🐣48. End...

13K 756 657
                                    

Kata-kata ini cocok buat Andra dkk ya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kata-kata ini cocok buat Andra dkk ya...

Aku double up, jangan lupa vote komen nya ya🙈

Yang bosen, ya udah nanti lagi aja bacanya, kalo masih bosen ya udh gak usah baca lagi😍

Happy Reading 🍓🎀

...

"Lo ngapain? Mau jadi pahlawan?"

"Kak Naya..." Lirih Jeano, sontak membuat Kanaya menoleh, mendapati Jeano yang sudah terkulai lemah.

"Ano, Ano." Kanaya menghampiri sang empunya, lantas mengusap lembut pipi yang lebih muda. "Maafin kakak, baru datang." Sesal Kanaya, menangis.

"Kak Naya, kenapa menangis? Jangan menangis kakak, Ano enggak apa-apa." Jeano mencoba menggapai pipi Kanaya, dan mengusapnya.

"Ano, maaf..." Kanaya menyesali, kenapa ia terlambat menghentikan aksi gila sang Adik.

"Kak Naya! Jauhin, Jeano!" Geram Andra, melihat interaksi sang kakak dengan Jeano.

"Udah, Andra. Kasian, Ano." Lirih Kanaya.

"Enggak usah ikut campur!"

"Andra__"

Bugh

Kanaya terjatuh ke lantai, karena Andra yang menendangnya dengan tiba-tiba. Laki-laki itu menghampiri sang kakak, mencengkram kuat pipi Kanaya.

"Gue udah bilang, kak. Kalo lo enggak mau nurutin kemauan gue, jangan harap Jeano bisa selamat dari gue. Gue benci Jeano, gue benci banget."

"Andra sadar, Jeano bisa mati."

Andra menghempas kuat wajah sang kakak. "Jangan harap!"

"Masih tersisa dikit, langsung kasih ke mereka berdua!" Perintah Andra pada Kevin dan Derren. Kedua laki-laki itu mengambil kembali botol tersebut, yang menyisakan sedikit.

"Capek kan nangis terus, sekarang minum ya___"

Bugh

Derren terpental. Baru saja ia ingin memberikan pada Jeano, tetapi seseorang lebih dulu menendangnya.

"Bang Mahen," Geo bisa melihat Mahen, yang menatap tajam tiga laki-laki itu.

"Abang..." Gumam Jeano.

"BANGSAT, LO APAIN ANO SAMA GEO!" Sentak Haidar, lantas menendang tubuh Kevin, hingga sang empunya terjatuh ke lantai.

"Bang Ano," Carel menghampiri Jeano. "Abang, kenapa kesini?!" Carel bisa melihat wajah lebam, dengan wajah pucat itu.

"Geo, Arel..." Jeano menunjuk Geo yang sudah tak sadarkan diri.

"Adek, bertahan." Mahen menaruh kepala sang Adik pada pahanya, sebagai bantal. "Adek harus bertahan, oke." Lantas ia mencium kening sang Adik.

Dream House [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang