13 : Satu Hari Dengan Mereka

46 11 1
                                    

Hari 6, Kediaman Hardana

Binar menatap kagum piala-piala yang berjejer begitu indah. Keluarga ini memang bukan keluarga biasa. Bahkan si kecil Nirmala juga memiliki pialanya sendiri.

"Gila banget! Juara satu lomba piano? Internasional lagi! Makan apa ya tuh anak?" Binar melihat foto Nirmala yang memegangi piala bersama orang-orang asing. Dia terlihat tersenyum bersama Bang Halim disana memakai pakaian seperti Rona Irama.

Dimanapun dan kapanpun Bang Halim tetap menjadi Bang Halim. Binar menahan tawa dan melihat kembali foto-foto lain yang terpajang. Dia berhenti di sebuah foto besar. Ada lima orang disana. Dua orang yang Binar yakini sebagai Lesmana dan Maharani. Dua lainnya pasti Bang Halim dan Adhisti. Tapi siapa perempuan itu? Siapa perempuan di dekat Bang Halim? Wajahnya begitu mirip dengan Maharani.

"Siapa ya? Mas Sakti tahu nggak dia siapa?" Tunjuk Binar pada perempuan cantik itu.

Sakit menggelengkan kepalanya ikut melihat foto besar itu. Dia juga tidak tahu siapa perempuan itu.

"Binar! Ternyata kamu disini! Saya cariin kamu dari tadi!" Zafia tersenyum berhasil menemukan Binar.

"Bunda Zafia! Maaf bunda, saya keliling rumah terus lihat piala dimana-mana. Jadi saya penasaran."

"Saya mau ajak kamu nonton dramanya Gentala! Hari ini dramanya keluar lagi."

"Gentala?" Binar ingat sesuatu. Dia juga menonton drama Gentala tentang geng motor. Dia juga mengikuti drama itu sampai menunggu episode baru keluar.

"Iya! Ayo! Saya nggak punya teman nonton dramanya. Semua orang sibuk kerja lagi! Mumpung ada kamu disini, kita bisa nonton sama-sama!" Zafia menarik tangan Binar.

Pagi-pagi ini setelah sarapan pagi bersama semua orang pergi satu persatu. Dari Adhisti yang harus menghadiri acara launching produk skincare. Abyasa mengurusi konsernya malam ini. Gentala yang syuting lagi, Nirmala yang pergi sekolah, dan Bang Halim pergi bekerja di perusahaannya. Lesmana dan Maharani yang menghadiri acara lain yang Binar tidak tahu apa, yang jelas saat Lesmana berbicara di telepon dia menggunakan bahasa inggris begitu sulit dimengerti Binar.

"Bunda Zafia! Saya mau tanya, perempuan di foto besar itu siapa? Apa dia juga anaknya Pak Lesmana juga? Kok saya nggak lihat semalam?" Tanya Binar penasaran.

"Perempuan?"

"Iya! Ada Bang Halim sama Mbak Adhisti juga! Dia siapa ya bunda?"

"Ahhh... Itu Mbak Gantari! Kakaknya Bang Halim!"

"Kakaknya Bang Halim? Ohhh... Tante Gantari tinggal sendiri ya? Atau tinggal di luar negeri?" Tanya Binar lagi.

"Mbak Gantari udah meninggal dunia!"

"Innalilahi! Turut berdukacita bunda, saya nggak tahu kalau Tante Gantari udah meninggal dunia. Maaf bunda!" Binar merasa menyesal bertanya karena raut wajah Zafia menjadi begitu sedih.

"Mbak Gantari udah lama meninggal dunia. Kamu pasti nggak tahu itu. Nggak apa-apa Binar!"

Binar tersenyum canggung, jadi Gantari juga anggota keluarga ini. Apalagi kakak Bang Halim dan Adhisti. Pantas saja wajahnya begitu mirip dengan Maharani. Binar ingin bertanya lagi kenapa Gantari meninggal dunia tapi dia tidak ingin terlalu jauh bertanya yang bukan ranahnya.

"Oh iya! Kita nontonnya dimana bunda? Saya juga ikutin dramanya Gentala!"

🐳🐳🐳

"Bunda saya titip salam untuk keluarga lainnya. Terima kasih terima  saya disini apalagi saya ngerepotin sampai nginep semalam. Lain kali kalau boleh saya mau main kesini lagi! Hehe..."

Lakeswara Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang