13.

51 3 0
                                    

Hari ini sinar matahari terasa sangat terik hingga wajar jika sebuah cafe dengan nuansa klasik terlihat ramai pengunjung, entah itu hanya untuk berteduh sementara ataupun melakukan pekerjaan mereka.

Dua orang pria yang tengah asik dengan obrolan mereka terlihat memasuki tempat tersebut, mengedarkan pandangan mencari kursi kosong yang sekiranya masih bisa ditempati. Setelah beberapa saat, akhirnya mereka menemukan spot agak pojok dengan posisi sofa yang berhadapan. Terdapat beberapa tanaman hias yang membuat tempat itu tidak terlalu bisa dilihat oleh pengunjung lain. Masih dengan percakapan yang dilakukan, keduanya perlahan berjalan ke tempat duduk tersebut dan mencoba menghubungi seseorang melalui pesan singkat.

"Kalian udah lama sampe?"

Ketika keduanya tengah asik dengan ponsel masing-masing, terdengar suara seseorang yang kemudian ikut mendudukkan dirinya.

"Enggak kok, ini aku baru mau telepon kakak soalnya chat ku gak di bales"

"Tadi aku agak ribet di dapur jadi lupa hp nya ketinggalan di kantor. Anyway, kalian belom pesen?"

"Di suruh Dewa tungguin kakak, siapa tahu dikasih potongan harga katanya"

Dewa yang sedari tadi hanya memperhatikan percakapan dua pria dihadapannya langsung melempar tissue pada Mahes yang hanya ditanggapi tawa menyebalkan oleh sahabatnya itu.

"Gausah didengerin kak, orang gila emang"

Shagara, pria yang tadi baru saja bergabung sekaligus pemilik cafe yang saat ini dijadikan tempat berkumpul oleh mereka hanya bisa tertawa mendengar perdebatan yang terjadi.

"Bukan cuma potongan harga, aku kasih gratis malah tenang aja" ucapnya kemudian.

"Oiya kak, nanti Yudhis mau kesini juga tapi bawa temennya gak papa kan?" Tanya Mahes memastikan

"Loh emang kenapa? Bagus dong jadi tambah rame cafe ku"

"Takut kakak ngerasa risih di tempelin berondong terus" kali ini dewa menanggapi dengan nada bicara terdengar lebih pelan diujung.

Ketiganya asik mengobrol sambil sesekali menikmati beberapa makanan yang tadi sudah disajikan oleh pelayan. Ghara menepati ucapannya, menyajikan banyak jenis makanan secara gratis untuk dua orang yang telah dianggap adik olehnya.

Pertemanan mereka memang sedekat itu. Sudah banyak sekali kejadian yang ketiganya alami bersama, susah senang, tawa dan air mata seolah menjadi penguat satu sama lain. Saghara yang memang lebih dewasa sering kali dijadikan sosok kakak oleh Mahes dan Dewa. Sifat keduanya yang terkadang masih seperti anak kecil membuat Ghara merasa memiliki tanggung jawab, memastikan kedua adiknya senantiasa bersama bahagia mereka.

"Pantes gue nelpon gak ada yang angkat ternyata lagi pada asik gosip" sebuah suara tiba-tiba terdengar, menginterupsi obrolan mereka.

Dewa yang kebetulan duduk dengan posisi yang agak menghadap pintu masuk sedikit terkejut ketika melihat siapa yang datang. Ia mengerjapkan mata, lalu menatap Yudhis yang juga tengah menatapnya dengan pandangan curiga.

"Sini duduk Yud. Sorry tadi lagi asik dengerin Mahes gosipin temennya" Ghara menanggapi ucapan Yudhis.

"Sana Lo berdua duduk samping kak Dewa, gue mau duduk samping kak Gara"

"Tolong ya kita kesini mau nongkrong asik bukan mau dengerin gombalan Lo yang memuakkan itu" ucap Dewa yang sudah merasa bosan dengan tingkah adik tingkatnya.

Mereka yang ada disitu tertawa melihat perdebatan yang terjadi, menikmati adu mulut yang dilakukan oleh Dewa juga Yudhis. Namun lagi-lagi tanpa mereka sadari, ada pandang yang tertuju pada sosok yang ternyata memiliki tuan lain dihatinya.


🐱🐥




Very welcome untuk kritik dan saran
Thank you 🙌🏻
Hope you enjoy the story ❣️

RumitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang