🐣45. Lea

6.8K 652 218
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Tidak semua Rumah berbentuk bangunan, dan tidak semua keluarga bisa di jadikan tempat pulang.

_Dream House_


Lagi musim hujan, jaga kesehatan kalian ya...

Jangan lupa, Vote and komen nya✨🐣

Happy Reading 🍓🎀

.....


Carel baru saja memasuki Mansion nya, melewati ruang televisi yang lampunya masih menyala. Seolah acuh, ia memilih melangkah kembali untuk sampai ke kamar nya.

Baru saja ingin menaiki anak tangga, Arin lebih dulu memanggilnya.

"Carel."

Sang punya nama menghentikan langkahnya, menatap Sang Mami dingin. "Kenapa?"

"Dari mana kamu, Carel?! Ini udah malam, nak."

"Bukan urusan Mami," ketus Carel, lantas melangkah membawa tungkainya menaiki tangga.

"Carel, Mami khawatir sama kamu nak." Ujar Arin, yang tak indahkan sang empunya.

Arin meremat gelas yang ia pegang. "Rel, sampai kapan kamu diemin Mami kayak gini?!"

***

Carel merebahkan tubuhnya di atas kasur king size nya, menatap langit-langit kamarnya dalam diam.

Ia menghela nafas panjang, matanya yang bengkak kini semakin bengkak.

"Pi, Abang tadi respon aku. Tapi, Abang respon kayak biasanya, seperti layaknya teman." Monolognya.

Haidar memang menanggapi setiap apa yang ia bicarakan, tapi laki-laki itu menanggapi layaknya teman. Seolah keduanya adalah orang yang dipertemukan dengan tanpa sengaja.

"Papi, kapan ya Abang bisa Nerima Aku..." Gumam Carel, lantas menaruh lengannya menutupi matanya. Memang pada akhirnya, mereka akan menjadi asing. Layaknya seorang sahabat yang selamanya akan menjadi sahabat.

***

"Dar," Naren menahan tangan Haidar, saat laki-laki itu ingin memasuki kamarnya.

"Kenapa, Na?"

"Lo sama Carel__"

"Bisa enggak, enggak usah bahas ini dulu. Kita semua lagi sedih," ujar Haidar memotong ucapan Naren.

Dream House [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang