12 : Malam Di Tempat Lain

54 10 4
                                    

Binar tersenyum melihat kamar yang akan dia tempati melebihi ekspektasinya. Apakah ini benar-benar kamar tamu? Binar tidak yakin itu. Juga pemandangan di luar jendelanya yang sangat menakjubkan.  Ada banyak hal yang bisa dia lihat dari tempat atas ini.

"Wahhh... Nggak ada bedanya sama rumahnya Pak Wajendra. Belakang rumah juga luas kayak mau jadi lapangan sepakbola. Wah... Cukup! Aku nggak boleh terlena! Ini pasti salah satu trik buat aku pilih mereka! Pokoknya Binar, kamu nggak boleh sampai terlena!"

🐳🐳🐳

Binar menyantap makanannya dengan begitu bahagia. Kenapa semua makanan sangat enak? Bahkan ada banyak makanan kesukaan Binar apalagi kalau bukan makanan Indonesia asli! Walau hanya tinggal beberapa hari di rumah Wajendra tapi dia sangat merindukan makanan seperti rumahan ini.

"Kamu suka Binar! Makan yang banyak setelah ini kamu harus siap-siap buat nari bareng Abang Halim!" Bang Halim tersenyum cerah.

"Hmm!" Binar menganggukkan kepalanya saja.

Dia tidak masalah untuk menari bila di depannya terpampang wajah tampan Abyasa. Binar tidak henti-hentinya tersenyum melihat wajah-wajah cantik di tempat ini. Kenapa mereka bisa mendapatkannya? Apakah karena keturunan Lesmana dan Maharani? Binar jadi sangat iri. Mereka memancarkan aura artis yang terpancar sempurna. Bahkan Nirmala yang hanya anak SD saja sudah memiliki kharisma seorang bintang. Dia heran kenapa ayahnya seorang Bang Halim?

Dilihatpun ketiga anaknya tidak ada satupun yang mirip dengan Bang Halim. Mereka semua mirip ibu mereka dengan perpaduan wajah kakek dan nenek mereka. Sedangkan Adhisti begitu mirip dengan Lesmana.

"Binar! Makan yang banyak sayang! Kamu kelihatan kurusan! Ini untuk kamu!" Maharani memberikan banyak ikan untuk Binar.

"Terima kasih!" Binar tersenyum menatap piringnya yang kembali penuh dengan lauk pauk.

Sepertinya mereka memang ingin dirinya bersiap-siap untuk sesuatu yang telah disiapkan oleh seseorang. Siapa lagi jika bukan Bang Halim?

🐳🐳🐳

"Digoyang! Indonesia digoyang!"

Bang Halim tersenyum dan bergoyang-goyang di depan. Binar bertepuk tangan memandangi ruangan yang seperti tempat karaoke atau tempat bioskop. Semua orang duduk dengan Bang Halim berada di atas panggung kecil diiringi musik yang begitu keras.

"Papa! Stop! Aku nggak mau denger lagu dangdut!" Nirmala menutup telinganya.

"Kenapa? Binar aja suka!" Bang Halim terus bernyanyi lagu dangdut dari A sampai Z.

"Tapi aku nggak suka! Mending lagu lain aja! Korea!"

"Papa mana tahu sih? Lagu ini aja! Digeboy-digeboy mujaer Nang ning nong... Nang ning nong..."

"Nggak mau! Mama!" Teriak Nirmala menghentak-hentakkan kakinya.

"Udalah pa! Biar kakak aja yang nyanyi!" Pinta Gentala menutup telinganya mendengar suara teriakkan adiknya.

"Kalian emang nggak pernah mau dukung papa! Binar kapan-kapan lagi aja saya pasti nyanyi dangdut buat kamu lagi!" Bang Halim tersenyum pada Binar.

Masih ada harapan untuk melakukan konsernya dengan penonton yang akan mendukungnya. Tentu saja bukan keluarganya.

"Kamu suka lagu apa Binar?" Tanya Abyasa mengambil gitarnya.

Binar menunjuk dirinya dan melihat Abyasa yang sudah bersiap-siap di depan microfon. Apakah Abyasa akan bernyanyi secara khusus untuk Binar? Binar menutup mulutnya menahan dirinya untuk tidak berteriak kencang. Sepertinya dia memang bermimpi indah kemarin malam. Semoga malam ini dia bermimpi indah lagi melihat Abyasa bernyanyi secara langsung.

"Sa-ya apa aja suka Mas Aby!" Binar tersenyum malu-malu.

"Kalau begitu saya bakalan nyanyi lagu baru saya! Senja Denganmu!"

Senja denganmu? Binar tahu lagu itu karena lagu itu adalah lagu favoritnya. Binar menahan senyuman yang begitu terlihat jelas diwajahnya. Bisakah dia tinggal disini saja? Apalagi dengan adanya Abyasa penyanyi favoritnya di depan matanya sendiri! Dia benar-benar tidak ingin pulang!

"Senja di ujung hari
Kau ada di depanku dengan senyuman diwajahmu
Kau begitu cantik dan manis
Bahkan kunang-kunang bertanya-tanya kenapa kau lahir begitu indah..."

Binar menatap wajah Abyasa dan menutup matanya mendengar suara laki-laki itu. Dia ingin menghentikan waktu saja. Sama seperti saat dirinya bersama Sakya. Dia juga ingin menghentikan waktu untuk beberapa saat. Binar menikmati masa-masa seperti ini yang tidak akan pernah terjadi lagi di sepanjang hidupnya. Karena kesempatan ini tidak akan pernah datang kembali menghampiri hidupnya yang begitu sial.

🐳🐳🐳

"Besok saya ada konser! Kamu lihat ya! Saya punya tiket buat kamu!" Abyasa menunjukkan sebuah tiket untuk Binar.

"Ini beneran mas?" Tanya Binar menatap penuh harap tiket ditangannya.

Besok! Dia pasti akan melihat konser itu! Apalagi mendapatkan undangan khusus dari penyanyinya langsung. Tentu saja dia akan datang ke konser Abyasa. Mumpung gratis! Binar memegangi erat tiket ditangannya. Akhirnya dia akan bisa menonton konser!

"Saya harap kamu datang! Saya punya tempat terdepan buat kamu!" Abyasa tersenyum begitu manis dan menepuk-nepuk kepala Binar.

"I-ya! Sa-ya pas-tiiiii datang! Hemmm... Tapi saya bisa kan ajak Mas Sakti? Saya pasti nggak bisa pergi kalau dia nggak ikut sama saya!" Binar yakin Wajendra tidak akan membiarkannya berkeluyuran sendirian tanpa ada pengawal.

Sakti juga pasti akan terus mengikuti dirinya satu bulan ini. Absaya melirik ke arah Sakti sesaat dan menganggukkan kepalanya.

"Tentu! Dia pasti harus menjaga kamu agar kamu nggak hilang disana. Tapi pasti saya langsung tahu kamu karena kamu paling bersinar di antara orang-orang yang akan nonton saya besok!"

Binar mengerjapkan matanya, jantungnya berdetak begitu cepat seperti terpacu dalam pacuan kuda. Gombalan Abyasa memang tidak akan pernah melesat untuk membuat Binar senyum-senyum sendiri.

"Mas Aby bisa aja deh! Emang bisa temuin saya? Pasti Mas Aby sibuk nyanyi sama lihatin penonton! Iyakan?" Tebak Binar.

"Saya yakin bakalan temuin kamu! Saya kan punya tempat khusus buat kamu besok!"

"Iya juga! Kalau gitu Mas Aby udah curang! Pantas aja bakalan gampang nemuin saya!"

"Hahahaha... Kamu aja yang mikirnya kemana! Intinya besok jangan sampai telat buat datang! Saya tunggu kamu disana!"

"Iya!" Binar menganggukkan kepalanya.

"Saya mau kasih tiket aja sama kamu! Selamat malam Binar!" Abyasa mengambil tangan Binar dan menciumnya.

Binar terpaku melihat tangannya, apa yang sedang dilakukan Abyasa? Abyasa tersenyum dan meninggalkan Binar yang masih diam terpaku di tempat. Apa-apaan tadi itu? Apakah itu semacam serangan dadakan untuk merobohkan pertahanan diri Binar? Karena sudah pasti pertahanan Binar telah hancur berkeping-keping.

"Mas Sakti! Lama-lama saya buat harem juga nih!"

🐳🐳🐳

Salam ThunderCalp!🤗

Jangan lupa like, komen, dan share!

See you...

Lakeswara Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang