23.

157 7 2
                                    

“Dewa?”

Dewa yang tengah menikmati kesendiriannya dikejutkan oleh sebuah suara. Matanya yang terpejam ia buka dan membola ketika melihat siapa yang ada dihadapannya saat ini.

“Bener ternyata” ucap orang itu lagi.

Tubuh dewa membeku, tangannya berubah dingin bahkan lidahnya kelu tak bisa mengeluarkan suara apapun. Orang itu berjalan mendekat, tubuhnya dibawa mengbungkuk untuk menatap Dewa tepat dimatanya.

“Kenapa muka lo tegang banget kaya liat setan?”

Dewa memalingkan muka ketika tangan orang itu ingin menyentuhnya. Tubuhnya semakin bergetar ketika wajahnya dicengkram kuat, dipaksa untuk menghadap pada pria dihadapannya.

“Udah berani sekarang lo buang muka kaya gini hah? Ikut gue” tangannya ditarik dengan kasar namun segera Dewa tepis membuat pria tadi menatapnya dengan pandangan yang lebih mengerikan dari sebelumnya.

“A… aku gak mau” Ucapnya terbata. Pandangannya semakin buram karena terhalang oleh air mata yang memaksa untuk keluar.

“Siapa yang bilang lo boleh nolak?” Pria itu kembali menarik tangan Dewa, menyeretnya dengan paksa.

“Aku gak mau kak, aku mohon lepasin.”

Hancur sudah pertahanannya. Air mata yang sedari tadi Dewa tahan, pada akhirnya mengalir deras seolah menegaskan bahwa dia memang ditakdirkan menjadi pihak lemah yang hanya bisa menerima semua perlakuan buruk dari siapapun.

Sebisa mungkin dewa berusaha memberontak, namun percuma saja, tenaganya tak cukup kuat untuk bisa melepaskan diri dari pria tinggi yang saat ini tengah mencengkram tangannya.

Disaat dia masih berusaha untuk berontak, tiba-tiba ada tangan lain yang menarik paksa tangannya dan menyembunyikan Dewa dibelakan punggungnya.

Cakra, pria yang tadi menarik paksa Dewa tersenyum ketika melihat ada pria lain diantara mereka.

“Pahlawan lo yang baru?” Cakra bertanya dengan seringai kecil

“Lo siapa?” Tanya Hansen kemudian.

“Pacar baru lo? Udah bosen sama si Haidar? Atau kurang puas sama satu cowok?”

Bukannya menjawab pertanyaan dari Hansen, pria itu malah bertanya pada Dewa yang saat ini tengah mencengkram kuat pakaian Hansen.
Mendengar ucapan itu membuat Hansen langsung menarik kerah baju Cakra, membuat Dewa panik dan langsung memisakan keduanya.

“Kak udah, mending kita pergi aja.”

Setelahnya Dewa mengajak Hansen untuk pergi dari tempat itu, meninggalkan Cakra yang terus menyorot tajam padanya.

__


“Kamu gak papa?”

Mereka duduk didepan sebuah mini market yang ada didekat taman tempat dewa bertemu dengan Cakra tadi. Hansen menyodorkan air mineral yang sebelumnya dia beli, berusaha memberikan sedikit ketenangan pada yang lebih muda.

“Makasih kak”

“Dia siapa? Kamu mau cerita?”

Hening, Dewa hanya menunduk memainkan botol air mineral yang tadi diteguknya. Matanya kembali memanas jika mengingat kenangannya dulu bersama Cakra. Sementara Hansen yang melihat itu merasa tak enak. Tanganya menarik Dewa kedalam rangkulannya, mengusap pundak pria itu agar melupakan kejadian tadi.

___


Javas mengetukkan jarinya pada kemudi. Matanya melirik keluar, mengecek apakah Hansen sudah kembali atau belum. Merasa sudah terlalu lama menunggu, akhirnya Javas memutuskan turun untuk menyusul pria itu.

Langkahnya terhenti ketika matanya menangkap dua sosok yang sangat dikenalnya. Hansen dengan Dewa dalam rangkulannya. Bukankah kemarin temannya itu mengatakan bahwa dia tidak tertarik pada Dewa? Lalu ini apa? Javas berusaha meredakan emosinya dan berjalan perlahan kearah mereka.

“Jav” Hansen yang terlebih dahulu menyadari kehadiran Javas, langsung melepaskan rangkulannya pada Dewa.

“Lo lama banget makanya gue susul kesini”

“Tadi gue gak sengaja ketemu sama Dewa” Mata Javas melirik pria di samping Hansen.

“Hai Jav” Dewa berusaha menyapa dengan senyum terbaiknya.

“Dewa abis nangis?” Javas bertanya dalam hati. Mata bengkak lelaki itu serta jejak air mata yang masih terliha dipipi putihnya membuat Javas bertanya-tanya apa yang terjadi. Matanya melirik Hansen meminta penjelasan yang hanya dibalas gelengan saja.

“Dewa mau pulang sekarang? Biar bareng kita aja” tawar Hansen

“Gak usah kak, biar aku minta tolong Mahes jemput kesini.”

“Yaudah lo hubungin Mahes sekarang, biar kita tunggu disini”

Setelah mengucapkan itu Javas masuk ke dalam mini market untuk membeli minuman serta rokok yang tadi dia titip pada Hansen.




🐱🐥



Very welcome untuk kritik dan saran
Thank you 🙌🏻

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 07, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

RumitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang