🐣07. Breakfast on Sunday morning

9.8K 892 14
                                    

Pencet dulu tanda 🌟 nya Wamoy 🐣✨
.
.

Voment ya, And Happy Reading 🍓🎀...
.
.
.

Matahari sudah mulai menampakkan cahayanya, menembus dari celah jendela, dan Ayam berkokok menyambut hari cerah.

Naren dan Rayyan sudah berkutat didapur untuk membuat sarapan. Sederhana, namun bermakna. Sejujurnya Rayyan tidak pernah masuk dapur, namun setelah menyewa salah satu kamar Dream House, dirinya lebih sering didapur membantu Naren. Karena menurutnya, asik saja memasak, apalagi saat makanan jadi dan hasilnya tidak mengecewakan. Naren sudah membantunya mengetahui banyak hal.

Rayyan memotong kecil sayur kol dengan hati-hati, takut kejadian kemarin terulang, tangannya terkena sayatan pisau tajam itu.

"Rayy, tolong ambil daging dikulkas." Naren meminta tolong pada Rayyan, kaema laki-laki itu masih sibuk memotong cabai, juga Rayyan yang lebih dekat dengan lemari pendingin tersebut.

Rayyan membuka kulkas, mengambil daging sapi segar dan menutupnya kembali. Saat pintu kulkas itu tertutup, seketika Rayyan limbung, dan lengannya menabrak pintu itu.

"Akkhhhh!" Ringis Rayyan memegang lengannya, membuat Naren langsung menghampiri laki-laki itu.

"Rayy, kenapa?" Tanya Naren khawatir.

"Sakit banget, tangan gue." Batin Rayyan.

Lengannya yang terluka mengenai pintu itu, sangat sakit dan perih. Rasanya Rayyan ingin teriak sekencang-kencangnya, kalau saja Naren tidak ada didepan nya saat ini.

"Rayy," Naren ingin memegang tangan Rayyan karena laki-laki itu terus saja meringis, namun Rayyan lebih cepat menarik tangannya.

"Gue nggak apa-apa, cuma nyeri dikit nggak ngaruh." Seloroh Rayyan santai, seolah ia baik-baik saja

"Jangan bohong, Rayy_"

"Gue serius, Naren Juan Kagendra!"

"Tapi tadi gue liat__"

"Gue bangunin yang lain dulu buat sarapan, ok." Sela Rayyan memotong ucapan Naren.

Rayyan melangkahkan kakinya kekamar sahabat-sahabatnya yang masih terlelap. Ia berdiri didepan pintu kamar Haidar lebih dulu, karena kamar Haidar yang dekat dengan dapur.

"BANGUN LO SEMUA, KALO PINTU KAMAR INI MAU AMAN!" Pekik Rayyan.

Naren yang masih berada didapur, hanya menggelengkan kepalanya. Sudah biasa mendengar suara Rayyan yang teriak-teriak saat pagi hari."

"HAIDAR, BANGUN LO! GUE HABISIN NASI GORENG KESUKAAN__"

Pluk

Rayyan berhenti bicara saat selimut tebal itu menutupi wajahnya. Ia menggeram, "HAIDAR BANGSAT!" Rayyan menarik selimut yang menutupi wajahnya.

Haidar hanya menguap, menatap Rayyan dengan muka bantalnya. "Kenapa sih, Rayy?! Masih pagi, udah ribut aja." Ujar Haidar dengan suara khas orang bangun tidur.

"Kebo! Udah siang, bangun."

"Gue udah bangun, Rayy."

"Cuci muka, sikat gigi, terus kedapur, sarapan."

"Iya Ay, cerewet banget sih kamu."

Rayyan melotot, langsung melempar Selimut itu pada Haidar. Namun dengan cepat, Haidar menutup pintunya dengan keras, membuat Rayyan semakin kesal.

"SAMPAI LO TIDUR LAGI! JATAH MAKAN LO, GUE YANG NGABISIN." Pekik Rayyan.

"Sssssss," tiba-tiba tangannya nyeri, mungkin efek menabrak pintu kulkas tadi, "sakit banget, padahal udah gue obatin." Keluh Rayyan seraya menahan lengannya.

Dream House [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang