30 : Memori

595 62 14
                                    

.

.

Robin tidak menerima kabar dari Zoro, mungkin bukan sesuatu yang aneh

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Robin tidak menerima kabar dari Zoro, mungkin bukan sesuatu yang aneh. Lelaki itu adalah pria sibuk, Zoro punya banyak jadwal yang tidak perlu Robin ketahui secara menyeluruh. Namun, Zoro belakangan ini kerap mengabarinya setelah mereka bertemu. Entah untuk berkata akan pergi ke suatu tempat atau melanjutkan pekerjaanya, lebih seringnya, Zoro menceritakan kekesalannya pada Johnny yang kerap membuat pekerjaanya menjadi lebih berantakan.

Robin memandang ponselnya, sepi, hanya ada percakapan terakhir bersama tim peneliti-nya yang saling merindukan dan akan segera bertemu. Robin tersenyum, ia merindukan tim peneliti-nya, terutama Vivi, salah satu gadis yang menjadi sahabat karib-nya di bidang penelitian. Suara berisik Vivi dan cerita asmaranya bersama Koza benar-benar sangat menghiburnya.

Robin menghela napas, ia memilih meletakan ponselnya di nakas dan beralih pada Chopper yang tidur di sebelahnya. Robin ikut merebahkan tubuhnya di ranjang, tidur menghadap Chopper seraya mengusap rambut coklatnya yang halus.

Robin tersenyum memandang wajah pulas Chopper ketika tidur.

"Chopper.. kau betulan menyukai Zoro ya?" Robin berbisik pelan, seakan mengajak bicara. "Tentu saja kau suka, dia... Pasti terlihat hebat di matamu." Sambung Robin.

Robin mengingat hubungan Chopper dan Law, keduanya juga bisa di katakan seakrab bagaimana Zoro dan Chopper sekarang. Tetapi,  Chopper ketika itu masih terlalu kecil, umurnya sekitar 4 tahun begitu bersinggungan dengan Law. Meski begitu, Chopper anak yang juga nyaman berada di dekat Law, apalagi kerap memainkan stetoskopnya ketika Robin mengunjunginya di ruang kerjanya di rumah sakit tempat Law bekerja.

Robin kerap membawakan bekal, bersama dengan Chopper yang membuat mereka sering di bilang keluarga kecil yang bahagia. Law bahkan berkata Chopper akan cocok menjadi dokter, seperti dirinya.

Tetapi, angan-angan itu ternyata pudar perlahan seperti bagaimana mereka berpisah dengan pertengkaran hebat.

Robin menatap Chopper dengan lembut, "Chopper, apa kau masih mengingat Papamu?" Bisik Robin pelan, ia perlahan memeluk anak itu dengan sayang. Dirinya masih terlalu takut melibatkan Chopper dalam asmaranya, namun, melihat bagaimana Zoro juga menyukai kehadiran Chopper.

Hal tersebut membuat Robin yakin; bahwa pria itu adalah lelaki yang tepat untuknya.

Semoga saja, semoga Robin tidak salah memperhitungkan asmaranya. Ia tidak ingin lagi berjalan terlalu jauh dan jatuh di tempat yang sama.

.

.

.

"Oh, rasa yang ini enak." Tashigi menyodorkan gelato yang di belinya ke arah Zoro, lelaki berkulit tan itu berdehem. Menatap sodoran sendok es krim itu yang terarah padanya.

"Aku tidak suka manis." Tutur Zoro menolak halus, Tashigi mendengkus. Tetap menyodorkan gelato miliknya, memaksa dengan memperlihatkan wajah tidak setujunya.

Forced Romance [Zoro X Robin]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang