20.

49 4 0
                                    

“Udah tenang?” Tanya Ghara ketika melihat tangis Dewa sudah berhenti, sembari tangannya dengan telaten mengusap punggung yang lebih muda.

“Maaf ya aku bikin suasananya jadi gak enak gini” jawab Dewa dengan suara setengah berbisik.

“Gausah lebay. Kalo udah puas nangisnya mending sekarang lo cek twitter karena banyak yang gosipin lo disana”

Mendengar ucapan Mahes, membuat Dewa langsung mendongak, melepaskan rangkulan tangan Ghara.

“Kenapa gue diomongin di twitter? Perasaan gue udah lama gak update apapun disana”

“Lo buka aja deh liat sendiri biar lebih jelas dan tahu sumbernya siapa”

Ucapan lelah Mahes mendapatkan tatapan heran dari kedua sahabatnya, terutama Ghara yang termasuk orang yang jarang menggunakan social media. Melihat reaksi Dewa, Ghara penasaran dengan apa yang sedang diributkan. Baru akan melogokkan kepalanya untuk mengintip ponsel Dewa, ia dikejutkan dengan reaksi pria itu yang terlihat sangat putus asa.

 Baru akan melogokkan kepalanya untuk mengintip ponsel Dewa, ia dikejutkan dengan reaksi pria itu yang terlihat sangat putus asa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


“Gue udah duga bakal kaya gini, tapi gue gak duga kalo bakal serame ini”

“Heloooo,,,,, tolong diingat ini Javas Arsalan, actor yang lagi naik genteng yang lagi banyak dielu-elukan oleh banyak orang, yang dijadiin pacar bahkan suami khayalan sama mereka”

"Naik daun kali, kenapa jadi naik genteng?" Masih sempat-sempatnya Dewa mengorek ucapan Mahes yang sialannya malah ditanggapi oleh sang sahabat.

"Daun terlalu rendah buat Javas yang tinggi banget" ucapnya, membuat Dewa menghela napas lelah.

“javas?” Ghara yang sedari tadi hanya diam menyimak obrolan keduanya, tiba-toba bersuara ketika mendengar satu nama yang tak asing ditelinganya.

“Iya Javas. Temennya Yudhis yang waktu itu kesini” Mahes menjawab dengan gaya santainya, tidak menyadari respon berbeda yang diberikan oleh Dewa dan Ghara.

“Javas kenapa?” Ghara masih belum mengerti dengan duduk permasalah yang sedang menjadi bahasan mereka saat ini.

“Ah aku lupa kalo kakak jarang maen sosmed jadi pasti ga ngerti sama obrolan kita sekarang. Jadi tadi Javas kedapatan like postingan Dewa seminggu yang lalu setelah sebelumnya dia follow instagram Dewa” jelas Mahes sambil memainkan kentang goreng dan saus sambal dihadapannya.

“Dan masalahnya dimana?”

“Masalahnya adalah, si Javas ini terkenal gak pernah follow atau like postingan siapapun selain temennya. Terus tiba-tiba dia like poto Dewa yang diposting udah lama. Jadi banyak fans Javas yang penasaran Dewa ini siapa soalnya mereka gak pernah liat dia disekitar Javas selama ini”

“Seminggu itu gak lama ya please. Emang dasar fans-nya pada lebay” Dewa melirik sinis pada Mahes yang saat ini terdengar sangat menyebalkan baginya

“Gih lo bilang gitu ke fans si Javas, berani gak?”

Tidak terimakasih. Baru membayangkannya saja sudah membuat Dewa bergidik ngeri.

“Tapi emang Javas kaya kita? Maksud aku bukannya selama ini dia selalu digosipin deketnya sama cewek ya?”

Mahes hanya mengangkat bahu pertanda tak tahu dan tak ingin berkomentar terkait hal tersebut. Sementara Dewa termenung mendengar pertanyaan Ghara. Ia ragu apakah harus mengatakan yang sebenarnya pada mereka atau tidak. Setelah bergelut dengan pikirannya, Dewa memutuskan untuk mengatakan pada kedua sahabatnya.

“Javas sama kaya kita”

Kalimat singkat yang keluar dari mulut Dewa membuat Mahes menyemburkan minuman yang belum sempat ditelan. Dewa berteriak marah karena dia terkena muncratan air dari mulut Mahes.

“Gimana maksud lo?” Setelah membereskan kekacauan yang dibuatnya, Mahes bertanya kembali pada Dewa, memastikan maksud jawaban yang diberikan pria itu.

“Ya gitu, dia sama kaya kita. Homo” jawab Dewa sekali lagi dengan suara yang lebih kecil diakhir ucapannya, takut jika ada yang tidak sengaja mendengar obrolan mereka.

“Lo tahu dari mana?”

“Yudhis waktu itu ngasih tahu gue”

“Cepu banget anjing Yudhis. Tapi kali ini cepunya bermanfaat”

Dewa melirik sinis pada Mahes yang saat ini tengah terkekeh seperti orang gila, lalu pandangannya teralih pada Ghara didepannya yang tengah termenung entah memikirkan apa.

“Kak, you okey?” tanyanya kemudian.

Mendegar pertanyaan Dewa, Ghara hanya tersenyum, memberikan anggukkan sebagai jawaban.

Ketiganya kini sibuk dengan kegiatan masing-masing, hingga suara Ghara terdengar dan menarik perhatian dua lainnya.

“Kenapa Yudhis ngasih tahu kamu? Maksudku, bukannya masalah itu termasuk privasi?”
Mendengar pertanyaan dari Ghara, membuat Dewa dan Mahes menatap satu sama lain, berusaha memahami maksud dari ucapan sang kakak.

“Yudhis kan sempet bercanda mau jodohin Dewa sama Javas, mungkin Karena itu dia cerita masalah ini juga ke Dewa. Lagian kan emang tu bocah ember, paling gak bisa pegang rahasia orang. Makanya aku gak pernah percaya kalo udah cerita apapun ke dia.”

Cerocosan Mahes kembali membuat Ghara termenung. Dewa yang memperhatikan itu, langsung menyenggol lengan Mahse disebelahnya.

“Terus tanggapan kamu gimana pas denger tawaran Yudhis? Kamu mau dijodohin sama Javas?”

“Astaga kak, Yudhis Cuma bercanda aja. Lagian aku juga masih pengen hidup damai”

“Kak Ghara suka sama Javas?”

Pertanyaan Mahes sukses membuat Ghara membelakkan matanya. Dewa yang melihat respon pria itu, lagi-lagi melirik Mahes.

“Kakak beneran suka Javas? Suka yang beneran suka? Bukan nge-fans atau ngidolain kaya orang-orang biasanya?”

Dewa berusaha memastikan kembali perasaan Ghara, karena yang dia dan Mahes tahu kisah asmara pria itu tak berjalan mulus. Kisah keduanya terpaksa harus kandas karena sang mantan kekasih tak memiliki keseriusan dalam hubungan mereka.

“Bukannya kakak gak mau lagi berhubungan sama yang lebih muda?” Mahes ikut bertanya.

“Aku juga gak tahu kenapa aku bisa suka sama dia”

Ada nada frustasi pada ucapan Ghara membuat kedua pria dihadapannya merasa kasihan. Bingung juga harus merespon seperti apa.

“Tapi kamu beneran gak suka sama Javas?”

“Kak, orang yang aku suka bukan Javas. Jadi kakak tenang aja”

“Aku gak mau bikin pertemanan kita jadi berantakan Cuma karena cowok”

“Dewa bener kak, bukan Javas yang yang lagi dia taksir tapi Hansen. Jadi kalo kakak beneran suka sama Javas kita bakal bantu sebisa kita asal kakak janji gak bakal sedih kaya dulu lagi”.

Ketiganya tersenyum lega. Namun tanpa mereka sadari, ada dua sosok pria jangkung yang sedari tadi secara tidak sengaja mendengar obrolan mereka.

Siang itu, ada ungkapan yang membuat dua hati harus patah.



🐱🐥



Very welcome untuk kritik dan saran
Thank you 🙌🏻

RumitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang