19 ~~Not Interested~~

3 0 0
                                    

Assalamualaikum, halo semuanya 👋🏻

Sebelum membaca ada baiknya tinggalkan vote dan komen, ya sengkuh 💗

Happy reading!

~~~

Zahra terbangun dari tidurnya merasa terganggu dengan rintihan kecil di sampingnya. Gadis itu terduduk, menoleh pada Rhea dimana tertidur di sampingnya. Namun tubuh  Rhea gemetar, bibirnya pucat. Tangan Zahra terulur memegang kening Rhea.

"Panas sekali!" gumamnya. Ditepuknya pipi Rhea dengan kedua tangannya, berharap mendapat respon.

"Rhe bangun Rhe!" Tak ada sahutan dari Rhea. Zahra segera berlari keluar kamar dengan penampilan semrawut khas orang bangun tidur. Untuk saat ini ia butuh pertolongan, langkahnya membawanya ke kamar Keano.

Gedoran cukup kuat dari Zahra membuat tidur Keano terusik, bukan hanya Keano bahkan Bunda dan Ayahnya keluar dari kamar samping kamar Keano.

"Ada apa Zahra?" tanya sang Bunda merapikan rambutnya berantakan.

"Tengah malam gini ngapain sih gedor-gedor? Ganggu orang lagi enak-enak nya tidur aja!" gerutu Keano mengusap-usap matanya terasa berat untuk terbuka.

"Rhea tidak sadarkan diri Bang, Bund, Yah! Tolong Rhea!" ujar Zahra penuh kekhawatiran.

Mata Keano membulat sempurna. Cowok itu segera berlari menuju kamar Zahra dengan perasaan campur aduk.

Keano terduduk di lantai. Tangan kekarnya menepuk-nepuk pipi itu namun tak ada sahutan membuat cowok itu segera menggendongnya.

"Zahra ambil kunci mobil Abang dikamar!" Perintah Keano segera di laksanakan oleh Zahra dengan sisa rasa khawatirnya

"Nak, Bunda ikut ya?!"

"Bunda, Ayah di rumah aja. Biar Keano dan Zahra yang antar!"

"Baiklah, hati-hati Nak!" Keano mengangguki perkataan sang Bunda.

Mobil Keano meninggalkan pekarangan rumah dengan kecepatan sedang, tak pelan juga tak tinggi. Keano kepalang panik mengetahui bahwa dahi Rhea begitu panas, hingga gadis itu tak sadarkan diri. Rasa takut dan cemas bergemuruh dihatinya.

Sampailah pada gedung menjulang tinggi yang terlihat banyak orang berlalu lalang. Keano berlari menggendong Rhea. Zahra tertinggal di belakang hanya mengikuti.

Keringat bercucuran di kening Keano, bahkan kaosnya basah karena keringat. Keano segera menuju ke UGD.  Perlahan ia membaringkan tubuh Rhea di brankas. Nafasnya tersengal-sengal, ia menopang tubuh pada lututnya. Lelaki itu menatap pintu UGD yang tertutup.

"Abang, Zahra takut Rhea kenapa-napa!" ujar Zahra. Tampak sekali wajah gadis itu memucat karena takut. Setelah mengetahui Rhea yang tak sadarkan diri dengan demam tingginya.

Keano berdiri tegak. Ia memeluk Zahra, mengelus kepala Zahra penuh lembut. Hanya pelukan yang bisa membuat Zahra tenang.

Pintu terbuka. Sosok lelaki berbaju serba putih menghampiri mereka. Keano serta Zahra melepas pelukan.

"Pasien demam tinggi. Saya sarankan untuk pasien agar menginap satu atau dua malam di sini supaya kondisinya stabil kembali. Jika berkenan, maka perawat akan memindahkan pasien segera di kamar rawat," jelas sang Dokter.

"Saya mau dia di rawat dulu Dok!" ujar Keano menyela Zahra yang akan berbicara terlebih dahulu.

"Baik!"

Keano mengangguk pada Zahra. "Abang urus administrasi dulu ya, tolong jaga Rhea!" ucapnya berlalu pergi setelah mengelus pucuk rambut Zahra.

~~~~

AZARHANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang