17 : Tentang Lakeswara

51 11 1
                                    

Binar meminum jus dan menikmati laut yang indah disana. Ini bukan pantai tapi tepi pantai yang dipenuhi kapal pesiar dimana-mana. Sepertinya memang ini adalah tempat khusus untuk para orang kaya. Bukan tempat yang bisa didatangi sembarangan orang.

"Pak Wajendra saya boleh tanya?" Tanya Binar.

"Apa yang ingin kamu tanyakan?"

"Saya masih bingung tentang Lakeswara! Sebenarnya kenapa Lakeswara harus dipilih? Juga bagaimana saya menentukan Lakeswara itu?"

Binar tidak tahu siapa yang pantas menjadi Lakeswara dan bagaimana caranya memilih?

"Dulu Lakeswara adalah seseorang yang memegang kendali penting pada perekonomian Indonesia. Dia adalah orang yang mengatur semua orang untuk tetap berada di tempat mereka tanpa bisa mengambil tempat orang lain. Tanpa Lakeswara Indonesia akan dipenuhi orang-orang busuk yang haus dengan kekayaan negara ini. Akan ada banyak orang yang merasa kekurangan. Karena itu Lakeswara haruslah ada untuk menyeimbangkan semuanya. Menurutmu seperti apa Lakeswara itu?"

"Hmm... Mungkin seseorang yang baik juga bijaksana!"

"Baik dan bijaksana belumlah cukup menjadi Lakeswara. Terlalu baik tidak akan mampu untuk mengatur orang-orang yang mungkin bertindak jahat. Terlalu jahat juga akan menghancurkan semuanya. Bijaksanapun terkadang tidak begitu baik untuk seorang Lakeswara. Pekerjaan Lakeswara bukan hanya sekadar itu saja Binar. Tugas yang dijalankan akan sangat berat karena pada kenyataannya tidak seperti yang kamu lihat dan dengar." Wajendra memegangi tongkatnya dan melihat langit sore.

Jadi apa maksudnya itu? Apa sebenarnya tugas Lakeswara itu? Binar menatap langit dan melirik Wajendra. Bukankah Wajendra adalah Lakeswara sekarang? Itu artinya dia adalah representasi dari Lakeswara itu sendiri. Mungkin Binar bisa tahu memilih seorang Lakeswara dengan meniru sikap dan sifat Wajendra.

"Tiga minggu lagi. Tentukanlah seseorang bukan hanya hatimu tapi juga kepalamu yang memilihnya. Hati tidak akan cukup menentukan orang itu."

🐳🐳🐳

"Hah... Hati dan kepala! Kenapa nggak pakai kata hati aja?"

Binar melihat langit-langit kamarnya sendiri. Apa karena sebenarnya Lakeswara itu bukan orang baik dan jahat? Apa maksud Wajendra sesungguhnya? Binar tidak mengerti sama sekali. Sama sekali tidak.

Tringgg...

+68xxxxxxxxxx
Kak!
Kak!
Saya udah tahu siapa yang buat kakak diare!

"Siapa nih tiba-tiba kirim pesan diare? Kok dia tahu aku diare? Kak? Masa Tirta?"

Binar mengangkat bahunya dan membalas pesan entah nomer milik siapa.

Binar
Siapa?

+68xxxxxxxxxx
Send pict
Itu kak! Dia pelayan saya, dia mata-mata dari musuh ayah
Kak Binar tenang aja, ayah udah urus semuanya!

Binar
Bukan! Ini siapa?
Kok kirim gambar orang dipukulin?

+68xxxxxxxxxx
Saya Tirta kak!
Pokoknya bukan saya pelaku yang udah buat Kak Binar diare
Itu dia pelakunya
Jadi jangan nuduh saya lagi

"Bukan Tirta?"

Binar membuka foto dan melihatnya lebih jelas. Ada seorang laki-laki yang tertunduk dengan luka penuh darah dimana-mana. Kenapa juga Tirta memfoto orang seperti ini? Apakah orang ini bisa selamat di tempat menyeramkan itu? Kenapa dia sangat berani untuk meracuni dirinya?!

"Siapa ya nih? Aku aja nggak kenal, pasti dia pikir aku kakaknya Tirta! Sial banget malah aku yang diare! Kenapa coba harus obat diare? Hah? Serem juga lama-lama lihat nih foto apalagi ruangannya gelap banget lagi kayak rumah jagal. Ihhh... Tidur aja deh. Besok ke rumahnya Keluarga Mahapraja. Semoga aja mereka jemputnya normal-normal aja."

🐳🐳🐳

Hari 8, Kediaman Wajendra

"Dengan Nona Binar?"

Binar menganggukkan kepalanya melihat helikopter masuk ke dalam rumah Wajendra. Apakah dia mimpi? Apakah ini nyata? Binar menelan ludah melihat angin yang menyapu sekitar. Benar-benar di luar prediksi BMKG!

"Silahkan masuk!"

Binar dan Sakti dituntun ke dalam helikopter. Mereka langsung dipasangkan alat pengaman sebelum helikopter pergi ke atas menembus awan. Wajah Binar menjadi begitu pucat. Ini mereka serius akan pergi dengan helikopter ini?

"Tunggu pak! Ini beneran aman kan? Saya nggak akan jatuh kan?" Tanya Binar mulai takut sendiri.

"Tentu saja aman! Kami menjamin keselamatan anda sampai tujuan."

"Ohh... Gitu! Tapi emang harus ya pakai helikopter?"

Helikopter terbang begitu tinggi membuat Binar merasakan pusing dikepalanya. Dia tidak akan takut pada laut atau di atas kapal seperti kemarin. Tapi dia tidak tahan berada di atas udara seperti sekarang ini.

"Gila! Lain kali pakai pawai aja deh! Kalau gini... Hoekk..."

🐳🐳🐳

"Hmm..." Binar berlari terburu-buru setelah helikopter sampai di atas salah satu bangunan pencakar langit.

Dia sudah tidak mampu lagi menahan sesuatu yang bergejolak di dalam perutnya. Binar berlari kencang menuju pintu keluar. Tapi dimana pintunya?!

"Selamat datang Binar!" Seorang pria berkacamata menyambut Binar.

"Hmm..." Binar menggelengkan kepalanya pada orang itu untuk tidak menghalangi langkahnya pergi.

"Bagaimana dengan perjalanan kamu? Apakah menyenangkan? Saya khusus menjemput kamu dengan heli untuk kamu tidak terjebak macet sampai di tempat ini. Apakah kamu menikmati pemandangan yang ada?" Tanya laki-laki itu.

Binar menggelengkan kepalanya untuk tidak berbicara lagi. Sesuatu dalam perut Binar sungguh ingin naik ke atas.

"Kita sekarang sedang berada di atas gedung perusahaan Keluarga Mahapraja! Perusahaan kami bergerak di bidang ekspor dan impor. Menyediakan semua barang dan kebutuhan masyarakat Indonesia! Ja..."

"Hoekkk..." Binar sudah tidak tahan lagi.

Dia tidak kuat menahan rasa mual di dalam perutnya. Kenapa harus memakai helikopter dan menurunkannnya di atas bangunan? Karena sejujurnya Binar sangat takut ketinggian!

"Hoekkk... Hoekkk..."

Binar terus memuntahkan isi perutnya di depan laki-laki berkacamata itu. Apalagi penjelasannya seperti Radyta yang bercerita. Binar sedang tidak ingin mendengar cerita apapun disaat tubuhnya begitu lelah dan lemas seperti ini. Mungkin lebih baik dia pergi menggunakan mobil saja.

"Hoekkk... Hah..."

"Non Binar!" Sakti datang dan memegangi Binar yang akan jatuh.

"Hah... Mas Sakti saya mau pingsan dulu!" Binar menutup matanya dan terjatuh dengan wajah begitu pucat.

Sejujurnya siapa yang membuat ide penjemputannya dengan helikopter? Sungguh siapapun itu Binar tidak ingin memaafkannya!

🐳🐳🐳

Salam ThunderCalp!🤗

Orang kaya emang beda!

Jangan lupa like, komen, dan share!

See you...

Lakeswara Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang