Kita dan Jakarta: Pesan Masuk:0

86 4 0
                                    

Hari itu, hampir setahun kita kenal

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hari itu, hampir setahun kita kenal. Banyak mimpi-mimpi yang kita utarakan satu sama lain. Aku dengan sejuta harapan yang begitu sulit untuk kurealisasikan, dan kamu dengan harapan di depan mata yang tak gampang diraih.

Gie, darimu aku banyak belajar dan berjuang tidak sebercanda itu. Aku yang bergelimang harta seperti ditampar habis-habisan bahwa tidak semua inginku bisa tercapai. Namun, kamu dengan kesederhanaan, sudah banyak mimpi yang kamu wujudkan. Gie, hari itu kita membahas mimpi kita bersama seraya mengucapkan janji.

Janji yang perlahan menusuk bagai belati di ulu hati.

"Menarik, kan? Tunggu waktunya, Ndah. Novel yang kita rencanakan pasti terbit." Gie tersenyum lebar seraya memperhatikan coretan tidak beraturan di atas kertas putih.

Aku meraih kertas itu, ikut tersenyum. Projek novel ini sengaja Gie lakukan untuk memenuhi satu impianku, yaitu seorang penulis.

"Gie, makasih. Kalau kamu gak hadir di hidupku, menjadi penulis hanya angan untukku."

"Pacar kamu seorang sastrawan masa depan, Ndah. Kamu mau tau apa sisi romantis dari seorang penulis?" Gie menatap bersemangat seraya mengenggam tanganku. "Namamu abadi di dalam karyaku. Selalu. Gak ada ruang untuk lupa. Sekali kamu spesial, selamanya akan spesial di dalam karyaku."

Karena kamu Gie, segalanya jadi sulit. Karena janji kita Gie, segalanya jadi rumit. Namun, karena aku gak berdaya, segalanya tidak berarti apa-apa. Kini, novel itu belum selesai, hanya menjadi file tak terjamah di laptop-ku. Gie, hari ini aku membacanya, kembali aku menangis dan tersenyum bahagia. Novel ini adalah sebagian dari hidup kita, kisah kita. Di sini, aku berharap kita bertemu dan tidak berpisah lagi. Kuharap kisah kita dan Jakarta tidak hanya menjadi kisah manis yang ketika diingat begitu menyakitkan. Kuharap kisah kisa dan Jogjakarta terus membakar semangat kita. Kuharap kisah kita dan Bone berakhir bahagia.

Hari ini, kembali kulirik kisah kita dan Jakarta dengan beribu doa baik.

Hari ini, kembali kulirik kisah kita dan Jakarta dengan beribu doa baik

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Aku Bugis Kamu Jawa: Bisakah kita bersama?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang