Ingin Memilikimu

2 2 0
                                    

Pagi ini tubuhku terasa remuk setelah melakukan pencarian Raihanah semalam, memang itu semua kesalahanku yang teledor menjaganya karena malas ke mana-mana.

"Hah sekarang aku mau mandi — rasanya tubuhku tidak nyaman"

Saat beranjak dari tempat tidur aku mendapati foto di atas nakas di mana foto itu adalah fotoku dan kedua sahabatku yang tidak lain Raihanah dan Devika. Entah kenapa hati ini berbunga-bunga saat mendapati foto Devika.

Dengan perasaan hati gembira aku menuju kamar mandi sembari membawa handuk yang tersimpan rapi di lemari.

"Ujang pagi-pagi begini mau mandi memang mau ke mana ?" Aku berpaling ke suara itu mendapati paman yang sedang meminum kopi hitam kesukaannya di atas tikar.

"Oh, Satya mau ketemu Pak Ilyas"

"Mm.. Pak Ilyas calon suaminya Neng Raihanah itu nya ?"

"Iya"

"Oh mangga atuh gera ibak bilih ngantosan lami cobi Pak Ilyasna"

Aku segera berjalan kembali menuju kamar mandi dan membersihkan diri dengan secepat kilat.

***

Kini aku sudah berpakaian rapi menghadap cermin di kamar shalat karena, di sanalah semua keperluanku berada sebagian.

"Astagfirullahalazim ! Aku belum menghubungi Pak Ilyas kenapa bisa lupa seperti ini ?" Segera ku kembali menuju kamar dan mengambil ponsel di atas nakas " Assalamu'alaikum Pak Yas — Bapak, sekarang Bapak lagi sibuk enggak ? Kalo enggak Satya mau ada keperluan ke Bapak"

'Enggak tuh — memang ada keperluan apa ?' Sahutnya dari seberang telepon

"Bisa kita bertemu dulu Pak, nanti Satya katakan"

'Oh iya tentu saja — akan tetapi, tempatnya di mana ?'

"Di halaman belakang rumah Pak Ilyas saja — Satya mau ke sana sekarang"

'Hm.. pagi-pagi begini ? Kayaknya serius ya ?'

"Ya bisa dibilang gitu sih heheh — eh maaf Pak jadi kayak ke teman sepantar aja Satya bilang gitu ke Bapak maaf ya enggak sopan heheh"

'Enggak apa-apa santai saja --- hm Bapak tunggu ya — Assalamu'alaikum'

"Wa'alaikumussalam"

Setelah mematikan ponsel segera aku menuju ke ruang tengah dan membawa motor untuk aku panaskan sebelum menuju rumah Pak Ilyas. Sembari menunggu segera aku makan nasi goreng yang telah Bibi siapkan.

"Mam na cena nepi ka seep nya Ujang"

"Siap Bi"

Perutku sudah terasa kenyang, segera aku membereskan semua dan berjalan menuju motor. Segera aku pamit dengan perasaan yang entah seperti apa.

***

Sesampainya di rumah Pak Ilyas, aku tidak mendapati kehadiran siapa pun. Sepi dan semua tertutup rapat membuatku celingak-celinguk kebingungan.

"Assalamu'alaikum" sudah berulang kali aku mengatakannya namun, tetap tidak ada jawaban sampai akhirnya ada tetangga sebelah rumahnya yang membuka pintu.

"Dek ! Cari Pak Ilyas ya ?!" Sahut pria yang keluar dari dalam rumahnya

"Iya Pak"

"Ke sini, Pak Ilyas ada di sini, di rumah saya — hayuk"

Sesampainya di sana aku dipersilakan untuk masuk dan ternyata benar bahwa Pak Ilyas ada di rumahnya.

"Eh Satya — kamu ke sini sendirian ?" Sahut Pak Ilyas

Bukan Cinta BiasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang