🐣32. Revealed and regretful

7K 636 489
                                    

Arel otw punya doi setuju gak🤭😂

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Arel otw punya doi setuju gak🤭😂

Absen, sebutkan 'kamu selir siapa?' ok😉

Voment! And Happy Reading 🍓🎀

....

Mata yang semula memejam kini terbuka dengan perlahan. Rayyan menggulir bola matanya dengan bingung, kepalanya terasa sakit, sekitarnya seperti semuanya berkeliling.

Mereka sontak mendekat pada Rayyan yang menatap mereka bingung, "kalian ngapain dikamar gue sama Naren?" Tanya Rayyan bingung.

"Niatnya mau nyiram lo, pake air es. Gila lo tidur kayak simulasi jadi mayat, anjir." Seloroh Haidar yang langsung mendapat lemparan bantal dari Rayyan.

"Mulut lo, amit-amit anjing." Balas Rayyan menatap sinis Haidar.

"Kirain, lo bosen hidup."

"Seberat apapun masalah gue, gue juga nggak mau mati njir." Rayyan bergidik saat Haidar melontarkan kata Kramat itu.

"Bagus deh," Haidar menghela nafas lega.

Naren, Jidar, Carel, juga Jeano melihat Rayyan yang terlihat biasa saja, seolah kejadian beberapa menit yang lalu tidak pernah terjadi.

"Kepala Ayay, pusing?" Tanya Jeano saat mendengar ringisan Rayyan seraya memegang kepalanya.

Rayyan mengangguk, "iya, No. Kepala gue pusing banget."

"Habis ditempelengin tadi, sama Bang Haidar." Sahut Carel dengan tawa nya, sontak membuat Rayyan mendelik tajam pada Haidar.

"Haidar bener-bener, lo ya."

"Apa sih, fitnah Ay." Sangkal Haidar.

"Ngomong apa lo?!" Rayyan melotot saat lagi-lagi Haidar memanggilnya dengan sebutan 'Ay' yang boleh hanya Jeano saja, kalau Haidar yang bicara, ia merasa geli.

Haidar menyengir kuda, "nggak kok."

Naren memegang dahi Rayyan dengan punggung tangannya, tidak hangat. Mungkin rasa pusing itu, efek dari Rayyan yang mengamuk dengan air mata yang terus mengalir.

"Masih pusing?" Tanya Naren pada Rayyan.

"Masih, Na. Pusing banget kepalanya."

Jidar langsung duduk sisi ranjang samping Rayyan merebahkan tubuhnya, ia mulai memijat pelan dahi sang sahabat.

"Kalo kekerasan, bilang ya." Ujar Jidar membuat Rayyan bingung dengan sikapnya.

"Ketempelan apa lo, tumben peka." Seloroh Rayyan, namun ia menikmati pijatan pada dahinya, cukup membantu meredakan rasa pusingnya.

"Jidar sipaling peka," celetuk Carel seraya menaik turunkan alisnya.

Jidar mendengus, Carel selalu saja membuatnya kesal. Naren hanya menggelengkan kepala, seraya tertawa kecil.

Dream House [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang