5 : Makan Malam Pertama

94 17 1
                                    

"Mbak! Ini kenapa saya harus pakai baju kayak gini? Ini kan cuma makan malam? Maksudnya makan kan?" Tanya Binar melihat pakaian yang dipakainya juga wajahnya yang dirias.

Bukankah ini hanya makan malam biasa bersama Wajendra? Apakah harus seperti ini? Juga kenapa wajahnya harus dirias sedemikian rupa?

"Malam ini adalah makan malam pertama anda bersama Tuan Wajendra!"

"Terus?"

"Kami telah menyiapkan makan malam untuk anda dan Tuan Wajendra. Tentu saja anda harus merayakan hari ini!"

"Hah?" Binar berbalik dan melihat semua pelayan.

Terus kenapa dia harus didandani seperti ingin kondangan seperti ini? Binar memijat kepalanya, apakah orang kaya sering berperilaku seperti ini? Tapi ini hanya di rumah bukan restoran atau tempat yang dipenuhi banyak orang. Mungkin hanya ada dia dan Wajendra saja. Binar menarik nafasnya dan bangkit untuk melakukan makan malam. Kenapa juga harus dirayakan? Apakah Wajendra berulang tahun sekarang?

"Saya cuma pakai ini kan?"

"Alas kaki anda nona!"

Binar melihat ke bawah memperhatikan sandal selop berwarna merah mudanya. Jangan katakan dia harus memakai sepatu berhak tinggi! Tebakan Binar sangat benar, pelayan membawakan sepasang sepatu yang begitu cantik.

"Aduhhh... Tekanan nih!"

🐳🐳🐳

"Selamat malam Pak Wajendra!" Sapa Binar datang.

"Malam Binar! Apakah para pelayan melayanimu dengan baik?"

"Iya! Mereka sangat baik pada saya!" Binar duduk di bantu pelayan.

Dia meneguk ludahnya melihat banyaknya makanan memenuhi meja. Tapi bukankah hanya ada dua kursi di tempat ini? Juga jaraknya yang begitu jauh. Wajendra berada di ujung sana dan tersenyum pada Binar. Apakah ini benar-benar makan malam?

"Para pelayan telah menyiapkan makan malam hari ini dengan begitu bersemangat. Pertama kalinya saya melihat mereka seperti itu! Sepertinya mereka senang kamu datang ke rumah ini!"

"Ahhh... Mungkin karena saya habis-habisin makanan pak! Hehe..."

"Kalau begitu selamat menikmati Binar!"

Binar mengangguk dan menatap banyaknya garpu juga sendok dengan berbagai ukuran. Apa yang harus dia lakukan?

"Silahkan nona!" Pelayan mengambilkan makanan untuk Binar.

"Makasih!" Binar tersenyum dan mengambil asal sendok.

Dia tidak tahu lagi harus memakannya dengan cara apa. Semua pelayan berada di tempat ini menunduk begitu juga dengan para pengawal. Binar begitu berhati-hati makan tanpa menimbulkan suara sedikitpun. Dia hanya diam dan sesekali melirik Wajendra disana. Tidak ada obrolan apapun. Kesan pertama Binar tentang makan malam pertama mereka adalah sepi.

🐳🐳🐳

Binar melihat langit-langit kamarnya dengan begitu bosan. Dia sangat tidak menikmati makan malam hari ini. Bukan makanannya yang tidak enak tapi tekanannya berbeda saat dia makan sendiri di rumah ini. Dia merasa tertekan.

"Hmm! Aku nggak tahu mau ngomong apa sama Pak Wajendra. Padahal aku mau tanya-tanya tadi tapi kayaknya nggak sopan. Kaki aku juga sakit lagi."

Binar menutup wajahnya lelah walau dia hanya satu hari tinggal di rumah besar ini. Dia merasa sepi, sangat sepi. Juga tidak ada seorangpun yang bisa dia ajak berbicara.

"Mas Sakti nggak mau omong, mbak-mbak juga sibuk kerja, lainnya juga sama aja. Enak sih tinggal disini semuanya ada, tapi nggak ada bedanya aku tinggal di kost sendirian sama disini! Nggak ada bedanya!"

🐳🐳🐳

Hari 2, Kediaman Wajendra

"Hari ini Keluarga Sadana akan datang menjemputmu!"

"Uhukkk..." Binar mengambil minumannya dan meminumnya cepat-cepat.

Apakah dia tidak salah dengar? Di pagi yang begitu cerah ini. Kenapa tiba-tiba Wajendra mengatakan bahwa Keluarga Sadana akan menjemputnya? Untuk apa?

"Mereka akan datang dan kamu bisa tahu bagaimana keluarga itu apakah cocok untuk menjadi Lekaswara atau tidak. Kamu tidak perlu takut, Sakti akan menemanimu!"

"Apa yang harus saya lakukan pak?" Tanya Binar gelagapan sendiri.

Apakah dia harus melakukan sesuatu atau apa?

"Kamu akan tahu nanti!"

"Hmm..." Binar melihat makanannya dan memakannya tanpa rasa semangat lagi.

Keluarga Sadana, keluarga seperti apa itu? Apakah mereka akan bersikap seperti pertama kali bertemu? Binar cukup merasa takut jika dirinya diperlakukan buruk di tempat itu. Walau Sakti menemaninya tapi apakah Sakti bisa menangani keluarga kaya itu?

Binar memegangi tasnya gugup, seseorang dari keluarga itu akan menjemput dirinya. Sejujurnya Binar ingin tidak pergi. Untuk apa pergi kesana? Memangnya apa yang harus dia lakukan nantinya?

"Non Binar! Perwakilan Keluarga Sadana sudah menjemput Non Binar!" Pak Jamal berlari mendekati Binar.

"Oh iya! Hah! Mas Sakti ayo! Kita harus kerja keras hari ini!" Binar mengepalkan tangannya bersemangat.

Hari ini dia akan menghadapi keluarga itu dengan semangat 45! Apapun yang terjadi, Binar tidak akan kalah dengan bujuk rayu mereka. Mereka pasti akan melakukan banyak cara untuk membujuk Binar memilih mereka. Sebagai anak yang adil! Binar harus berperilaku sebaik-baiknya!

"Saya Radyta, saya putra sulung Keluarga Sadana."

Binar menatap Radyta dan beralih pada Sakti. Kali ini Sakti bukan lagi laki-laki tampan di mata Binar. Didepannya sekarang adalah laki-laki tampan yang sesungguhnya. Apalagi dengan jas dan mobil mahal di belakangnya. Pancaran aura kekayaan bisa menembus jantung hati Binar.

"Sa-ya Bi-nar!"

"Senang bertemu denganmu Binar!"

"I-ya!" Binar menunduk malu-malu.

Dia jadi ingin melupakan tentang dirinya yang akan bersikap adil. Dia akan mengangguk saja jika ingin dijodohkan dengan Radyta. Binar akan senang hati menunjuk Keluarga Sadana sebagai Lakeswara. Bisakah dia berharap seperti itu?

"Binar?" Radyta membukakan pintu untuk Binar dan tersenyum begitu indah.

"Ma-kasih mas!" Binar masuk ke dalam mobil dengan jantung berdebar-debar. Apa yang harus dia lakukan sekarang? Dia tidak bisa menolak pesona laki-laki tampan dan kaya.

Tujuannya memang ingin mendapatkan suami dengan spek seperti itu. Radyta masuk ke dalam mobil dan tersenyum pada Binar.

"Mas Sakti gimana mas? Kok nggak masuk?" Tanya Binar melihat Sakti masih berada di luar.

"Sakti? Siapa Sakti?"

"Pengawal saya!"

"Dia akan memakai mobil lain! Pengawal dan majikan tidak mungkin berada di dalam satu tempat. Saya akan mengantarkanmu kediaman keluarga kami! Sudah banyak orang yang menunggumu!"

"Hmm? Ah, iya!" Binar terdiam dan menarik nafasnya dalam-dalam.

Apakah dia akan baik-baik saja di Keluarga Sadana? Binar melihat keluar jendela memastikan Sakti mengikutinya. Dia perlu orang itu untuk melindunginya!

🐳🐳🐳

Salam ThunderCalp!🤗

Jangan lupa like, komen, dan share!

See you...

Lakeswara Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang