🐣24. paper plane

7.6K 766 312
                                    

Say 'hay' dulu sama Ano✨🐣

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Say 'hay' dulu sama Ano✨🐣
.

Peringatan‼️ untuk orang-orang yang tidak nyaman membaca nya, silahkan skip guys... Soalnya book aku banyak mengandung kata-kata kasar, jadi bijak dalam memilih bacaan ya😌

Voment ye... And Happy Reading 🍓🎀

.....



Aura dingin menyelimuti sekitarnya, dengan keheningan ditemani suara piring dan sendok yang saling beradu.

Dalam diam, namun pikiran yang berjalan memproses setiap untai kata yang sedang ia susun untuk disampaikan.

"Mami sudah tau kalau kamu berbohong, bahkan Mami sudah tau sejak lama." Ungkap wanita paruh baya, namun masih terlihat cantik.

"Bagus, Aku nggak perlu capek-capek kasih tau Mami."

Wanita itu menghela napas lelah, putra semata wayang nya ini selalu saja membuatnya marah.

"Carel, kamu kenapa memilih tinggal dirumah kumuh itu?! Mami kurang apa, nak? Mami sudah memberikan semua yang Carel mau, semua yang Carel butuhkan." Papar Arin_Mami Carel.

"Aku tau," celetuk Carel masih menikmati makan malamnya dengan tak berselera.

Sepulang dari kelas tambahan tadi, sang Mami menelpon nya. Menyuruhnya untuk cepat pulang, karena sang Mami ingin makan malam bersama.

Sudah lama Carel tidak makan malam, satu meja dengan Arin. Seharusnya Carel kangen moment itu, nyatanya tidak. Carel merasa malas, hanya untuk bersi tatap dengan sang Mami.

"Terus, apa yang membuat Carel pergi dari rumah?!" Arin masih meminta penjelasan dari sang putra.

"Aku nggak pergi, cuma pindah tempat tinggal aja." Jawab Carel seadanya. Memang itu yang ada, Carel pindah tempat tinggal karena memiliki alasan kuat yang harus ia jalani.

"Carel kamu bisa diam disini, stay dirumah__"

"Sendiri?!" Carel memotong ucapan Arin, tatapannya begitu dingin.

"Mami nggak tau rasanya tinggal sendiri," tutur Carel membuat Arin bungkam.

Benar, Arin sangat sibuk mengurusi bisnis miliknya. Apalagi tanpa adanya pendamping, Arin lebih sulit untuk mengatur waktu nya. Ia sering meninggalkan Carel, dengan alasan ingin mengurusi pekerjaan nya. Sampai ia lupa kalau Carel membutuhkannya.

"Ada mbak, ada bibi, ada pak Karto." Ujar Arin menyebutkan pekerja dirumahnya. Yang dimaksud bibi itu pekerja yang mengurus rumah, usianya sudah terbilang tua. Mbak itu pekerja yang masih muda, sedangkan pak Karto itu supir pribadi di Mansion.

"Mami nggak ngerti, dan selamanya nggak akan pernah ngerti." Carel tidak habis pikir dengan sang Mami, apa yang sebenarnya Maminya pikirkan hingga bisa berpikir kalau ia nyaman dengan adanya mereka.

Dream House [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang