11 : Keluarga Mereka

53 12 3
                                    

"Ini jadi nggak sih? Ini udah malam banget kenapa mereka nggak datang-datang? Tahu gitu aku pergi aja sama Mas Sakya!"

Binar sangat kesal hari ini. Jadi untuk apa dia menunggu selama berjam-jam bahkan langit sudah menjadi begitu sore!? Apakah mereka tiba-tiba batal menjemputnya?

"Mas Sakti! Aku capek nunggu! Kita masuk aja!"

"Non Binar! Non Binar! Hah... Ada pawai!" Pak Jamal berlari begitu kencang.

"Pawai? Maksudnya?"

"Di depan! Pawai!"

Binar tersenyum dan memeriksa telinganya apa dia salah dengar atau tidak. Kenapa tiba-tiba ada pawai? Siapa yang pawai? Apakah hari ini ada acara kelurahan, kecamatan, atau kabupaten?

Binar berlari kencang dan melihat apa yang terpampang menuju rumah Wajendra. Binar menutup mulutnya begitu terkejut. Kenapa ada wajahnya yang terpampang begitu besar disana?

"Mas Sakti kita masuk lagi aja!" Ajak Binar.

"Binar! Hahaha... Saya yakin kamu sudah nunggu kami datang bukan?" Seseorang berdiri di atas mobil dengan wajah Binar berada tampang dimana-mana.

Siapa lagi itu? Kenapa riasannya mirip Bang Haji Rona Irama? Binar menahan tangis melihat banyaknya arak-arakan yang datang juga lampu-lampu disko berkelap-kelip. Lagu-lagu juga diputar bersama orang-orang menari tanpa henti. Binar sangat ingin kembali ke kamarnya saja.

"Siapa itu?" Binar melihat seorang pria paruh baya turun.

"Hallo! Kita ketemu lagi bukan Binar? Kamu pasti mau tahu nama saya kan? Iyakan? Hahaha... Panggil saja saya Bang Halim!" Bang Halim tersenyum dan menunjukkan deretan giginya.

"I-ya!" Binar memperhatikan gigi Bang Halim yang memiliki gigi emas.

"Kalau begitu ayo Binar! Kamu harus pergi ke rumah saya! Mommy dan Daddy saya udah nunggu kamu! Ayo masuk!" Bang Halim pergi dan membukakan pintu untuk Binar.

"Bang! Itu maksudnya kita naik itu?" Tanya Binar menunjuk mobil yang begitu ramai dan riuh.

"Iya! Ayo naik! Jangan malu-malu, kamu juga naik pengawalnya Binar. Kita pawai sama-sama!" Bang Halim berteriak dan sudah naik lagi ke atas mobil.

"Mending nggak usah datang aja! Hiskkk..."

🐳🐳🐳

"Digoyang! Indonesia digoyang!"

Binar hanya bisa pasrah ditarik ke atas bersama Bang Halim. Dia bersama Sakti tersenyum kepada para mobil atau orang-orang yang ingin melihat tontonan pawai dadakan ini. Dari hari ke hari kenapa tingkah keluarga kaya semakin absurd? Binar tidak yakin akan mampu untuk dijemput dengan hal yang lebih parah lagi dari ini.

"Ayo Binar! Mereka mau lihat kamu!"

"Iya bang!" Binar melambaikan tangannya kepada orang-orang.

"Jangan lupa goyang! Hahaha..."

"Mimpi apa aku semalam!" Cicit Binar melihat Bang Halim bergoyang kesana-kemari tidak kenal namanya malu.

Apakah keluarga Hardana juga seperti ini? Binar harus bersiap-siap untuk segala sesuatu yang terjadi pada hidupnya. Malam ini, dia akan berpasrah diri kepada yang di atas.

🐳🐳🐳

"Selamat datang di rumah Keluarga Hardana!" Bang Halim merentangkan tangannya menunjukan betapa besar dan megahnya rumahnya.

"Hah! Hah! Selesai! Akhirnya sampai!" Binar turun cepat dari mobil besar yang membawa dirinya berkeliling ibukota.

Tidak ada lagi pawai atau hal-hal seperti itu lagi dalam hidupnya. Dia sangat malu untuk menampilkan wajahnya lagi kepada orang-orang di luaran sana. Pasti sekarang wajahnya viral dimana-mana. Binar mendongak dan menatap rumah Keluarga Hardana. Tidak jauh berbeda dengan rumah milik Wajendra. Hanya saja ada air mancur di depan rumah yang memiliki bentuk ikan besar.

"Wahh..."

"Nah Binar! Ayo masuk! Mommy dan Daddy udah nunggu kamu di dalam! Kamu senang kan naik pawai sama saya? Iyakan?"

"Haha..." Binar hanya bisa tertawa miris.

"Pelayan! Kemari cepat! Binar udah datang nih!" Teriak Bang Halim keras.

Pelayan berdatangan dan membentuk formasi jalan dengan membungkukkan tubuh mereka. Binar hanya bisa melongo saat mereka semua bergerak begitu serempak.

"Selamat datang Nona Binar!" Semua pelayan menyapa Binar.

"Iya! Nggak usah bungkuk kayak gitu! Udah! Mas Sakti cepat masuk!" Binar berjalan begitu cepat melewati para pelayan untuk masuk ke dalam rumah.

Semoga saja hidupnya masih bisa bertahan lama di keluarga ini.

"Mommy! Daddy! Aku sudah bawa Binar datang kesini!" Bang Halim tersenyum pada sepasang suami istri yang terlihat begitu ramah.

"Hallo! Saya Binar!" Binar tersenyum kepada semua orang.

Kenapa ada banyak orang yang terlihat familiar disini? Tunggu bukankah itu artis papan atas Indonesia?

"Adhisti Cakrawala?" Binar menutup mulutnya.

"Hai!" Adhisti melambaikan tangannya pada Binar.

"Wahhhh... Cantik banget! Lebih cantik dari di TV!"

Adhisti hanya bisa tersenyum melihat tingkah Binar yang mengaguminya. Binar beralih lagi kepada seorang laki-laki di dekat Adhisti.

"Wahhh... Ada Mas Abyasa! Saya suka lagu-lagunya mas. Buat kaum anak senja, masuk mas! Saya suka banget. Itu... Itu artis cilik itu! Ya ampun, Gentala! Arghttt... Kenapa banyak artis disini?" Binar menutup mulutnya untuk tidak berteriak kencang.

"Hahahaha... Teryata kamu udah kenal anak-anak saya ya? Jangan lupain istri saya panggil aja Bunda Zafia terus anak terakhir saya. Nirmala!" Bang Halim merangkul seorang wanita yang begitu cantik dan memegangi pundak seorang anak perempuan.

"Hah? Anak?"

Binar membuka mulutnya lebar-lebar, tunggu sebentar! Jadi mereka bukan orang-orang yang dipanggil Bang Halim ke tempat ini? Tapi mereka tinggal disini dan anak dari Keluarga Hardana? Binar memegangi jantungnya syok berat. Tapi bukankah mereka bukan saudara di TV-TV? Bahkan tidak ada berita gosip jika mereka semua adalah saudara! Apalagi Abyasa dan Gentala anak Bang Halim yang itu?

"Kamu pasti terkejut! Saya Lesmana ayah dari Halim dan Adhisti juga kepala keluarga di rumah ini. Ini istri saya Maharani. Selamat datang di keluarga kami Binar. Maaf membuat kamu datang dengan pawai seperti itu. Itu ide anak saya yang sangat menantikan kedatangan kamu!" Lesmana tersenyum begitu ramah pada Binar.

"Se-neng juga bisa datang ke rumah Pak Lesmana ini. Memang saya kaget waktu ada pawai dadakan. Saya kira ada acara di kelurahan! Hehe..." Binar menggaruk-garuk kepalanya.

Dia jadi sungkan datang dengan pakaian biasa saja. Dia tidak menyangka akan bertemu dengan para artis Indonesia yang terkenal. Bahkan Binar mengikuti sosial media mereka mereka. Khususnya Abyasa. Wajahnya 11 12 dengan Sakya tapi jauh lebih tampan dan manis.

"Pelayan antarkan Binar beristirahat. Juga malam ini menginaplah di rumah kami. Kamu tidak keberatan bukan? Kami sudah menyiapkan segala keperluan kamu. Kamu pasti lelah berkeliling ibukota." Lesmana masih menyunggingkan senyumannya.

"Menginap?" Binar melirik ke arah Sakti.

Mungkin satu hari bukan masalah.

"Saya sih mau-mau aja, Mas Sakti kita nginap disini ya? Saya mau minta foto sama Mas Abyasa!"

🐳🐳🐳

Salam ThunderCalp!🤗

Jangan lupa like, komen, dan share!

See you...

Lakeswara Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang