16. BERAKHIR

186 23 1
                                    

Meskipun Moona dan Iofi telah selesai minum di café kelas Risu, dan sekarang mereka berada di lorong kelas. Namun Iofi masih merasa gelisah dengan perasaan yang menjanggal di dalam dirinya.

(ughh, kenapa enggak berhenti sih...)

Iofi merasakan jika detak jantungnya masih berdetak dengan sangat kencang.

(ayolah berhenti, bagaimana kalau nanti orangnya dengar)

Merasa sedikit terganggu dengan bunyi detak jantungnya yang berdetak dengan begitu keras, membuat Moona yang terus memperhatikan dari tadi merasa jika Iofi sedang kesulitan dan mencoba untuk bertanya.

"Iofi, kamu nggak apa apa ?"

"E-eh nggak kok"

Mendengar jawaban Iofi yang mengatakan jika dirinya tidak apa apa, namun Moona mulai mendekatkan wajahnya untuk memastikan yang sesungguhnya.

(te-terlalu dekat...)

Meskipun Moona pada awalnya hanya mengkhawatirkan Iofi, namun Moona sama sekali tidak tau jika dirinya lah yang menjadi alasan mengapa Iofi merasa begitu gelisah.

"Beneran nggak apa apa ?"

"Iya nggak apa apa kok hehe..."

Iofi mencoba untuk tertawa sehingga tidak membuat Moona terlalu khawatir dengannya, namun Moona mulai melakukan sesuatu yang sama sekali tidak Iofi duga.

"Tung- Moona ?"

Cahaya matahari yang mulai terbenam menembus jendela, terasa begitu hangat. Serta Moona yang mulai menempelkan dahinya ke Iofi, membuat wajah Iofi tiba tiba terasa menjadi begitu panas.

"Mo-moona...?"

"Hmm, suhunya sama denganku"

"Eh ?"

Iofi sama sekali tidak menyadari jika Moona berniat mengukur suhu tubuhnya dengan cara seperti itu.

"Tapi kamu sedikit lebih panas, apa kamu demam ?"

"Ti-tdak, aku baik baik saja"

"Beneran ?"

"Iya"

Meskipun sedikit tidak percaya namun Moona hanya menuruti perkataan Iofi dan mulai menjauhkan dirinya dari Iofi, namun ada satu hal yang tidak Moona ketahui.

(tentu saja ini bukan demam, ini karena mu kau tau)

Moona sama sekali tidak mengetahui jika dirinya lah yang menjadi alasan mengapa wajah Iofi terasa begitu panas. Begitu juga dengan Iofi yang sama sekali tidak dapat memberitahukan alasannya kepada Moona.

Disaat Iofi sedang merasa gelisah dengan wajahnya yang terasa begitu panas, Moona mulai bertanya kepadanya.

"Jadi kemana kita selanjutnya ?"

"E-eh, Soal itu..."

Ditengah kegelisahan dengan dirinya sendiri, namun Iofi tetap harus memandu Moona selama festival berlangsung. 

"Ayo segera kelapangan, nanti kita akan terlambat"

Tiba tiba Iofi secara tidak sengaja mendengar percakapan dua orang yang terlihat sedang berlari dengan terburu buru.

(kelapangan ? memangnya ada apa ?)

Iofi mulai mengingat ingat seluruh kegiatan acara yang akan dilaksanakan, lalu kemudian melihat kearah luar jendela.

(sudah se sore ini ya ... tunggu. Lapangan ? sore ?)

Seakan teringat dengan hal yang tidak boleh dilupakannya, Iofi mulai mengajak Moona untuk ikut pergi ke lapangan.

Back To YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang