🐣04. A little happiness

11.8K 926 21
                                    

Up lagi✨🎀
.
.

Jangan lupa vote ye Wamoy 🐣
Happy Reading!!!
.
.
.



"ABANG!" Teriak Jeano memasuki rumah, membuat Mahen yang asik menonton acara di televisi terkejut.

"Ano, kenapa?" Tanya Mahen khawatir saat sang adik berlari padanya dan memeluk erat.

"Kenapa, adik Abang?" Tanya pelan Mahen pada sang adik seraya mengusap lembut Surai coklat itu.

"Ayay ngeri, Ano takut." Suara Jeano terdengar tercekat, sepertinya sang adik menangis.

"GEO ANJING, AWAS BESOK BANGSAT." Pekik Rayyan yang memberontak saat kedua tangannya di pegang dengan Naren dan Haidar, dan Carel yang mengikuti dari belakang.

"Kenapa sih?" Tanya Mahen tidak mengerti.

"Gue habisin itu anak ya, berani mukulin adek gue." Rayyan sangat marah saat ini, terlihat dari wajah nya yang memerah.

Mahen melotot, mengangkat paksa kepala Jeano untuk menatapnya. Benar saja, terlihat luka lebam pada rahang adiknya dan juga sobekan disudut bibirnya.

"Lagi, dek?" Mahen lemas melihat wajah adiknya yang sangat kacau, ia merasa seperti Abang yang tidak berguna. "Harus dengan cara apa, supaya dia Jera?" Tanya Mahen frustasi.

"Abang jangan apa-apain Geo lagi." Jeano meremat ujung baju kaus Mahen, ia sangat takut kejadian saat itu kembali terjadi.

"Adek, Abang sakit." Lirih Mahen, "Abang sakit liat adek dibully terus." Mahen langsung memeluk sang adik, seolah ia tidak ingin kehilangan.

"Emang anjing, si Geo. Cari mati dia," semua umpatan terus Rayyan keluarkan.

"Si Geo emang anjing," timpal Haidar yang ikut emosi.

"Kalo Geo anjing, ngapain lo berdua nahan gue buat gak nonjok itu orang." Kesal Rayyan pada Naren dan Haidar yang menahannya saat ia ingin membalas perbuatan Geo dan teman-temannya pada Jeano.

"Besok aja," celetuk Naren.

"Nah iya betul kata Naren, besok aja. Gak seru kalo sekarang mah, capek gue Rayy, pengen bobo." Imbuh Haidar.

"Bangsat," umpat Rayyan. Entah sudah berapa banyak Rayyan mengeluarkan umpatan sedari pulang sekolah tadi.

Carel duduk disamping Mahen yang masih memeluk Jeano, melihat bagaimana sayangnya Mahen pada Jeano yang terkadang membuat nya sangat iri.

"Bang Mahen," panggil Carel menundukkan kepalanya.

Sang empunya menoleh, mendapati Carel yang sudah berada di sampingnya.

"Kenapa, Rel?" Tanya Mahen yang masih memeluk Jeano.

"Kalo gue lagi sedih, gue boleh gak peluk lo juga. Tapi kalo emang lo gak mau peluk, nggak apa-apa kok."

Jeano yang sedari tadi menangis, kini mengangkat kepalanya melihat Carel yang masih menunduk. Tangannya terulur, menepuk pelan pucuk kepala Laki-laki yang lebih muda darinya.

Sontak Carel mengangkat kepalanya, melihat Jeano yang tersenyum pada nya.

"Arel, Abang Mahen itu Abang nya Arel juga." Ujar Jeano.

"Lo mau berbagi Abang sama gue?" Tanya Carel meyakinkan.

Jeano mengangguk cepat, "pasti, karena Abang adalah Abang kita semua."

Carel merasa beruntung memiliki mereka, kakak-kakak yang baik untuknya. Ia merasa memiliki keluarga, ia terharu sangat terharu sampai tanpa sadar air matanya jatuh begitu saja.

Dream House [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang