"Lap sepatu saya!"
Binar tidak salah dengar. Dia memang mendengar bahwa dia harus mengelap sepatu laki-laki didepannya.
"Saya saja non!" Sakti mengeluarkan sapu tangannya dan menunduk untuk membersihkan sepatu orang itu.
"Mas Sakti!" Binar menggelengkan kepalanya tapi Sakti sudah melakukannya dan membersihkan sepatu yang terlihat begitu mahal itu.
"Harusnya memang kacung itu seperti ini! Bersihkan dengan benar! Kamu nggak tahu bukan harga sepatu saya lebih mahal dari gaji kamu! Bahkan mungkin gaji kamu itu nggak mampu untuk membeli sepatu saya ini!"
Binar mengepalkan tangannya kuat-kuat saat melihat bagaimana Sakti dengan telaten membersihkan sepatu orang yang terlihat angkuh itu. Dengan pelan Sakti membersihkannya dari tumpahan makanan.
"Mas Sakti!"
"Ini tugas saya non! Saya yang tidak bisa menjaga Nona Binar. Saya juga yang buat tangan Nona Binar sakit. Saya juga buat Nona Binar jatuh. Saya yang kurang mampu jaga Nona Binar. Padahal tuan sudah minta saya langsung buat jaga Nona Binar. Saya tidak mau buat tangan Nona Binar kotor! Kalau urusan seperti ini, serahin ke saya!"
"Lap bersih!" Orang itu tersenyum dan mengeluarkan handphonenya untuk merekam Sakti.
Orang-orang memperhatikan Sakti juga Binar dan mengeluarkan handphone mereka untuk merekam. Binar memandangi semua orang yang hanya diam saja dengan handphone mereka yang diangkat tinggi-tinggi untuk merekam sesuatu hal yang tidak perlu mereka lakukan. Untuk apa merekam video? Untuk apa mereka melakukannya? Untuk menyimpannya? Atau memviralkannya? Binar menunduk dan berjongkok di samping Sakti.
"Tapi tangan Mas Sakti juga kotor! Ini kan salah saya mas! Kenapa Mas Sakti yang harus tanggung jawab? Saya yang salah! Saya yang buat kacau semua ini. Ini salah saya. Kalau Mas Sakti yang tanggungjawab, kapan saya bisa tanggungjawab mas? Sepatunya masnya udah bersih. Nggak perlu dilap lagi! Udah Mas Sakti! Saya nggak mau lihat Mas Sakti kayak gini!" Binar menggelengkan kepalanya dan menghentikan tangan Sakti.
"Eh! Sepatu saya masih kotor!" Teriak orang itu.
"Mau dibersihin kayak apa mas? Ini udah bersih!" Tunjuk Binar pada sepatu yang telah bersih dari noda.
"Lihat! Jelas-jelas sepatu saya masih kotor. Ini! Ini! Kalian itu nggak akan mampu ganti sepatu mahal saya! Jadi bersihin betul-betul!"
"Berapa harganya?" Tanya Binar menarik tubuh Sakti untuk berdiri.
"Harga? Apa kamu mau jual ginjal kamu? Hah? Kamu mau bayar sekalian dengan baju saya? 30 juta!"
"30 juta?"
Binar menyunggingkan senyumnya, dia melihat nama orang didepannya. Ternyata hanya karyawan di tempat ini saja. Bukan orang besar!
"Ya udah! Saya bayar! Tapi lepas sepatu mas sama baju masnya! Saya beli! 30 juta kan? Saya kasih!"
"Apa?"
"Iya saya beli! Lepasin sepatu mas kalau mau 30 juta! Saya punya kok! Sekalian aja deh! Mana no reknya? Saya tf!"
"A-pa?"
"Kenapa? Nggak percaya! Mas nggak tahu siapa saya?"
Laki-laki itu menoleh ke kanan dan ke kiri. Dia melihat Binar menjadi begitu berani membayar sepatunya juga bajunya yang tidak seberapa itu. Siapa perempuan didepannya ini?
"Saya Binar! Pengantar yogurt! Mas nggak percaya kan saya punya 30 juta? Biar saya kasih tahu mas! Saya emang orang nggak punya tapi saya masih bisa tahu kalau sepatu sama baju mas nya ini beli di tanah abang!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Lakeswara
RomansaBagaimana jadinya jika kamu berada diantara orang kaya yang gila kekuasaan? 🐳🐳🐳