18 : Ketidakpuasan

57 11 1
                                    

Binar menatap nanar tempat yang dia tempati sekarang. Kenapa jadi seperti ini?

"Maafkan saya Binar! Saya tidak tahu jika kamu akan jadi seperti ini! Maafkan saya!"

"Saya minta maaf Pak Henry, saya sudah membuat keributan sampai orang-orang panik! Maafkan saya!" Binar tersenyum canggung.

"Saya yang salah disini!"

"Maafkan kelakuan anak saya Binar! Kamu pasti syok dan justru sakit seperti ini! Saya benar-benar minta maaf padamu!" Seorang pria paruh baya merasa begitu menyesal dan kesal.

Anak pertamanya telah membuat kesalahan fatal apalagi Binar harus di rawat di rumah sakit. Binar tersenyum dan melihat-lihat langit rumah sakit yang begitu putih bersih. Kenapa jadi dia sakit? Ini baru 8 hari dan Binar sudah merasakan sakit dua kali! Tinggal 22 hari lagi? Apakah dia akan mampu bertahan sampai akhir?

Binar tersenyum getir, jiwa miskinnya memang tidak pantas berada di lingkungan orang kaya.

"Ini bukan salah Pak Henry, ini memang salah saya sendiri. Saya baik-baik saja, kata dokter saya juga nggak kena masalah sakit apa-apa. Jadi mungkin karena saya capek juga. Saya juga minta maaf buat semua orang khawatir! Maaf pak!"

"Sekali lagi maafkan kami! Jika kondisimu membaik kami akan mengundang kamu lagi. Kali ini kamu tidak akan sakit seperti ini lagi. Saya akan mengundang kamu secara layak!"

Binar menganggukkan kepalanya kepada kepala Keluarga Mahapraja. Dharma menarik anak pertamanya berdiri untuk meninggalkan Binar beristirahat. Mereka menutup pintu serapat mungkin. Binar melihat pintu tertutup dengan wajah begitu murung.

"Aku malu-maluin banget! Naik helikopter pertama kali aja langsung sakit! Pasti Pak Wajendra khawatir nih! Mas Sakti bilang belum ya? Arghttt... Emang orang miskin kalau jadi kayak dadakan langsung jetlag!"

Dia merasa malu sendiri!

Pasti banyak yang akan menertawakannya termasuk Pak Yuda jika tahu.

"Tuh orang lagi enak-enakkan pasti nih!"

🐳🐳🐳

"Bwahhahahaa..."

"Orang sakit nggak boleh diketawain pak! Nanti kualat!" Peringat Binar pada bos yogurtnya.

Pak Yuda menghentikan tawanya melihat Binar yang justru terbaring sakit. Tapi dia tidak bisa menahan untuk tidak menertawakan kebodohan Binar. Bisa-bisanya naik helikopter pingsan dan masuk rumah sakit. Sungguh sangat konyol!

"Kamu sendiri kenapa bisa sakit cuma gara-gara helikopter? Binar! Binar! Ini udah 2 kali kamu sakit. Pertama diare, sekarang apa namanya? Sakit gara-gara helikopter?"

"Hah! Saya mana tahu sih pak bakalan sakit kayak gini? Hah? Kalau tahu saya juga nggak mau! Apalagi sampai di bawa ke rumah sakit pakai ambulans! Padahal saya tadi di kantornya Keluarga Mahapraja. Pasti banyak orang yang lihat! Saya capek lama-lama kayak gini terus!"

"Kamu terbiasa! Ini belum ada apa-apanya kalau ada hal baru lagi yang kamu rasain. Mau nggak mau kamu harus siapin diri kamu. Apalagi kita udah terima uang 50 juta!"

"Hah... Saya jadi nyesel bagi uangnya sama Pak Yuda. Pak Yuda nggak bantu saya apa-apa!"

"Saya itu paling bantu kamu! Bantu doa!"

Binar memutar bola matanya malas, sejak kapan Pak Yuda mendoakannya?

Tokkk... Tokkk...

"Non Binar! Tuan muda Sakya ingin ketemu Non Binar!" Sakti membuka pintu dan masuk ke dalam.

"Mas Sakya? Dia dimana sekarang?" Tanya Binar.

"Di depan!"

Binar bangkit dan menjadi begitu semangat kembali. Memang yang dibutuhkan orang sakit adalah asupan laki-laki tampan. Binar menatap tajam Pak Yuda yang masih setia di tempat duduknya.

"Pergi aja pak! Saya punya tamu lain!" Usir Binar.

"Lho! Kamu usir saya?"

"Iyalah! Pak Yuda juga nggak ada gunanya di tempat ini! Mending bapak pergi aja deh! Saya punya tamu! Hushhh..."

"Ckkk... Ckkk... Kamu emang lupa kalau saya bos kamu!"

"Bapak juga lupa kalau uang 50 juta itu karena saya!"

Pak Yuda menatap tajam Binar dan memicingkan matanya. Dia tidak akan lupa akan hal itu jadi dia memilih pergi saja karena sudah pasti yang datang bukanlah orang sembarangan. Pak Yuda berhenti di depan pintu dan melihat ke arah Binar.

"Ingat ini! Kamu cuma pengantar yogurt, jangan pernah berharap cinta sama orang kaya. Kamu cuma bakal sakit hati nanti! Orang kaya juga pasti akhirnya nikah sama orang kaya. Kalau kamu bukan orang kaya, jangan bermimpi buat nikah sama mereka. Saya bilang kayak gini supaya kamu sadar. Kamu juga akan kembali lagi pengantar yogurt!" Peringat Pak Yuda.

"Iya saya tahu!" Binar menganggukkan kepalanya.

Pak Yuda menganggukkan kepalanya dan pergi. Bersamaan seseorang masuk ke dalam kamar inap Binar. Sakya tersenyum dengan membawa sebuah bunga begitu besar untuk Binar.

"Kayaknya kamu suka banget sakit!"

"Nggak tahu juga mas! Kayaknya emang saya gampang sakit!"

"Ini untuk kamu! Cepat sembuh ya Binar, saya jadi nggak bisa ajak kamu pergi kalau kamu sakit!" Sakya memberikan buket bunga besar untuk Binar.

"Makasih ya mas! Mas Sakya jadi repot-repot gini! Emangnya mau ajak saya kemana?" Binar tersenyum dan mencium aroma bunga yang begitu harum.

"Asalkan kamu sembuh dulu Bin! Gimana keadaan kamu sekarang?" Tanya Sakya duduk di samping tempat tidur Binar.

"Baik mas! Saya tuh udah baik-baik aja cuma dokter suruh saya buat nginep disini! Besok juga pasti saya udah pulang ke rumah."

Binar juga tidak mau berlama-lama di rumah sakit. Alasannya sakit juga hanya pingsan karena helikopter. Mungkin alasannya sakit adalah alasan paling konyol di rumah sakit ini.

"Oh iya! Mas Sakya tahu saya sakit darimana?" Tanya Binar.

Pasalnya tidak ada dia tidak memberitahu Sakya atau apalah kabar sakitnya ini tersebar kemana-mana?

"Saya tahu dari teman saya, katanya tamu pentingnya Keluarga Mahapraja jatuh pingsan. Jadi saya tahunya itu kamu!"

"Ohh... Mas Sakya udah tahu ya alasan saya pingsan apa?" Tanya Binar tertunduk lesu.

Ternyata memang benar beritanya sudah berada dimana-mana. Bisakah dia menutup wajahnya dengan sesuatu? Binar sangat malu hari ini dan hari-hari kedepannya. Hidupnya seperti sudah memalukan sejak awal.

"Nggak semua orang juga berani naik helikopter. Mereka aja yang terlalu berlebihan buat jemput kamu! Kamu pasti takut tadi kan? Saya paham kok Bin! Jangan dipikirin! Ini bukan salah kamu!" Sakya menepuk-nepuk kepala Binar pelan.

Dia tersenyum membuat Binar ikut tersenyum juga.

"Saya potongin buah! Kamu suka apa?" Tanya Sakya.

"Nggak ah repotin Mas Sakya lagi!"

"Saya mau aja di repotin sama kamu!"

"Masa?"

"Iya! Buah apa? Apel?"

"Boleh deh mas! Saya suka apa aja kalau yang motong ganteng kayak Mas Sakya!"

🐳🐳🐳

Salam ThunderCalp!🤗

Bisa aeee Bin!

Jangan lupa like, komen, dan share!

See you...

Lakeswara Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang