"Bagaimana kalau Nadir gak ada?"
Nayya tak bergeming, matanya memerah dengan spontan. "Nadir mau pergi?" tanyanya dengan suara sendu.
"Nadir cuma bertanya, bagaimana kalau Nadir gak ada? Nayya akan kesepian karena gak punya teman selain Nadir."
Pere...
Berbeda dengan suasana lapangan sekolah yang ramai dengan permainan bola anak laki-laki di sekolahnya, Nayya justru merasa sepi. Matanya menatap pertandingan bola itu dari pinggir lapangan namun sebenarnya dia tidak benar-benar menikmati. Nayya hanya ingin merasakan euphoria yang biasa terjadi saat dirinya menunggu Nadir bermain bola selepas pulang sekolah. Biasanya dia akan dengan lantang memberikan kata penyemangat untuk sahabatnya itu.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Nad, ayo...ayo...tendang!"
"Awas itu bolanya disitu."
"Kejar Nad bolanya!"
Kata-kata seperti itu yang sering dia teriakkan, tetapi kali ini Nayya hanya diam. Tidak ada seseorang yang bisa dia semangati. Permainan itu masih berlanjut saat Langkah kaki Nayya beranjak pergi dari lapangan itu. Nayya berjalan menuju tempat di mana dia memakirkan sepedanya, lebih tepatnya sepeda Nadir.
Nayya mengayuhkan sepedanya pelan keluar dari gerbang sekolahnya. Sekarang Nayya sudah bisa mengendarai sepeda, selama satu tahun belakangan ini dia berlatih mati-matian. Tujuannya hanya satu agar dia bisa pergi ke Pantai, tempat rahasia Nadir.
***
Jakarta, 2017.
Nayya menggerakkan ayunan yang dia naiki, sore ini seperti biasa dihabiskan Nayya dengan berada di Pantai. Memejamkan matanya sambil mendengarkan deburan ombak yang mengalun merdu, sendirian.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Dia benar-benar sendirian. Tidak dengan Nadir yang biasanya sibuk membangun istana pasir setiap kali mereka ke sini. Dua tahun sudah, dan Nadir belum kembali.
Nayya meneteskan air matanya menatap sebuah kalung di pergelangan tangannya.
Nadir...
Sudah dua tahun, Nad. Teman-teman Nadir nanyain Nadir terus. Banyak hal yang berubah di sini. Pak Mamat udah gak jualan telur gulung lagi Nad, katanya sih dia udah diterima kerja di Perusahaan besar. Hebat, ya? Jembatan layang menuju pantainya sudah diperbaiki, kita gak perlu lagi turun untuk menyebrang. Oh, ya, Masih ingat Wati dan Dimas, kan? Mereka sekarang juga sudah pergi dari panti. Panti sekarang sepi.