🐣09. Mango tree

9.3K 801 43
                                    

Aku up lagi 💫📍
.

Tinggal kan jejak ya
Wamoy 🐣✨
.
.

Happy Reading 🍓🎀
.
.
.

Sesuai ucapan Carel tadi pagi, ia akan berbelanja dengan Haidar. Saat ini keduanya sedang memilih buah segar dipasaran, dengan tidak tau malunya, Haidar menawar dengan harga jauh dari harga aslinya.

"Aelah, Bang! Goceng aja sih," tawar Haidar seraya memegang satu nanas ditangannya.

"Jauh banget lo nawarnya, nanem aja lo sendiri, Dar." Tolak Penjual Nanas tersebut.

Memang sudah kenal dengan penjual buah tersebut, terlihat dari bagaimana interaksi keduanya.

"Bang Juki mah, pelit. Udah kayak sama siapa aja sih Bang, gue kan langganan lo." Haidar masih terus bernegosiasi.

Carel yang berada disamping Haidar sudah malu sendiri, bagaimana bisa Haidar menawar dengan harga yang jauh sekali dengan harga aslinya. Bang Juki menjual dengan harga dua belas ribu, karena Nanas yang terlihat besar. Sedangkan Haidar menawar dengan harga lima ribu, sangat jauh.

"Bang, ambil aja dah. Harga segitu nggak buat gue miskin," ujar Carel sedikit berbisik.

"Bener itu, kayaknya temen lo juga nggak keliatan miskin sih." Sahut Juki yang ternyata mendengar apa yang Carel bisikkan.

"Kagak, lo orang kaya. Mana tau tawar menawar," tolak Haidar tetap dalam pendiriannya.

"Tapi lo nawarnya keterlaluan, ege."

"Bodo amat!"

Carel merdecak kesal, "Bang dua," pinta Carel pada Juki.

Haidar yang mendengar itu langsung melotot, "Rel__"

"Ssstttt," Carel menutup mulut Haidar dengan telapak tangannya, setelah itu Carel membayar saat dua buah Nanas sudah berada ditangannya.

"Balik," ajak Carel menarik tangannya Haidar, keluar dari kerumunan orang-orang yang membeli buah disana.

Sampai mereka lumayan jauh dari toko buah itu, Haidar menarik tangannya. "Woi mahal ege, harga segitu. Lo ditipu."

"Bang, males banget gue disana lama-lama. Malu woi, diliat ibu-ibu," kesal Carel dengan Haidar yang masih saja mempersalahkan harga.

"Tapi__"

"Duit gue banyak, nggak akan jatuh miskin gue."

"Terserah lo, dah."

"Beli apa lagi?" Tanya Carel seraya melihat belanjaan yang sempat mereka beli tadi.

"Balik lah, Mangga mah gampang. Cari dideket lapangan itu ada," jawab Haidar.

"Ya udah, gass pulang."

***

Mahen benar-benar mengajak Jeano pulang lebih cepat, ia tidak sanggup kalau harus melihat tatapan kedua orang tua nya yang sangat tajam untuk Jeano.

Saat keduanya memasuki pekarangan Dream House, mereka melihat Rayyan dan Naren sedang duduk didepan teras seraya sibuk dengan Ponselnya masing-masing.

"Woi, serius amat." Tegur Mahen mengambil spek kosong disamping Naren.

Naren maupun Rayyan terkejut dengan kehadiran Mahen dan Jeano, bukankah Rumah keduanya cukup jauh, kenapa mereka sudah sampai saja.

Dream House [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang