"jadi selama ini Yudhis suka gangguin kalian berdua itu cuma buat modus deketin kak Ghara?" Hansen bertanya dengan nada menggoda.
Sedari tadi mereka memang asik menggoda yang termuda tentang perasaannya pada Ghara. Awalnya Javas dan Hansen agak canggung saat mengetahui bahwa Yudhis memiliki ketertarikan pada pemilik cafe yang menjadi tempat nongkrong mereka saat ini, namun setelah sadar bahwa Dewa dan Mahes menjadikan hal tersebut sebagai "dark jokes" diantara mereka membuat Javas dan Hansen perlahan ikut menikmati.
"Dari awal kuliah dan selalu aku yang dijadiin korban sama anak ini" Dewa menjawab dengan nada penuh kekesalan yang hanya ditanggapi tawa oleh yang lainnya.
"Ya bagus, berarti Yudhis orangnya konsisten sama perasaan dia" Javas menimpali setelah dari tadi hanya menjadi pihak yang menyumbang tawa saja.
Mendengar respon itu membuat Dewa melirik pria didepannya yang saat ini tengah menatapnya dengan pandangan aneh.
Sejak pertemuan awalnya dengan Javas, Dewa merasa bahwa banyak sekali hal abu-abu dari pria itu. Javas bukanlah tipe pria dengan wajah dingin ala karakter utama yang sering digambarkan dalam banyak cerita SMA, bukan juga pria dengan wajah tampan playboy yang banyak tingkah dan memiliki banyak kekasih. Sebaliknya, Javas dengan ekspresi wajahnya yang selalu datar dengan sorot mata teduh dapat membuat banyak orang terpikat. Maka dari itu jauh sebelum pertemuan mereka, Dewa sempat percaya pada rumor tentang kedekatan pria itu dengan banyak wanita. Sampai suatu hari Yudhis bercerita banyak hal padanya tentang Javas termasuk satu fakta yang membuat Dewa sedikit kaget.
"Btw kak Hansen, gimana kondisi Mama? Udah baikan?" Pertanyaan Mahes menyadarkan lamunan Dewa.
"Udah puji Tuhan"
"Tante sakit apa bang?"
"Gak papa, kemaren emang lagi jadwalnya check up aja"
“Tapi kenapa Mahes bisa tahu kalo mama kak Hansen ke rumah sakit?” Dewa bertanya penasaran setelah dari tadi hanya memperhatikan perdebatan yang terjadi diantara mereka.
“I’m a doctor anyway” Mahes menjawab santai.
“uhhhh unexpected fact” seru Javas
Mahes mendelik mendengar ucapan tersebut dari pria yang saat ini tengah asik memainkan gelas ditangannya, mengerlingkan mata menggoda. Mahes bergidik, merasa heran karena yang dia dengar selama ini Javas merupakan actor dengan image yang misterius tapi kenapa yang ada dihadapannya saat ini malah terlihat seperti pria hidung belang yang banyak menggoda wanita? tapi kan dia seorang pria?
“do you like me?” tanyanya bercanda
Javas menyemburkan tawanya merasa terhibur dengan pertanyaan pria tersebut.
“very confident of you, tapi kayanya seru punya pacar dokter?”
Gila. Batin Dewa. Dia tahu Mahes gila, tapi dia tidak pernah mengira kalo Javas lebih gila lagi dengan menanggapi kegilaan sahabatnya itu. Dewa pura-pura focus dengan makanan yang tersaji dimeja mereka namun telinganya mencuri dengar setiap ucapan yang keluar.
“sorry gue gak bisa punya pacar orang terkenal yang dunianya beda jauh sama gue. Lagian gue cowok, bukannya selama ini lo “maennya" cuma sama cewek?" Mahes berusaha mengikuti alur yang tengah dibuat oleh pria yang saat ini terlihat sangat tampan dengan tampilan santainya, sweater hitam dan dipadukan celana pendek dengan warna senada.
“Maen?” Javas mendengus merasa heran dengan pemilihan kata Mahes “gue omnivora btw” lanjutnya
“Kalo kak Mahes gak mau sama lo, mungkin kak Dewa mau? Lumayan lah bisa nambah followers” tiba-tiba Yudhis ikut nimbrung dalam percakapan tersebut.
“Lo lupa kalo Dewa udah ada seseorang yang bahkan rela ngelakuin apapun buat dia?”
“Pasti maksud kamu Haidar” Gara menanggapi ucapan Mahes yang kemudian mereka tertawa saat melihat ekspresi wajah Dewa
“Dewa udah punya pacar?” Hansen bertanya setelah memasukan potongan besar pizza ke dalam mulutnya
Baru akan menjawab, suara gelas yang diletakkan membuat perhatian mereka teralih pada pria yang saat ini berdiri dengan ponsel ditangannya.
“Gue duluan, lupa ada janji sama Chelsea” tanpa menunggu tanggapan yang lain, Javas langsung melangkahkan kakinya ke pintu keluar.
“Bukannya hari ini dia bilang gak ada jadwal?” Hansen bertanya pada Yudhis yang terlihat santai dengan minumannya, masih memperhatikan punggung Javas yang perlahan menghilang dibalik pintu.
“Mood nya tiba-tiba jelek makanya dia balik duluan”
“Aneh banget perasaan dari tadi asik ngobrol sama Mahes”
Ucapan yang reflex dari mulut Dewa membuat semua mata kini mengarah padanya, membuat dia sedikit gugup takut salah bicara karena bagaimanapun juga, disini masih ada Hansen dan Yudhis yang merupakan sahabat pria itu.
“Maksud gue” “udahlah biarin aja udah biasa dia kaya gitu” pernyataan dari Yudhis secara otomatis membuat Dewa menghentikan ucapannya.
Setelah kepergian Javas, mereka melanjutkan obrolan, kembali melontarkan beberapa candaan pada satu sama lain.
🐱🐥
Very welcome untuk kritik dan saran
Thank you 🙌🏻
KAMU SEDANG MEMBACA
Rumit
FanfictionHaiiiiiiii.......... Aku gatau cerita ini bakal ada yang baca atau enggak, but if you guys come and read my story, i would say thank you so much. Oh iya, don't expect to much cuz this is my very first story. Disini aku cuma pengen nuangin imajinasi...