Insiden penolakan yang dialami Nadir kemarin berhasil membuatnya terjaga sepanjang malam dan baru bisa tertidur ketika subuh. Yang dipikirkannya sepanjang malam itu adalah bagaimana cara untuk bisa berkenalan dengan perempuan itu. Ia ingin mengetahui namanya, lalu setelah itu belum terpikirkan olehnya. Mungkin saja ia akan mengajaknya berteman, atau lebih dari itu? tentu saja tidak, dirinya tidak akan secepat itu menyukai seseorang hanya dalam waktu satu hari saja.
Nadir terus-terusan berpikir berbagai macam cara untuk mengajak nya berkenalan dan sialnya satu cara yang menurut nya masuk akal muncul menjelang subuh. Ia baru bisa tertidur setelah itu, namun walaupun begitu ketika ia dibangunkan oleh Mbaknya untuk pergi sekolah, tidak ada rasa kantuk sama sekali yang menjeratnya. Nadir dengan semangat masuk ke dalam kamar mandi dan bersiap-siap dengan gerakan yang cepat. Ia selesai dalam waktu sepuluh menit dan segera turun untuk memakan sarapannya.
Ia harus mengisi tenaga terlebih dahulu untuk melancarkan rencananya.
Nadir sudah berada di sekolahnya pada dua puluh menit sebelum bel masuk berbunyi. Perempuan itu belum datang ketika ia masuk ke dalam kelas. Ia tersenyum lega, dengan begitu rencananya akan berjalan sebagaimana mestinya. Nadir mengambil langkah pasti menuju bangku paling belakang, mengambil tempat dan duduk di sebelah bangku perempuan itu. Semuanya persis seperti apa yang dibayangkannya, tinggal menunggu perempuan itu datang dan rencananya akan segera berlanjut.
Selang beberapa menit, perempuan itu masuk ke dalam kelas dengan kepala tertunduk. Dengan ketidaksadarannya akan keberadaan Nadir, perempuan itu berjalan dengan santai dari arah pintu menuju bangkunya. Barulah saat itu kepala perempuan itu terangkat menatap Nadir dengan kedua bola mata membulat.
Nadir membalas tatapan itu dengan senyum terbaiknya. "Selamat Pagi, My Chairmate."
Perempuan itu mengembalikan ukuran matanya seperti semula, walau masih enggan untuk meletakkan tasnya. "Apa yang kamu lakukan di sini?" tanya perempuan berkacamata bulat itu dengan suara rendahnya.
"Sepertinya sudah sangat jelas, aku akan menjadi teman sebangkumu," ucapnya dengan santai menggunakan logat aku-kamu, sama seperti yang dipakai lawan bicaranya itu. "jadi, aku persilahkan kamu untuk duduk di sini." Lanjutnya sembari menepuk bangku milik perempuan itu dengan pelan.
Perempuan itu mundur selangkah, memberi akses jalan untuk Nadir. "Silakan kembali." Ucapnya sembari menunjuk bangku Nadir sebelumnya dengan dagu.
Nadir menyenderkan tubuhnya di dinding lalu menghadap ke arah perempuan itu sembari menggeleng pelan. "Gak bisa! Aku sudah memutuskan bahwa hari ini aku akan duduk di sini. Di sebelahmu dan kita bisa menjadi teman."
"Aku nggak butuh seorang teman."
Nadir menaikkan sebelah alisnya mendengar jawaban perempuan itu. Ingin sekali rasanya ia membalas perkataan perempuan itu dengan mengatakan bahwa tidak ada manusia yang bisa hidup sendirian di dunia ini. Namun, ia tidak ingin merusak suasana ini dengan menyebabkan pertengkaran.
Perempuan itu baru saja akan berbicara lagi melihat tidak ada pergerakan sama sekali dari lelaki yang mengganggu paginya itu namun kedatangan guru ke dalam kelasnya menghentikan itu semua. Guru itu memandanginya heran karena masih berdiri sedangkan penghuni kelasnya sudah duduk di bangkunya masing-masing.
"Ada apa Nayya? Kenapa masih berdiri?" tanya guru itu.
Tanpa menjawab, Nayya segera duduk di bangkunya.
Melainkan merasa senang karena Nayya duduk di sebelahnya, Nadir justru diam begitu mendengar nama itu disebut, isi kepalanya mendadak ramai, nama yang tidak asing itu mengingatkannya pada seseorang. Nadir lalu menatap Nayya di sebelahnya, jika dipikir mereka memiliki kemiripan, yaitu mata yang indah. Lamunannya buyar ketika guru mengabsen namanya, Nadir menegakkan bahunya lalu mengangkat tangan. Selagi gurunya melanjutkan mengabsen nama-nama murid lain, Nadir bertanya dengan suara pelan nyaris berbisik kepada teman sebangkunya.
![](https://img.wattpad.com/cover/352480714-288-k991043.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
UNDERCOVER
Fiksi Remaja"Bagaimana kalau Nadir gak ada?" Nayya tak bergeming, matanya memerah dengan spontan. "Nadir mau pergi?" tanyanya dengan suara sendu. "Nadir cuma bertanya, bagaimana kalau Nadir gak ada? Nayya akan kesepian karena gak punya teman selain Nadir." Pere...