"Wahhh... Tema hari ini masakan jawa?" Tanya Binar melihat menu makan malam yang lebih ke arah masakan jawa.
Binar tersenyum senang dan mengambil makanan yang dia sukai. Hampir sama dengan makanan di warung yang biasa Binar beli.
"Apakah kamu suka?" Tanya Wajendra.
"Saya sih suka banget! Apalagi kalau ada sambel kayak waktu di rumah makan pepes ikan itu! Rasanya enak! Kapan-kapan kita pergi mancing lagi ya pak! Besok saya pasti dapat ikan besar nggak kayak kemarin! Ini salah Mas Sakti!"
"Uhukk..." Sakti terbatuk-batuk di ujung ruangan.
Jika saja Sakti menariknya pelan-pelan pasti ikan besar yang akan Binar dapatkan bukan ikan gembung. Binar masih sangat ingin mendapatkan ikan yang sangat besar!
"Kamu suka mancing?"
"Saya lebih suka mancing keributan sebenarnya. Tapi saya suka kok dulu mancing lele waktu di panti! Saya yang paling di suruh mancing di kolam ikannya Pak Haji buat adik-adik panti. Mereka paling suka ikan lele atau nggak ikan mas. Soalnya cuma itu yang ada! Heheh..."
Wajendra tersenyum dan memakan makanan yang dia pesan khusus dari para pelayan untuk membuatkan makanan khas Jawa. Lain kali dia akan meminta makanan khas sunda atau makanan Indonesia lainnya untuk Binar. Wajendra tahu bahwa Binar sangat menyukai makanan Indonesia daripada makanan yang biasa disajikan oleh para pelayan. Apalagi sekarang Binar begitu lahap memakan makannya. Dia tidak masalah untuk merubah makanan yang biasa dia makan sehari-hari. Anak perempuan di depan sana begitu bersemangat dan itu membuat Wajendra senang.
🐳🐳🐳
Hari 10, Kediaman Wajendra
"Sekarang Keluarga Paramita? Kok bukan Keluarga Mahapraja lagi?" Tanya Binar pada Sakti.
"Tuan Wajendra mengatakan Keluarga Paramita ingin segera bertemu dengan Non Binar hari ini!" Jawab Sakti mengantarkan Binar pergi menuju rumah Keluarga Paramita.
Mereka tidak melakukan penjemputan seperti lainnya. Mereka meminta Binar datang ke rumah mereka. Binar melihat-lihat jalanan dan mengamati perumahan yang masih sama dengan rumah Wajendra. Kemungkinan mereka tinggal di satu kompleks yang sama. Mobil berhenti di depan sebuah bangunan yang begitu besar. Istana lainnya yang terbangun dengan begitu megah.
"Wahhh... Emang nggak ada yang gagal selain rumahnya Tirta!"
Sakti keluar dan membukakan pintu untuk Binar.
"Hah... Makasih mas!" Binar menatap gerbang yang masih tertutup.
Apakah mereka tidak akan dibukakan gerbang? Pintu gerbang terbuka pelan-pelan. Sebuah mobil telah menanti kedatangan Binar. Binar merasa heran, kenapa ada mobil di depan pintu gerbang?
Seorang perempuan cantik keluar dan tersenyum pada Binar.
"Selamat pagi Binar! Maaf membuat kamu datang tanpa saya bisa menjemput kamu! Hari ini saya ingin menunjukkan toko perhiasan kami. Ada banyak perhiasan cantik yang pastinya akan cocok buat kamu!"
"Perhiasan?"
"Iya!"
"Silahkan masuk nona!" Seorang pria membuka pintu mobil pada Binar.
Binar melihat Sakti dan menggaruk kepalanya sendiri. Apa yang harus dia lakukan sebenarnya?! Hari ini apakah tidak akan ada tur rumah? Atau sekarang menjadi tur perusahaan? Binar masuk ke dalam mobil wanita begitu cantik itu. Binar tidak tahu siapa namanya tapi dia adalah seseorang yang sempat menolak Binar menjadi seorang pemilih Lakeswara.
Tapi wajahnya sangat tidak asing bagi Binar. Apakah dia melihat wanita cantik ini di majalah? Atau koran?
Binar meneguk ludahnya masuk ke dalam mobil. Kenapa mobilnya begitu berkilauan? Seperti ada cahaya dari dalam mobil. Apakah ini emas?
"Hari ini kita akan pergi ke salah satu cabang perusahaan milik keluarga saya. Tapi terlebih dahulu tidak masalah bukan kamu ikut saya terlebih dahulu ke suatu tempat?"
"Tempat? Tempat apa tante?" Tanya Binar.
"Kamu pasti suka!"
Binar menganggukkan kepalanya saja, dia akan ikut apa yang wanita ini inginkan. Lagipula akhirnya mereka akan pergi melihat perhiasan! Jika murah Binar ingin membeli satu! Tapi pasti tidak mungkin, Binar yakin perhiasan yang dimaksud lebih dari puluhan juta.
🐳🐳🐳
"Ohhh... Jadi tante punya dua anak cewek?" Tanya Binar menikmati pijatan di kakinya.
"Iya! Satu namanya Kinandita, dia anak pertama tante. Dia sibuk jadi model akhir-akhir ini! Yang terakhir Elvina. Dia masih SMA! Kapan-kapan kamu harus pergi sama mereka! Kalau sekarang mereka sibuk!"
"Iya Tante Vrinda!" Binar menganggukkan kepalanya.
Mungkin dia bisa dekat dengan mereka yang pastinya mereka seperti Abyasa dan Sakya. Binar sangat berharap hal itu terjadi. Dia juga ingin memiliki teman perempuan. Melakukan ini itu yang tidak bisa dilakukan teman laki-laki. Apalagi sekarang! Mana mau teman laki-laki akan pergi ke salon?
Binar tersenyum merasakan pijatan dari atas kepala sampai ke kaki. Dia sangat menikmati waktunya juga bagaimana rambutnya akan berubah menjadi begitu cantik.
"Oh iya Binar! Saya punya adik laki-laki. Kamu bisa bertemu dia di kantor. Dia sok sibuk!" Bisik Vrinda.
"Iya tante. Mungkin lain waktu saya bisa datang ke kantor."
"Sayangnya tante nggak punya anak laki-laki. Kalau ada pasti tante suruh nemenin kamu kesana."
"Saya bisa pergi sama anak tante! Saya sebenarnya pengen banget kenal sama Mbak Kinan atau Elvina. Jarang-jarang saya bisa pergi sama perempuan. Kadang saya canggung kalau sama laki-laki! Apalagi belum kenal."
"Kalau gitu gimana besok aja? Kamu bisa pergi sama Kinan ke kantor! Biar Kinan jemput kamu!"
"Kalau nggak repotin saya mau!"
"Nggak mungkin repotin! Setelah ini kita pergi beli baju juga. Semuanya biar tante yang bayar."
Binar menoleh cepat pada Vrinda, apakah bisa seperti ini? Dia tentu mau-mau saja jika mendapatkan semua hal itu secara gratis. Apalagi mendapatkan perhiasan jika gratis jika boleh. Tapi Binar harus sadar diri. Dia tidak boleh tergoda hanya karena semua hal ini juga perhiasan. Dia harus bersikap profesional juga adil!
"Ini beneran tante?" Tanya Binar.
"Iya! Kamu tenang aja, tante yang ajak kamu jadi tante yang urus semuanya. Kamu jangan sungkan-sungkan sama tante! Anggap saja tante ini tante kamu sendiri!" Vrinda tersenyum pada Binar.
"Iya!"
🐳🐳🐳
Salam ThunderCalp!🤗
Jangan lupa like, komen, dan share!
See you...
KAMU SEDANG MEMBACA
Lakeswara
RomanceBagaimana jadinya jika kamu berada diantara orang kaya yang gila kekuasaan? 🐳🐳🐳