Sama-Sama Gemuk

1 2 0
                                    

Malam ini Pak Ilyas  memperhatikan wajah Raihanah yang begitu sederhana mengatupkan kedua matanya yang indah, percaya tidak percaya bahwa kini mereka tengah menjadi orang tua, yang tadinya hanya sebatas guru dan murid tapi kini, entahlah takdir.

“Aw ! Euh, perut sakit, ini harus cepat-cepat ke kamar mandi”

Seketika Pak Ilyas  berlari karena tidak sanggup menahan rasa sakit ini lagi, kalo bukan untuk Raihanah dan bayinya gak mungkin Pak Ilyas tadi makan nasi ekstrak pedas itu. Ia benar-benar tidak tahan dengan level kepedasannya, berbeda ketika ia mencobanya sebagai tukang masak huh hanya seujung lidah.

“Alhamdulillah”

Saat ia akan kembali ke kamar tiba-tiba perut memancingnys untuk kembali ke kamar mandi.

“Euh, malah sakit lagi astagfirullah”

***

Pagi ini Pak Ilyas cuti, tidak pergi ke sekolah akibat rasa sakit itu yang kini membuat tubuhnya merasa lemas.

“Mas, apa Mas kayak gini gara-gara aku ya ?” sahut Raihanah dengan wajah sendu

“Mm.... Iya”

“Maaf ya, Mas mau ke puskesmas ? Atau ke rumah sakit ?”

“Gak usah, bisa kok pakai obat warung” jawabnya dengan wajah datar

Hal itu membuat Raihanah merasa tidak enak hati oleh karena itu kini air matanya mulai menetes. Melihat hal itu Pak Ilyas langsung memeluknya, dengan hal itu keduanya mulai tenang satu sama lain.

“Uda, jangan nangis Mas gak apa-apa kok, Mas baik-baik aja, kamu jangan khawatir, kalo kamu khawatir atau sedih, takutnya dedek bayinya kenapa-kenapa lho, memang mau kayak gitu” mendengar hal itu pelukan Raihanah semakin erat

“Enggak, gak mau” jawabnya sembari ketakutan

“Makanya harus selalu senang, hm ....” seketika Pak Ilyas melepaskan pelukan itu dan segera berlari ke kamar mandi untuk ke sekian kalinya pagi ini.

Melihat hal itu, Raihanah merasa khawatir, oleh karena itu ia bergegas pergi keluar untuk membeli obat.

Sesampainya di depan pintu ia berjumpa dengan Pak Galih yang tengah menyalakan motornya.

“Eh Raihanah, mau ke mana ? Dan Pak Ilyas mana ? Kok saya dari tadi gak liat dia keluar biasanya beberapa menit sebelum saya ia selalu panaskan motornya terlebih dahulu”

“Oh, hari ini Pak Ilyas gak bisa masuk lagi sakit”

“Sakit ? Sakit apa ? Perasaan kemarin dia baik-baik aja”

“Dia sakit perut gara-gara kemarin dia makan nasi goreng ekstra pedas demi saya, jadi sekarang Rai mau ke warung buat beli obat”

“Oh gitu ya, eh kebetulan sebelum berangkat saya juga mau ke warung buat beli susu kental manis buat nanti di sekolah, kalo gitu biar saya aja yang belikan”

“Gak usah Pak Galih, biar saya aja*

“Enggak Rai, biar bapak aja sekalian lagian cuma itu aja kan ?”

“Iya”

“Berapa biji ?”

“Dua aja Pak Galih, sebelumnya Rai berterima kasih banyak ya sama bapak”

“Iya, gak apa-apa, lagian Pak Ilyas juga sahabat saya, jadi kamu gak usah sungkan untuk meminta pertolongan entah itu ke bapak atau ke istri bapak ya”

“Hm, eh ini uangnya pak”

“Gak usah, ini pakai uang saya dulu, lima puluh ribu ini, Assalamu’alaikum”

Bukan Cinta BiasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang