Sore ini aku sedang sibuk dengan HP-ku di atas kasur, sedangkan Pak Ilyas sedang sibuk dengan laptopnya karena sebentar lagi ia akan segera masuk ke sekolah lagi.
Sejenak Pak Ilyas berhenti berusaha mengatur napas, “Mm.. Rai” aku langsung menoleh “Boleh bapak menanyakan sesuatu ?”
“Mm.. iya tentu saja, memang kenapa ?”
“Tapi jangan marah”
“Hm”
“Sejak kita menikah bapak tidak pernah melihat kamu melepas kerudung di hadapan bapak kenapa ?”
Dengan pertanyaan itu aku merasa terkejut, aku langsung memalingkan wajah dan berpikir, harus apa.
“ Memangnya harus banget sekarang ?” aku menundukkan kepala
“Mm.. enggak sih cuma gimana ya ... tapi, kalo kamu enggak mau enggak apa-apa bapak gak akan paksa kok tenang aja”
***
Sama halnya kemarin, malam ini Pak Ilyas shalat di rumah bersamaku karena hujan kembali turun. Selesai shalat Pak Ilyas membaca Al-Quran lagi, kali ini surah yang dibaca adalah Al-Baqarah.
Berbeda dengan Pak Ilyas, aku kali ini tiduran di pangkuan Pak Ilyas sembari mendengarkannya dengan wajah berseri-seri.
“Uhilla lakum lailataş-şiyāmir-rafasu ila nisā'ikum, hunna libāsul lakum wa antum libāsul lahunn, ‘alimallāhu annakum kuntum takhtanuna anfusakum fa tāba ‘alaikum wa ‘afā ‘angkum, fal-āna bāsyiruhunna wabtagu mā kataballāhu lakum, wa kulu wasyrabu hatta yatabayyana lakumul-khaitul-abyadu minal-khaițil-aswadi minal-fajr, summa atimmuş-şiyāma ilal-lail, wa lā tubāsyiruhunna wa antum ‘ākifuna fil-masājid, tilka hududullāhi fa lā taqrabuhā, każālika yubayyinullāhu āyātihi lin-nāsi la’allahum yattaqun... Shadaqallahul-Adzim”
Setelah selesai Pak Ilyas langsung memperhatikan ku yang kini pura-pura tengah terlelap sembari tersenyum dan ia mengelus-elus kepalaku.
“Hm.. Rai kamu ini ya bukannya ikut mengaji malah tertidur”
“Mm.. apa Pak Ilyas” igau ku
“Mau ke kamar sendiri apa bapak gendong ?”
“Gendong, aku pengen digendong” Pak Ilyas langsung membawaku ke kamar
Sesampainya di kamar, ku perhatikan Pak Ilyas bingung karena melihatku tidur menggunakan mukena sedangkan ia tidak pernah melihatku tanpa jilbab.
“Kalo aku buka berati tidak sopan tapi, kalo gak dibuka ...”
“Gak apa-apa Rai ikhlas bapak buka, bukannya kita uda jadi mahram ya” kini ku membuka mata dan tersenyum.
“Bapak buka ya, Bismillahil ladzi la ilaha illa huwa”
“Eh tunggu !”
“Kenapa ?”
“Bukannya itu doa lepas kerudung ?”
“Iya cantiknya bapak sama aja tapi, kalo ragu pakai doa ini bisa pakai doa melepas pakaian kalo untuk doa melepas mukena bapak gak tahu, memang pernah baca cuma lupa gak tahu kapan ”
“Oh maaf, lanjutkan”
“Siap tuan putri”
***
Pagi ini seperti biasa Pak Ilyas membantuku masak di dapur karena sampai saat ini ia belum masuk sekolah lagi. Setelah selesai mereka tidak langsung makan tapi, beristirahat sejenak karena selain memasak kami juga baru selesai mencuci pakaian masing-masing.
Kini kami duduk di lantai dapur saling menatap satu sama lain dengan ekspresi wajah yang begitu lelah.
“Hah .. alhamdulillah beres juga semua Rai, kalo mau makan duluan aja soalnya bapak capek jadi belum lapar, kalo capek tuh bawaannya cuma pengen diam, melamun”
KAMU SEDANG MEMBACA
Bukan Cinta Biasa
Fanfic🍉Selamat Membaca🍉 Cinta segitiga antara dua guru pria dan seorang siswi SMK sedangkan kedua guru tersebut tidak lain adalah guru SMP-nya dulu. Sebut saja Raihanah, ia adalah seorang siswi yang lugu dan pendiam, sangat anti dengan keramaian. Sedang...