37 : Akhir dari Perjalanan

985 68 17
                                    

.

.

.

"Are you okay?"

Lamunan Robin buyar ketika mendengar suara Zoro dari belakang, lelaki itu menaruh tas-nya sisi ranjang. Mereka berada di kamar penginapan yang sama, setelah menyapa seluruh kru penelitian, keduanya izin untuk meletakan barang-barang di hotel yang tidak jauh dari pusat kota, ketika penelitian telah pindah ke museum kota Lily.

Robin tersenyum, menggeleng.

"Sudah kenal dengan semuanya?"

Zoro tersenyum dan mengangguk, tangannya bergerak untuk membawa tangan Robin, menariknya lembut untuk duduk di pangkuannya di sisi ranjang.

"Kau murung. Memikirkan sesuatu?" Pertanyaan lembut Zoro, membuat Robin menatap jemarinya yang saling memilin di pangkuan. Kepalanya menggeleng.

"Tidak. Hanya perasaanmu saja."

Zoro bergerak membelai surai gagak Robin, membiarkan rambut itu tergerai menyamping. Bibirnya bergerak mengecup tengkuk kekasihnya.

"Yakin tidak ingin menceritakan sesuatu?"

Zoro tahu ada sesuatu yang janggal, tetapi sepertinya ia tidak akan menerka lebih jauh sebelum Robin mengatakannya sendiri. Ia lebih menyukai ketika Robin akan terbuka dengan sendirinya, menandakan wanita itu siap berbagi banyak hal dengannya.

Robin menangkup wajah Zoro, membuat kedua mata mereka bertemu. Dirinya menghela napas dengan senyuman yang tak pudar dari bibir ranumnya, aksi saling menatap itu berlangsung singkat ketika Robin memeluk Zoro dengan erat.

"Aku.... Tidak apa-apa. Hanya kelelahan."

Pelukan dari Robin, membuat Zoro semakin yakin ada yang membuat kekasihnya tidak nyaman.

Zoro mengingat tatapan membius pria bertopi, yang mengenalkan dirinya sebagai Law. Ia tidak ingin menerka, tetapi ia begitu yakin Robin tidak nyaman karena ada pria itu.

Apa yang bisa Zoro tawarkan agar kekasihnya tidak terlihat murung?

"Ingin aku memijitmu?"

Robin melerai pelukan, senyuman kembali terbit di bibirnya. Netra birunya yang jernih menatapnya begitu lembut. "Kau bersedia melakukan hal semacam itu?"

"Ayolah, kau kembali meragukan ku." Zoro mendengkus.

Robin terkekeh, ia menggeleng. "Kau menawarkan diri untuk melayaniku, ketika aku tahu bahwa wajahmu terlihat lelah seperti ini... Lihat, kau punya kantung mata. Kau tidak tidur di pesawat?" Jemari Robin menelusuri wajah Zoro, bergerak mengusap kelopak mata yang terpejam dan rahang tegasnya.

"Ada kau disebelahku, aku menjadi bingung harus berjaga untuk tetap melihat wajahmu atau aku tidur dan kehilangan kesempatan memandangimu."

Dan, Robin tertawa mendengarnya. Tawa lembut itu lolos dari bibirnya yang kemerahan, Zoro ikut terkekeh. Merengkuh pinggang Robin untuk lebih merapat kepadanya.

"Zoro... kau benar-benar suka aku memarahimu karena kau tidak berhenti menggodaku seperti itu?"

Zoro memberengut. "Robin ayolah, kau harus terbiasa."

Robin menahan senyum gelinya, ia mengusap kembali surai hijau milik kekasihnya, wajahnya bergerak mendekat untuk mengecup pipi Zoro, membiarkan kedua lengan Zoro kembali memeluknya erat di pangkuannya.

"Kenapa tidak dibibir?" Zoro terdengar protes ketika Robin telah menjauhkan wajahnya, jemari lentiknya kembali membelai bibir sedikit tebal Zoro.

"Untuk bibir, biar kau yang melakukannya sendiri." Tutur Robin, Zoro menyunggingkan senyumnya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 06 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Forced Romance [Zoro X Robin]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang