31 : Tawaran Tersirat

552 65 18
                                    

.

.

.

"Papi sangat sibuk ya?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Papi sangat sibuk ya?"

Suara jernih Chopper membuat Robin mengalihkan pandangannya dari layar i-Padnya, melepaskan kacamata bacanya dan melihat Chopper yang kini memilin ujung piyama beruangnya dengan gelisah di depan pintu kamarnya. Mata bulat anak itu terlihat sedih.

Robin tersenyum, sepenuhnya meletakkan benda elektronik di tangannya, dan merentangkan tangan pada Chopper, anak itu berjalan menghampirinya dan memeluknya.

Robin menepuk-nepuk punggungnya pelan.

"Chopper merindukan Papi?"

Chopper mengangguk dalam pelukan Robin.

"Bukankah biasanya Papi akan menelepon?"

Robin mengangguk. "Tapi sepertinya Papi sedang sibuk. Chopper tahu 'kan pekerjaan Papi banyak sekali?"

Chopper terdiam tidak menjawab. Robin mengusap rambut coklatnya, lalu kepala Chopper mendongak menatap mata biru milik Robin.

"Sebentar lagi Chopper akan pulang ke Ohara, belajar lagi dengan Prof. Hiluluk dan Prof. Kureha." Tutur Chopper, Robin tersenyum mengusap pipi Chopper.

"Chopper bosan belajar?"

Chopper menggeleng. "Hanya ingin bertemu Papi, sebelum nanti jarang bertemu."

Robin terkekeh. "Baiklah-baiklah, kita akan lebih dulu menelepon Papi ya?"

Chopper tersenyum lebar. "Asik!"

Robin mengambil ponselnya di sebelah i-Padnya, ia menekan nomor ponsel Zoro dengan keraguan di dalam dirinya. Baru kali ini ia khawatir teleponnya tidak di angkat, sementara wajah Chopper sudah begitu berharap.

Robin mendekatkan ponselnya ke telinga, ada dering di sana. Cukup lama terjawab, sebelum bunyi tersambung di sana.

Robin tersenyum lega.

"Zoro———"

"Hallo?" Suara perempuan, membuat Robin terdiam sejenak di tempat duduknya.

Suaranya begitu asing, tidak seperti siapapun yang Robin kenal selama ini yang menjadi teman dekat Zoro.

Robin masih terdiam.

"Hallo, di sini Tashigi. Zoro sedang menyetir."

Robin menggigit bibirnya, jantungnya berdegup hebat entah mengapa. Tashigi menjadi nama yang begitu asing baginya, siapa wanita itu?

Robin menelan salivanya dengan berat.

"Hallo?"

Tut. Robin mematikan ponsel begitu saja. Ia meletakan ponselnya kembali di meja, melihat layar ponselnya dengan perasaan gamang. Matanya kembali mengarah pada Chopper yang menunggu dengan mata jernihnya yang lugu.

Forced Romance [Zoro X Robin]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang