7 : Sakya dan Musik

69 17 2
                                    

"Wahhh... Lengkap banget mas! Ini sih udah kayak toko alat musik. Semuanya ada!"

Bahkan biola dan saksofon juga ada di tempat ini. Binar menatap semuanya dengan mata penuh harap. Apakah dia bisa menyentuhnya? Pasti semua ini bukan hanya benda-benda biasa. Pasti semuanya mahal! Binar yakin akan hal itu!

"Pegang aja! Kalau kamu bisa main juga boleh!"

"Nggak mas! Saya nggak bisa!" Binar menggelengkan kepalanya.

Dia takut merusak alat-alat di tempat ini. Sakya tersenyum dan mengambil gitar kesayangannya. Dia melihat Binar dan memainkan satu lagu yang dia sukai.

"Love me again..."

Binar berbalik dan menemukan Sakya yang bernyanyi juga memainkan gitar dengan sangat ahli. Binar terdiam dan memperhatikan Sakya. Sungguh aura Sakya sangat berbeda dengan keluarga Sadana lainnya. Jika lainnya seperti orang-orang kaya yang penuh wibawa dan aura dingin tapi Sakya berbeda. Ada hal lain yang terpancar dari Sakya. Binar juga tidak tahu apa itu tapi sudah sangat jelas. Sakya lebih hangat menyambutnya di keluarga ini.

Prokkk... Prokkk...

"Mas Sakya suaranya bagus! Apalagi pas main gitar! Nggak kalah keren sama penyanyi-penyanyi! Mas Sakya bukan penyanyi atau sebenarnya penyanyi?" Tanya Binar.

"Saya cuma suka aja! Saya nggak mungkin bisa kan jadi penyanyi?" Sakya mengembalikan lagi gitarnya ke posisi semula.

"Kenapa? Saya kira Mas Sakya emang penyanyi! Anak band!"

"Itu saat saya masih muda, saya sibuk kerja di perusahaan ayah. Sekarang saya cuma main-main aja buat diri sendiri sama keluarga!"

"Ohhh..." Binar menganggukkan kepalanya.

Pasti anak dari seorang keluarga Sadana tidak mungkin menjadi anggota band atau menjadi seorang penyanyi. Binar yakin akan hal itu. Apalagi lagi saat melihat Oma dan Opa Sadana. Binar melihat aura tidak menyenangkan dari mereka berdua. Sama sekali tidak.

"Jadi Mas Sakya kerja di perusahaan keluarga ya? Sama kayak Mas Radyta?"

"Iya! Cuma kami beda divisi aja. Dia yang kerja di perusahaan utama kalau saya di anak perusahaan."

"Anak perusahaan?"

"Bisnis mobil, saya yang handle!"

"Ohhh... Wow! Anak perusahaan aja bisnisnya mobil! Saya nggak heran kenapa Sadana jadi salah satu dari tujuh orang kaya di Indonesia!"

"Itu yang kamu tahu dari artikel!" Sakya tersenyum simpul melihat Binar.

"Tapi emang bener kan mas?"

Sakya hanya diam tanpa memberikan jawabannya membuat Binar jadi bertanya-tanya. Lalu apa yang benar?

🐳🐳🐳

"Maafkan Sakya ya Binar! Kamu pasti dibawa Sakya kemana-mana. Ayo, kamu harus istirahat! Pelayan, sediakan makanan sekarang!" Tiwi membantu Binar duduk di samping Radyta.

"Terima kasih tante!" Binar tersenyum dan mengamati para pelayan yang datang membawakan makanan pembuka.

Kali ini Binar tidak tahu jenis makanan apa ini. Jadi dia hanya ikut-ikutan saja seperti lainnya. Binar melirik Radyta yang mengambil tisu atau serbet dan memakainya untuk menutupi bajunya. Mengambil garpu dan memakan makanan super kecil di piring. Binar mengikutinya sama persis tanpa terkecuali. Dia harus berpura-pura harus bisa mengikuti cara makan mereka. Anggap saja sebagai latihan untuk keluarga lainnya nanti.

"Ini beneran cuma segini?" Binar memakan makanannya tanpa bisa merasakan rasa makannya. Lagipula hanya sekali suap dan selesai. Piringnya kosong sekarang. Pelayan datang dan membawakan makanan lainnya.

Kali ini salmon juga sesuatu seperti kentang. Binar melihat cara makan Radyta lagi. Kenapa harus salmon? Juga apakah tidak ada nasi di tempat ini?

"Kamu suka Binar?" Tanya Tiwi.

"Saya suka tante! Saya belum pernah makan salmon jadi saya perasaan rasanya. Ternyata enak!"

"Kamu belum pernah makan salmon? Serius?" Tanya Ratih.

"Iya tante! Kalau ikan lainnya saya makan kalau ini baru pertama kali!"

"Apa? Pertama kali? Kamu makan apa aja selama ini? Kok bisa orang nggak pernah makan salmon?" Ratih menutup mulutnya syok berat.

Kenapa memangnya? Harga salmon mahal, kecil saja harganya bisa ratusan ribu. Lebih baik beli ikan lainnya sekilo bisa buat seminggu. Binar tersenyum untuk kesekian kalinya. Orang kaya memang beda. Bahkan ini bukan salmon murah meriah. Tapi salmon mahal! Mahal! Apalagi hitam-hitam di atas salmon. Apa namanya? Caviar?

Binar melotot sempurna begitu saja! Ini pasti telur ikan itu!?

"Binar! Setelah ini saya harap kamu memiliki waktu untuk pergi dengan Radyta." Yoga menghentikan aktivitasnya sejenak.

"Pergi?"

"Iya! Bukankah kamu sudah menghabiskan banyak waktu dengan Sakya? Om hanya ingin kamu lebih dekat dengan Radyta! Tidak apa-apa bukan?"

"Iya om!" Binar menganggukkan kepalanya.

Mau dibawa kemana lagi dia ini?

🐳🐳🐳

"Ini lapangan golf keluarga kami! Disana kolam renang dan disana taman. Disana juga ada beberapa hewan peliharaan kami! Apa kamu mau lihat Binar?" Tanya Radyta.

"Hewan peliharaan?"

Apakah keluarga ini juga memelihara kucing seperti Pak Yuda? Tapi hari ini Binar cukup senang, karena dia tidak perlu berjalan kaki. Dia dan Radyta memakai mobil untuk membawa peralatan golf. Sebenarnya hari ini Radyta ingin menunjukkan keahliannya tapi jujur saja Binar sudah lelah jadi dia menolak saja.

"Iya! Ada singa kami, harimau putih, juga kera!"

"Apa? Apa mas?"

"Singa! Kamu tahu singa? Kami memiliki dua singa betina dan jantan. Juga harimau putih. Kami juga memiliki beberapa kera. Kamu mau lihat?"

"Singa? Saya tahu! Tapi lain kali aja mas! Ternyata disini luas banget ya mas! Lebih luas dari rumahnya Pak Wajendra."

"Tentu! Karena Keluarga Sadana adalah keluarga terkaya di Indonesia. Tentu saja rumah kami lebih luas dari Keluarga Wajendra yang menempati nomer 6."

"Nomer 6?" Binar baru tahu akan hal itu.

"Iya, di mulai dari keluarga saya. Jenggala, Kamandaka, Hardana,
Mahapraja, Wajendra, dan terakhir Paramita."

"Ohhh... Gitu!"

"Setelah ini mungkin Keluarga Jenggala akan datang menjemputmu. Kamu harus bersiap-siap, keluarga itu keluarga militer!" Bisik Radyta.

"Beneran?"

"Iya! Saya harap kamu hati-hati dengan mereka. Mereka bukan seseorang yang bisa kamu tangani sendiri. Jika kamu butuh sesuatu, katakan saja pada saya! Saya pasti akan menolong kamu!"

"Makasih ya Mas Radyta!"

"Panggil Dyta aja!"

"Makasih Mas Dyta!"

"Oh iya disana kami memiliki tanaman dari luar negeri, mama yang suka sekali tanaman, juga disana ada koleksi milik tante saya, disana juga.."

Binar menatap jalanan didepannya dengan wajah menahan takut. Jangan katakan besok Keluarga Jenggala akan menjemputnya! Binar jadi takut apalagi keluarga itu adalah keluarga militer. Apa yang harus dia lakukan besok?

🐳🐳🐳

Salam ThunderCalp!🤗

Jangan lupa like, komen, dan share!

See you...

Lakeswara Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang