Diam-diam dalam kesunyian, Nayya seringkali dilanda kerinduan tentang kedua orang tuanya. Sudah belasan tahun dilalui Nayya tanpa kehadiran Mama dan Papa disisinya, dan Nayya masih saja berandai kalau semua yang terjadi dalam hidupnya adalah mimpi. Karna walau sudah berlalu, rindu tidak mengenal durasi waktu, kan?
Satu hal yang bisa dilakukan Nayya jika dilanda rindu adalah mendatangi makam kedua orang tuanya, satu-satunya wujud yang bisa dilihatnya dari seseorang yang telah tiada. Biasanya Nayya bisa menghabiskan waktu berjam-jam di sana, menceritakan banyak hal dan mengadukan banyak hal walau sebenarnya yang dilakukan Nayya hanya sebatas mengukir di atas air, sia-sia.
Pada kali ini dia tidak sendirian, ada seseorang yang menemaninya. Seseorang yang tanpa disangka hadir dalam episode hidupnya, sesorang yang ternyata berani memberikan warna-warna indah dalam kosongnya hidup Nayya.
Nayya tersenyum tipis memandangi kedua gundukan tanah itu, lalu meletakan bunga mawar putih di atasnya, bunga yang selalu dibawa Nayya karena Nayya percaya bahwa warna putih melambangkan ketulusan dan kemurnian cinta untuk kedua orang tuanya.
"Ini makam kedua orang tuaku Nad," Nayya berucap pelan. Nadir hanya dapat mengeratkan genggaman tangannya ketika melihat Nayya terdiam dengan mata berkaca-kaca, berusaha menyalurkan kekuatan kepada Nayya agar wanita itu lebih tegar.
"Ma...Pa..., hari ini aku gak sendiran. Kenalin, dia Nadir pacar Nayya. Nayya sudah boleh punya pacar, kan? Harusnya boleh, ya. Umur Nayya sudah tujuh belas tahun soalnya." Nayya terkekeh pelan, merasa lucu mengenalkan pacarnya itu di depan makam kedua orang tuanya.
"Halo om dan tante! Saya izin untuk berada di sisi Nayya, ya? Saya ingin selalu menemani langkahnya di bumi ini, mohon restunya. Saya harap dengan kehadiran saya di sisinya, tidak pernah ada lagi air mata yang jatuh dari kedua mata Nayya yang disebabkan oleh saya. Saya bisa pastikan itu, semoga om dan tante tenang di sana."
Kalimat tulus yang diucapkan Nadir, menghangatkan hati Nayya yang pilu. Pria itu tidak berbica kepadanya, melainkan kepada kedua orang tua Nayya namun semua isi pembicaraannya adalah mengenai Nayya. Hal itu yang membuat sudut hatinya tersentuh, atas rangkaian kata yang terucap dari mulut Nadir.
Setelahnya Nadir dan Nayya pergi dari pemakaman kedua orang tua Nayya. Sepanjang perjalanan, Nadir sedikit terganggu dengan pikirannya sendiri tentang bagaimana akhirnya Nayya menjalani kehidupan setelah kepergiannya dari panti asuhan, apakah Nayya sering menangis dan mengadu kepada orang tuanya? Apakah orang tua Nayya bisa memaafkan kesalahan dirinya yang tega meninggalkan Nayya? Apakah Nayya bisa bahagia dengannya? Dan masih banyak pertanyaan-pertanyaan lain yang muncul dalam kepalanya hingga tak terasa motornya telah sampai di perkarangan rumah Nayya.
Nayya mengajak Nadir masuk, setelah sebelum-sebelumnya Nayya tidak sempat mengenalkan Nadir kepada Ibu Ayu, kali ini Nayya ingin memperkenalkan Nadir secara resmi.
Nadir tentu merasa sangat senang bisa berkenalan dengan orang tua angkat Nayya, dia ingin bisa mengetahui orang yang selama ini merawat Nayya setelah kepergiannya. Namun siapa sangka Nadir justru menemukan wanita paruh baya yang samar-samar dapat diingatnya. Nadir tidak mungkin salah mengenali, perempuan renta yang menyambutnya hangat itu langsung bisa dikenali Nadir. Dialah perempuan yang telah mengasuh Nadir sedari bayi, tanpa terasa mata Nadir berkaca-kaca, dia ingin sekali bisa memeluk Ibu Ayu namun akan sangat mencurigakan bila dilakukan dan Nayya pasti akan mencurigainya.
Jadi yang dilakukan Nadir hanya menyambut uluran tangan Ibu Ayu, lalu menciumi tanganya dengan lembut.
"Ini siapa?" Tanya Ibu Ayu kepada Nayya.
"Dia teman sekelas yang Nayya ceritakan kemarin, namanya Nadir." Ucap Nayya memperkenakan Nadir dengan senang. Ibu Ayu mengernyitkan dahinya begitu Nayya menyebut nama 'itu' namun setelahnya mengubah raut wajahnya seperti semula.

KAMU SEDANG MEMBACA
UNDERCOVER
Teen Fiction"Bagaimana kalau Nadir gak ada?" Nayya tak bergeming, matanya memerah dengan spontan. "Nadir mau pergi?" tanyanya dengan suara sendu. "Nadir cuma bertanya, bagaimana kalau Nadir gak ada? Nayya akan kesepian karena gak punya teman selain Nadir." Pere...