukau, membuat setiap orang yang memandangnya merasa gemas dan tenang karena melihat kesederhanaan dan kelucuan Atifa.

“Atifa ! Kamu di mana Nak,” sahut Raihanah yang sedari tadi mencari di sekitar rumah.

“Assalamu’alaikum” sahut Pak Ilyas yang baru pulang dari sekolah dengan keadaan basah kuyup.

“Wa’alaikumussalam, Abah ! Atifah gak ada sedangkan di luar hujan” Raihanah semakin cemas “Eh sekarang Abah mandi dulu ya, takut sakit kalo soal makanan tadi Ummah uda masak”

“Enggak, kita cari dulu Atifah”

Saat keduanya menuju ke luar tiba-tiba terdengar suara tawa Atifa yang membuat mereka bergegas ke arah suara itu.

“Astagfirullah, Atifa ! Jangan hujan-hujanan nanti sakit” sahut Raihanah, sedangkan Pak Ilyas bergegas berlari untuk membawa Atifa ke dalam “Hm, sekarang dua-duanya yang basah”

Mendengar pernyataan itu Pak Ilyas ikut tertawa bersama Atifa karena melihat keluh istri tersayang.

***

Kini ketiganya sudah berada di meja makan dengan posisi Atifa berada di pangkuan Pak Ilyas, ketiganya terlihat bahagia penuh kehangatan dibalik hujan.

***

Sore ini Atifa baru selesai mandi, aroma bedak bayi yang membalut tubuhnya menarik perhatian kedua orang tuanya.

“Hm.... Harumnya putri Ummah” sahut Raihanah sembari mencium pipi Atifa yang disusul oleh Pak Ilyas

“Hm.... Sangat harum” lanjut Pak Ilyas

“Mm... Ummah” sahut Atifa

“Iya Sayang”

“Mm... Kenapa kita harus memakai jilbab ?”

Mendengar pertanyaan itu Raihanah dan Pak Ilyas merasa bahagia, karena mendapatkan pertanyaan yang sangat luar biasa dari putri kecilnya.

“Atifa suka permen ?” sahut Pak Ilyas

“Mm... Cuka, cuka banget !”

Seketika Raihanah mengambil dua buah permen susu di kantung bajunya untuk diserahkan pada Pak Ilyas.

“Lihat, sekarang ada dua buah permen kesukaan Atifa di tangan Abah, Abah buka ya satu” setelah Pak Ilyas membukanya dilemparlah permen itu ke lantai, “Sekarang Atifa ambil dan makanlah”

“Ih Abah oyok” setelah itu Pak Ilyas melempar permen yang satunya tanpa dibuka terlebih dahulu.

“Sekarang ambil yang barusan Abah buang lagi” Atifa melakukan apa yang diperintahkan oleh Pak Ilyas, “Buka dan makan permennya” Atifa melakukannya lagi, “Gimana ? Bisa dimakan kan”

“Hm” sembari memakan permen di pangkuan Raihanah

“Seperti permen, Allah sangat menjaga perempuan makanya Allah memerintahkan semua Muslimah untuk menjaga diri dengan berjilbab yang terulur hingga menutupi seluruh tubuhnya, sehingga tidak digoda atau menggoda lelaki bukan mahram di luar sana, dan terhindar dari fitnah, karena perempuan itu sebaik-baiknya perhiasan dunia dan sebaik-baiknya perhiasan adalah perempuan Sholeha”

“Lelaki bukan mahram itu contohnya ?” dengan suara cadelnya

“Ya .... Bapak-bapak di luar sana, teman-teman Atifa, kalo paman, Abah, kakek boleh lihat Atifa tanpa jilbab”

“Oh, gitu ya”

“Iya cantiknya Abah”

Syukron Abah”

Bukan Cinta BiasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang