9.

60 4 0
                                    

"Lo Sadewa kan? Yang waktu itu di bar nya Hansen?"

Ya tepat sekali. Pria yang berada dihadapannya ini, yang tadi punggungnya sempat beradu dengan dahi Dewa, dia adalah Javas, Javas Arsalan. Lelaki yang membuatnya melamun selama dikantin tadi, yang membuat dia harus berlari ke kelas agar tidak terlambat untuk mengikuti kuis. Ah kuis. Dewa melihat jam tangannya. Sial dia tidak punya banyak waktu lagi.

"Gue boleh minta tolong?" Javas kembali bersuara.

"Duh gimana ya? Sorry banget sebelumnya, tapi gue sekarang lagi buru-buru jadi ga bisa bantuin, atau Lo coba telpon Yudhis deh, dia ke kampus kok hari ini. Gue duluan ya Javas"

Tanpa menunggu respon dari pria tersebut, Dewa langsung berlari. Masa bodo dengan etika dan sopan santun, nilainya saat ini lebih penting.

Javas tersenyum ditempatnya, menatap Sadewa yang tengah berlari.

"Lucu" ucapnya pelan

Getaran ponsel disaku membuat Javas mengalihkan pandangan, melihat id sang penelepon dan langsung mengangkatnya.

"Gue di depan Mading deket taman" sambungan telepon langsung dimatikan tanpa mendengar respon dari lawan bicaranya.

Sebetulnya tadi dia hanya ijin untuk ke toilet pada Chelsea, tapi entah bagaimana jadi malah menyasar begini. Javas mendudukkan dirinya pada kursi yang kebetulan disediakan ditempat itu. Didepannya terdapat sebuah taman yang sepertinya sering dijadikan tempat belajar ataupun bersantai oleh para mahasiswa disini.

Semilir angin berhembus seolah menyapa. Beberapa kasak-kusuk terdengar ditelinga nya. Berbagi pujian yang terlontar sudah menjadi hal biasa baginya dari dulu. Kekaguman yang diberikan setiap orang yang bertemu dengannya membuat Javas bertanya, apakah rasa kagum dan segala pujian itu akan tetap sama setelah mereka mengetahui dirinya yang sebenarnya? Ataukah pujian dan rasa kagum itu akan berubah menjadi kebencian dan caci maki?.

Javas memejamkan mata, berusaha abai dengan sekitar.

"Bisa gak sekali aja jangan bikin gue susah gini?"

Ditengah lamunannya dalam pejam, tiba-tiba terdengar suara perempuan yang sudah tak asing bagi Javas. Dia membuka matanya perlahan, meregangkan badan dan tersenyum pada wanita itu.

"Gue tadi abis dari toilet terus gatau malah jadi kesasar gini"

"Makanya kan gue bilang tadi minta temenin siapa kek gitu"

"Ya oke gue yang salah, sorry"

Chelsea hanya memutar bola mata malas, merasa jengah dengan sikap terlalu santai artisnya ini.

"Yaudah ayo cepet ke set, dari tadi tim mereka udah nelpon gue mulu tahu gak Lo?"

Keduanya kini bergegas untuk ke tempat yang nantinya akan dijadikan set pemotretan.




🐱🐥


Very welcome untuk kritik dan saran
Thank you 🙌🏻

RumitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang