Pencet tanda 🌟 sebelum baca takut lupa🤭, komen setiap part nya biar gak jadi sider!!!.
.
.Happy Reading Wamoy 🐣🐻🥀
.
.
.Sebelumnya...
Setelah turun dari mobil Carel. Laki-laki dengan setelan kemeja putih sekolah dan celana abu-abu berjalan di koridor, seraya memasukkan kedua tangannya didalam saku celana dengan tas yang tersampir pada bahu kanannya.
"Kebetulan gue ketemu lo, disini."
Haidar mengernyit bingung saat Levin_ketua OSIS SMA Taruna Biru menghampirinya.
"Kenapa, Vin. Ada perlu sama gue?" Tanya Haidar yang langsung mendapat anggukan dari si empunya.
"Lo di panggil pak Atra di ruangannya."
Haidar menghela napas, cukup sering ia di panggil Pak Atra selaku kepala sekolah SMA Taruna Biru tersebut. Ia bisa menebak apa yang akan kepala sekolah tersebut bicarakan.
"Thanks ya, gue ke pak Atra dulu." Haidar memaksa tersenyum pada Levin. Bukan Levin tak tau masalah yang sedang Haidar hadapi saat ini, ia sering mendengar pak Atra mengeluh tentang Haidar padanya. Namun Levin hanya diam, seolah tidak tau apa-apa.
Levin tersenyum, membalas dengan anggukan. "Yo bro," ujar Levin seraya menepuk bahu Haidar.
Haidar berjalan di lorong koridor, menghentikan langkahnya saat sampai di depan pintu dua bercat coklat di hadapannya. Ia menatap diam pintu itu tanpa berniat mengetuknya, ia terlalu takut untuk masuk.
Ia memejamkan matanya sejenak, menetralisir degup jantungnya dan mengetuk pintu itu.
"Masuk," suara bariton khas itu menyuruhnya untuk masuk.
Haidar membuka pelan pintu tersebut, memasuki ruangan yang di dominasi warna putih, dengan rak buku yang berjejer rapih. Ia mendudukkan bokongnya saat pria baya yang masih terlihat awet muda itu menyuruhnya duduk.
"Haidar Anataka," gumam Atra seraya menatap sebuah Macbook di depannya.
Laki-laki itu tak berani menatap Pak Atra, ia terus menunduk, dengan tangan yang saling bertaut.
"Haidar," suara Atra membuat Haidar mengangkat kepalanya. "Haidar maaf bapak kali ini tidak bisa membantu kamu."
"Pak maaf, Saya merepotkan bapak." Jelas Haidar tau diri untuk selalu meminta bantuan pada Atra dengan meringankan biaya sekolahnya.
"Tidak, Nak. Haidar bapak akan selalu bantu kamu, tapi kali ini bapak gak bisa. Pemilik yayasan ini ingin para murid menyelesaikan biaya sekolah, terkhusus kelas dua belas. Kalian sudah di akhir sekolah, dan sebentar lagi akan lulus. Haidar ngerti maksud bapak kan?" Jujur Atra tidak tega dengan Haidar. Anak laki-laki yang hanya tinggal sendiri tanpa kedua orang tua. Haidar adalah anak dari teman sekolahnya saat SMA, tidak asing untuk Haidar melihat Atra karena pria paruh baya itu sering sekali berkunjung kerumahnya hanya untuk mengobrol dengan sang papa.
"Saya mengerti pak," Haidar mencoba tersenyum untuk meyakinkan Atra kalau dirinya baik-baik saja. "
***
Laki-laki remaja dengan setelan sekolah rapih, dengan kaca mata hitam bertengker di hidung mancungnya, berjalan di koridor lantai satu seraya memasukkan kedua tangan nya di saku celana.
Saat matanya menangkap siluet yang tak asing, laki-laki itu berlari menghampiri seseorang yang sedang asik dengan laptopnya.
'Dor'
![](https://img.wattpad.com/cover/352296520-288-k613467.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Dream House [✓]
Fanfiction[SUDAH TERBIT + SEBAGIAN PART DIHAPUS] ❥Buku hanya tersedia di TBO- ‼️BUKAN BXB‼️ Haidar Anataka, Menyewakan Rumah peninggalan orang tuanya. Niat Haidar hanya ingin menampung tiga orang saja, karena kamarnya hanya memiliki empat ruangan, dan kamar...